FLASHBACK ON
Tak tahan melihat keakraban Shasha dan Arden, Daniel memutuskan untuk menemui Shasha di asrama. Dia ingin mengajaknya makan malam di rumah dinasnya, dirinya ingin mengobati rasa rindu Shasha akan masakan Indonesia, karena info dari Johan Shasha ingin sekali menikmati makanan Nusantara, yaitu nasi rawon lengkap dengan kecambah kecil, sambal terasi dan kerupuk udang.
Tiba di asrama dia tak menemukan Shasha yang ada hanya beberapa teman asrama yang mengatakan akan datang kira-kira pukul delapan atau paling malam pukul sembilan. Daniel memilih menunggu Shasha di depan asrama sambil memesan kopi. Daniel tak biasa menunggu namun sekarang dia rela harus menunggu berjam-jam hanya demi bisa melihat Shasha dan membahagiakannya dengan mengajaknya makan nasi rawon.
Sekarang sudah pukul 12 malam Daniel masih tidak melihat kehadiran Shasha, dia takut terjadi hal yang tak diinginkan oleh gadis yang membuat kacau hatinya itu.
Lama menunggu dia merasa jengkel karena yang ditunggu belum juga muncul, yang ada sekarang bukan kekhawatiran melainkan kecemburuan. Wajah Arden yang senyum kepada gadis pujaannya itu tiba-tiba muncul tanpa permisi di otaknya dan mulai mengacaukan pikirannya.
"Kenapa dia belum datang? Apa saja yang kamu lakukan dengannya?!" geram Daniel
Dia sendiri sudah menghabiskan kopi sebanyak dua gelas ditambah dengan beberapa puntung rokok yang sudah berserakan. Bosan minum dia mulai masuk lalu kembali keluar mobil. Berulang kali dia lakukan. Sebenarnya Daniel bukan pribadi yang suka merokok, dia hanya menghisap rokok jika dirinya sedang gundah.
Ketika keluar dari mobil dia melihat dari jauh sosok gadis yang diyakini itu Shasha sedang berjalan. Daniel yang berdiri di samping mobil bersedekap tangan menunggu Shasha berjalan di depannya.
Shasha yang berjalan semakin dekat ke arahnya membuatnya ingin sekali menarik tangan gadis itu menuju mobil lalu menciumnya dengan rakus selama beberapa menit tanpa ada jeda sambil berkata jangan kau bagi senyummu untuk orang lain, namun itu semua dia urungkan saat dia melihat ada bekas merah di leher Shasha. Geram melihat warna merah itu Daniel tanpa sengaja mencerca banyak pertanyaan hingga memaki-maki Shasha.
FLASHBACK OFF
Daniel menyesal telah berucap sembarangan tentang Shasha. Dia sebenarnya tak perlu terlalu ikut campur dengan kehidupan dan pergaulan Shasha. Namun hatinya seakan tak terima saat berulang kali dia melihat betapa akrab nya antara Shasha dengan Arden. Apalagi saat berulang kali Daniel melihat Shasha keluar dari mobil Arden. Rasa cemburunya seakan memuncak naik ke ubun-ubun.
Dia sendiri tak menyadari bahwa dirinya sudah memiliki kekasih, kekasih yang tak pernah ada kabarnya sudah hampir setahun lebih.
Harusnya dia tak cemburuan saat melihat Shasha akrab dengan orang lain. Tapi kenapa harus Arden!.
Daniel begitu membenci Arden, padahal Arden adalah sahabatnya. Dia selalu? menentang hubungannya dengan Asia namun dia sendiri malah yang mendekati Asia. Saat itu dia melihat Asia keluar dari mobil Arden dengan keadaan mabuk, dikeluarkannya Asia dari dalam mobilnya kemudian dipapah menuju apartemen Asia. Daniel dari jauh melihat itu, dia tak tahu selanjutnya apa yang terjadi. Sejak saat itu dirinya tak terlalu menyukai sahabatnya itu yang dianggapnya bermuka dua.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kini hanya penyesalan yang muncul, hari-harinya kembali makin hampa. Penyesalannya makin menari-nari di kepalanya seakan mengejek Daniel agar Daniel segera minta maaf.
