Berbagai saran dan nasehat telah diberikan kedua sahabatnya, tapi justru mereka berdua yang makin pusing melihat sikap cuek Shasha. Niatnya memancing emosi Shasha agar terbawa suasana dan menceritakan semuanya, hingga Shasha dapat meluapkan semua rasa sedihnya. Harapan mereka agar Shasha putus dan tak akan pernah kembali menjalin hubungan dengan Abra, lelaki matre dan tak tahu malu.
Banyak mahasiswa merasa iri dengan hidup Shasha yang terlihat sempurna. Wajah cantik yang menghiasi, otak pintar yang memadai dan ketenaran yang dimiliki semuanya ada pada Sasha. Bahkan Sasha juga memiliki kekasih seorang calon dokter.
Tak ada yang mengetahui bagaimana isi hati Shasha yang sebenarnya. Kenyataannya kehidupan Shasha tak terlalu sempurna, yaitu kehidupan percintaan nya yang begitu pahit sepahit kopi tanpa gula. Hanya para sahabat yang mengetahui isi hati Shasha. Dia begitu pintar dalam menutupi masalah hidupnya terutama kehidupan asmaranya yang kacau dan tak terarah.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Selesai memberikan pengajaran mata kuliahnya Miss Rina yang merupakan salah satu dosen favorit Shasha memanggilnya untuk menemuinya sekitar jam satu di ruang kerja karena ada yang ingin disampaikannya.
Beberapa menit kemudian
Tok...tok...(bunyi ketukan pintu)
"Halo Miss.. Boleh Shasha masuk?"
"Tentu,"
"Ada apa, Miss?"
"Em.. Jadi gini, Miss ingin merekomendasikan kamu untuk mengikuti program beasiswa yang nantinya kamu bebas untuk memilih kampus di Uni Eropa sesuai keinginan mu. Apa kamu tertarik?"
"Maaf Shasha belum berminat," ucap Shasha lusuh
"Wah maaf kalau gitu, karena Miss udah daftarin namamu," kata Miss Rina terkekeh
"Lho.! pelanggaran ni. Tolong di cabut, Miss?" pinta Shasha sambil merengek.
"Cabut? dikira gigi pakai acara cabut mencabut atau anak sekolahan yang sedang bolos," kekeh Miss Rina
"Maksud Shasha batalin,"
"Gak bisa Shasha, lagi pula ini kesempatan terbaik buat kamu. Kamu akan membawa nama harum Indonesia dan tentunya nama kampus kita." ucap Miss Rina dengan riang gembira.
Huhhhh... (Hela nafasnya terdengar berat)
"Baiklah, biar Miss Rina senang. Gak ada salahnya bikin dosen bahagia."
"Shasha, aku yakin kamu terpilih. Karena yang baru ku daftarkan adalah namamu. Pak Dekan yang memintaku segera menemukan satu kandidat untuk beasiswa ini."
"Lalu, apa yang harus ku persiapkan, Miss?"
"Learning Agreement atau Activity Plan. Kamu tulis semua rencana studi mu selama belajar di universitas pilihanmu di Eropa dan apa yang ingin kamu peroleh dari pembelajaran tersebut, untuk template nya kamu unduh di link. Nanti aku share link-nya."
"Oke Miss, aku tunggu linknya biar segera aku kerjakan dan kumpulkan."
"Oya Sha, satu lagi. Siapkan diri untuk tes IELTS juga ya,"
"Oke,"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Setelah ditunggu-tunggu, muncul pengumuman yang menyebutkan nama Shasha ada di daftar penerima beasiswa tersebut. Miss Rina yang melihat itu segera menghubungi Shasha dan meminta Shasha untuk segera menyiapkan paspor.
Shasha yang tak percaya bahwa dirinya dapat menjadi anggota penerima beasiswa, dirinya merasa tersanjung dan beruntung.
Berbagai persiapan sudah dilakukan Shasha, mulai dari membuat paspor, mengikuti tes IELTS, dan keperluan yang harus dibawa nya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Shasha memberitahu Abra bahwa dirinya mengikuti program beasiswa yang diselenggarakan di Eropa dan akan berangkat dalam waktu dekat.
Abra : "Kenapa baru memberitahuku?"
Shasha : "Aku tahu kakak sibuk, jadi aku menunggu waktu yang tepat."
Abra : "Sha ..!"
Shasha : "Iya kak?"
Abra : "Berapa lama kamu disana?"
Shasha : "Mungkin kurang lebih hampir 1 tahun, kak."
Abra : "Kenapa begitu lama?"
Shasha : "Namanya juga dapat beasiswa kuliah kak, pastinya lama."
Sejenak suasana terdiam, tak ada kata yang keluar dari mulut masing-masing.
Abra : "Kenapa kamu begitu baik, Sha? Aku sadar, aku keterlaluan padamu. Banyak sikap dan perbuatan ku yang tak seharusnya ku lakukan namun kamu justru tetap menerima ku."
Shasha : "Kak, aku percaya dengan sebuah perubahan. Aku yakin kakak bisa berubah menjadi lebih baik."
Abra : "Aku ingin memiliki pasangan hidup seperti mu."
Deg.. ( Shasha kaget mendengar ucapan Abra).
Abra : "Sha, kenapa diam?"Apa kamu ingin bersamaku selamanya?"
Shasha: "Kak, aku belum berfikir sejauh itu. Wanita mana yang tak ingin jalinan hubungan mereka langgeng? Semua pasangan menginginkan nya."
Abra : "Jadi, kamu berharap bisa bersama ku?"
Shasha : "Harapan pasti ada, tapi dengan siapa pun nanti kita berjodoh maka kita harus berusaha menjaga dan menyayangi nya. Jangan sampai Kakak mengabaikan nya."
Abra : "Terima kasih, kamu yang terbaik buat kakak."
Panggilan mereka pun berakhir dengan bahagia, baru kali ini mereka berbincang lewat telephone dengan situasi yang berbeda. Tak ada ketegangan yang ada hanya beberapa harapan dan penyesalan keluar dari mulut Abra.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lama tak bertemu dengan Shasha membuat dirinya rindu dengan senyum kekasih terbaik nya itu. Berjauhan dengan Shasha membuatnya sadar betapa berartinya Shasha dalam hidupnya.
Abra sendiri terharu dengan semua ucapan Shasha. Dia benar-benar tak menyangka bahwa wanita yang dipilih nya kali ini benar-benar istimewa, pintar, cantik, mandiri serta sabar.
Baginya Shasha tak hanya sabar namun juga begitu tulus. Ketulusan Shasha terlihat saat dirinya memaafkan kesalahan fatal Abra ketika berada di rumah paman nya. Sedangkan kesabaran Shasha terlihat dari dia yang sama sekali tak membalas perilaku kasar Abra, serta lebih memilih diam saat Abra ketahuan berselingkuh dengan memberikan alasan yang sebenarnya dia tahu itu tak masuk akal bagi seorang yang pintar dan kritis seperti Shasha Aku tahu aku salah, hina dan brengsek. Aku bukan lelaki tepat yang harus dipilih dan dicintai oleh wanita baik seperti mu. Aku berjanji pada diriku akan ku selesaikan satu persatu urusan ku. Seandainya waktu dapat ku putar, aku ingin benar-benar mencintaimu di awal pertemuan kita dan tak akan membuatmu tersiksa secara psikis karena peristiwa itu. Aku khilaf sayang.. Aku khilaf, aku tak tahu mengapa aku seperti itu.
Tak terasa keluar air mata dari ujung mata Abra, aku menangis? kamu benar-benar wanita istimewa. Baru kamu wanita yang membuatku menangis. Abra mulai menghapus butir air matanya dan melanjutkan pekerjaan kampus nya yang sempat tertunda karena memilih untuk menelfon Shasha.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Shasha yang masih tak percaya jika Abra berkata demikian, haruskah dia senang? atau bersedih? Shasha sendiri tak tahu harus memilih apa. Shasha berusaha untuk tenang dan tidak besar kepala akan ucapan Abra semalam yang masih terngiang-ngiang di telinga dan otaknya.
Kedua sahabatnya bingung, apa yang terjadi dengan Shasha.
"Lu, gak papa?"
"I am fine. Why?"
"Senyum lu itu gak jelas. Ayo cerita ke kita?"
"Em.. Kasih tahu gak ya?"
"Sahabat laknat ni, giliran senang gak bagi-bagi, giliran sedih dibagi-bagi!"
"Perasaan gue gak pernah cerita sedih-sedih justru lu berdua tuh yang cari-cari sendiri."
"Ya kan kita BFF(Best Friend Forever)."
"Film dunk," ucap Secil sambil terkekeh.
Shasha pun menceritakan semuanya dan tak ada satupun sahabatnya yang percaya.
"Bohong Sha! Aku yakin dia itu pura-pura. Lu jangan muda percaya." ucap Mutia.
"Betul aku juga merasa ada yang aneh dan sepertinya ada yang tidak beres." sahut Secil.
"Kenapa sih lu pada gak ada positifnya mikir tentang Abra?" ucap Shasha emosi.
"Kug marah? ucap Secil dan Mutia bersamaan dengan ekspresi kaget, karena baru ini dia melihat Shasha tak terima saat kekasih nya di ejek.
"Kalian sih begitu,"
"Maafin kita, kita terlalu sayang kamu, kita gak rela jika kamu sedih dan terbawa suasana karena ucapan Abra semalam."
Mereka bertiga pun saling berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
adham fachrozy
👏👏
up terus thor
2022-04-03
0
Rofi_Rofiah
next kak. semangat
2022-03-30
0
Yayaya coba"
Next chapter plis thor
2022-03-30
0