Sekarang sudah hari ke 40 dia tak melihat Shasha. Entah apa yang terjadi hari ini dia merasa tak tenang, dia begitu memikirkan Shasha, semua pekerjaannya menjadi tidak konsen, senyum Shasha yang indah dengan lesung pipi yang makin membuatnya rindu. Kali ini benar-benar resah dan khawatir.
Malam ini Daniel memutuskan untuk menemui Shasha dan ingin minta maaf.
Saat tiba di asrama Shasha, dia mulai mengetuk pintu, dan kebetulan teman-teman Shasha sedang heboh mencari pertolongan.
"What happened(ada apa)?" tanya Daniel yang panik karena secara samar dia mendengar nama Shasha disebut.
"Shasha needs help!"(Shasha butuh pertolongan). ucap salah satu teman Shasha.
Tanpa banyak bicara Daniel nyelonong masuk dan mencari keberadaan Shasha. Shasha yang dilihat sedang terbaring diatas tempat tidur dengan kondisi tubuh yang sangat panas.
Segera dia menggendong Shasha ala bridal style kemudian dinaikkannya kedalam mobil. Daniel tak mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit melainkan ke apartemennya. Karena jarak antara asrama dengan apartemennya lebih dekat dibandingkan dengan rumah sakit yang membutuhkan waktu satu jam belum lagi jika ada kemacetan.
Dalam perjalan dia menelpon Johan agar memberitahu kepala asrama bahwa Shasha aman bersama dengan dirinya, dan sedang diobati segera. Tak hanya itu Daniel juga menitipkan permintaan maaf karena dengan lancang telah memasuki asrama wanita tanpa izin.
Setelah menelpon Johan kemudian dia menelpon dokter langganannya.
Daniel : "Segera ke apartemen X, dalam 45 menit jika kamu tak datang kuambil sahamku di rumah sakitmu!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kini Daniel sudah sampai di apartemennya, segera dia membaringkan Shasha di tempat tidur yang cukup besar.
Dia melepas jaket yang dikenakan Shasha, dia melihat banyak benjolan-benjolan seperti gatal pada area leher jenjang gadis tersebut. Sekarang dia mengerti mengapa saat itu dia melihat leher Shasha berwarna merah. Daniel menyesal karena dia sudah salah telah menuduh Shasha yang tidak-tidak.
Beberapa menit kemudian terdengar suara bel, segera Daniel membuka pintunya dan menyuruh Richard, dokter pribadinya memeriksa Shasha.
"Selalu gak sabar, ancaman selalu saham. Apa tak ada kata-kata selain saham!" gerutu Richard pada Daniel.
"Kamu periksa dulu dia, jangan kamu buka bajunya cukup tempelkan stetoskop itu pada bajunya." perintah Daniel.
"Ada-ada aja kamu, aku sedang memeriksa pasien. Kalau aku gak buka aku gak akan denger jelas, Daniel!!".
"Yasudah, kamu tutup mata aja waktu masukin tuh alat." protes Daniel.
"Astaga Daniel, segitunya! gue ini dokter bro. Lu mau hasil akurat atau tidak?"
"Mau tapi tutup mata." perintah Daniel.
Richard pun segera memeriksa pasiennya dengan teliti dan hati-hati namun ketika hendak memeriksa dada Shasha bukan tangannya yang membuka atau mengarahkan stetoskop melainkan Daniel, dia hanya memberikan arahan kepada Daniel.
Richard memberitahu bahwa Shasha mengalami radang tenggorakan, dan sepertinya dia berusaha meredakan sakitnya itu dengan minum antibiotik. Bisa jadi antibiotik yang dia minum ini kadaluarsa atau dia alergi.
"Jadi, gimana keadaanya sekarang? apa dia bisa segera sembuh?" desak Daniel cepat.
"Sabar bro, sabar. Resepnya sudah aku beritahu Johan. Sebentar lagi Johan datang. Dia pasti sembuh untung dia cepat ditangani. Aku sudah memberinya suntikan agar dia tidak kembali gatal. Dan untuk radang juga sudah kuberi obat. Panasnya yang tinggi, juga sudah ku berikan obat pereda panas."
"Syukurlah."
"Dia siapa? Cantik banget ..., boleh buat aku?" goda Richard.
"Calon istri gue." ucapnya Daniel asal.
"Calon istri lu ada dua? bukannya model dewasa itu calon istri lu?"
"Sok tahu lu. Sudah pulang sana. Gue mau rawat calon istri gue." usir Daniel kepada Richard.
Richard yang diusir hanya terkekeh melihat sikap posesif temannya itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sekarang dikamar hanya ada Shasha dan Daniel. Melihat kondisi Shasha yang terbaring membuatnya tak tega. Dalam hatinya dia ingin menggantikan posisi Shasha yang sakit.
Lama memandang dari jauh, kini Daniel mulai mendekatkan dirinya kepada Shasha. Diusapnya keringat yang keluar dari kening Shasha menggunakan telapak tangannya membuat Daniel merasakan desiran yang tak biasa. Desiran yang membuat dia ingin mengusap sesuatu lainnya. Namun dia tahan.
Semakin di tahan semakin menjadi, dia tak tahan melihat keringat Shasha yang turun dari dahi menuju lehernya. Kini dia mulai mengusap leher Shasha yang berkeringat dengan sebuah waslap. Waslap yang baru saja dia ambil dari lemari lalu dia celupkan ke wadah es dan diperasnya waslap tersebut. Perlahan dia usap semua tubuh Shasha untuk mengurangi rasa gatal.
Dipandangi lagi wajah Shasha yang sayu namun tetap cantik. Dalam hati Daniel memuji kecantikan Shasha. Warna kulitnya yang cerah sangat cocok dengan dirinya yang tak terlalu putih, bentuk wajahnya yang oval, hidungnya yang kecil, matanya yang bulat seperti almond, bibirnya merah tipis membuatnya makin tertarik dan jatuh kedalam cinta terlarang yang seharusnya tak ada dalam benaknya.
Puas memandang wajah Shasha, perlahan dia menyentuh telapak tangan Shasha, lalu disatukannya jari jemari mereka, diangkatnya jari Shasha dan diciumnya secara perlahan sambil berucap maaf berulang kali.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sudah satu jam lamanya Shasha terbaring sepertinya dia begitu menikmati sebuah kenyamanan yang lama tidak dia rasakan. Kenyamanan yang biasa dia rasakan dari bundanya kini tidak lagi semenjak dia berada di Finlandia. Shasha merasa tubuhnya tidak lagi panas namun hangat. Shasha bermimpi seakan ada seseorang yaitu bundanya tidur di dekatnya , dirabanya tubuh yang ada disebelahnya, dalam alam bawa sadarnya dia merasa tubuh bundanya terasa sangat berbeda namun dia tetap meraba dan memeluk tubuh itu dengan sangat erat. Dibenamkannya kepalanya ke dada sang bunda namun dia merasakan perbedaan lagi mengapa dua benjolan milik bundanya tidak ada, tersentak dia dalam tidurnya bukan bunda yang ada dalam pelukannya melainkan seseorang yang telah mengatainya ja**ng.
Daniel yang mengetahui Shasha terbangun dari mimpinya dan mulai membuka mata bukannya menghindar tapi dia mulai mengubah posisi menjadi dia yang memeluk Shasha dan didekapnya makin erat tubuh yang masih lemah itu. Dengan tenaga penuh Shasha meronta agar Daniel melepaskan pelukannya namun tetap tidak dia lakukan, Daniel hanya berbisik tenanglah, semakin kamu keras maka tidak akan aku lepaskan. Dirimu sedang sakit dan aku yang merawat, aku baru saja tidur disebelah dan ingin membuatmu nyaman. Jangan berfikir yang tidak-tidak tentangku. Jika Johan masuk jangan bicara yang tidak-tidak. Ingat aku hanya memeluk tidak melakukan lebih.
Shasha terdiam dan benar saja dalam hitungan detik setelah Daniel berbisik Johan pun masuk.
"Niel, gimana keadaan Sha-?" ucap Johan terhenti saat melihat Daniel memeluk Shasha.
Daniel tak menanggapi ucapan Johan, dia hanya memberikan isyarat dengan meletakkan telunjuk di mulutnya.
Johan yang paham segera keluar dari kamar itu dan ingin sebuah penjelasan yang detail kepada Daniel tentang apa yang terjadi diantara mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments