Sebelum berangkat Shasha masih memikirkan Abra yang sama sekali tak memberi kabar baik mengirim pesan maupun mengangkat panggilan telephone semakin membuat dirinya tak tenang, dengan langkah berat dia berusaha tegar dan kuat untuk tetap melangkahkan kakinya menuju pesawat.
Langkah beratnya sekejap hilang saat melihat suasana dalam pesawat yang begitu lebar, bentuk kursi yang terlihat begitu nyaman.
Shasha berjalan melewati bangku pesawat. Kakinya yang tak begitu jenjang membuat langkahnya tak terlalu panjang mencari nomor tempat duduknya. Sesaat dia berhenti di sebuah kursi nomor XX. Kursi yang terlihat empuk dan nyaman sepertinya di desain agar penumpang nyaman dan bisa beristirahat layaknya di tempat tidur, sliding door untuk kenyamanan pribadi, meja, seat control dengan panel layar sentuh, sebuah pembatas untuk mempermudah berbincang dengan yang ada di sebelah, in flight entertainment touch screen LCD dilengkapi remote control dan headphone kedap suara, lemari penyimpanan dan lampu baca pribadi.
Bagi Shasha pesawat yang dia tumpangi saat ini benar-benar terlihat mewah fasilitasnya. Suasananya yang teduh sangat cocok dengan kepribadiannya yang tak terlalu suka dengan keramaian. Dalam pikir nya sebenarnya dia masih tak percaya berada di pesawat yang begitu mewah. 'Apa karena diriku satu-satunya perwakilan Indonesia jadi aku mendapatkan fasilitas seperti ini?'.
Kali ini tempat duduknya berada di dekat jendela. Shasha yang sudah duduk nyaman tidak memperdulikan penumpang lainnya, dia yang begitu fokus dengan bacaan novel yang dipegangnya. Shasha benar-benar memanfaatkan fasilitas di pesawat.
Sebelum pesawat lepas landas, pramugari menyampaikan beberapa hal penting, salah satunya adalah penerbangan ini akan ditempuh dalam waktu 17 jam 5 menit.
Perjalanan kali ini sangat begitu lama, namun dirinya tak mengalami jet lag. Padahal biasanya dirinya akan mual berlebihan sehingga membuat orang disebelahnya was-was dan tidak nyaman. 'Wkwkwkwk, masa iya aku harus naik pesawat model begini biar gak mual,' batinnya sambil tertawa kecil mengingat dirinya yang selalu merepotkan orang disekitar jika akan berpergian.
Tak terasa malam tiba, keadaan lampu kabin sudah mulai dimatikan dan para penumpang diharuskan untuk membuka penutup jendela pesawat. Penerangan yang minim membuat Shasha terhanyut akan sebuah suasana. Suasana yang sebenarnya tidak ingin dia munculkan saat ini namun tiba-tiba muncul. Alhasil membuat dirinya kembali bersedih.
Dia meratapi kesalahan nya di masa lalu, namun mau bagaimana lagi, apa yang dia tanam kini dia lah yang menuai nya. Apapun pilihannya maka ini lah yang harus dia rasakan. Kesedihan Shasha sangat begitu dalam, bahkan dalam tidurnya dia tak sadar meneteskan air mata.
Tanpa dia sadari ada seseorang yang dari tadi memperhatikan dirinya. Dalam penerangan yang minim lelaki tersebut benar-benar mengamati wajah cantik natural tanpa make up itu. Baginya gadis yang duduk disebelahnya sangat mirip sekali dengan salah satu adiknya yang telah tiada karena kecelakaan saat itu. Dilihatnya wajah Shasha yang terlihat begitu cantik layaknya bulan yang tetap terang meski berada diantara langit gelap.
Rasa kagumnya terganggu kala melihat gadis itu sesenggukan menahan tangisnya. Perlahan suara sesenggukan itu mulai hilang dan tak terlihat lagi bulir air mata keluar dari pinggiran matanya. Sepertinya tangisannya telah berhenti.
Malam kini telah usai, bulan yang sudah selesai melakukan tugasnya kini harus bergantian dengan matahari. Sebuah pertukaran shift yang adil.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Shasha sudah membuka matanya meski terasa berat karena ternyata dalam tidur dia tanpa sengaja menangis. Perjalanan yang masih kurang beberapa jam membuat dirinya bosan dan ingin memakan sesuatu apa saja yang penting bisa untuk di makan.
Tidak saling mengenal dengan orang yang duduk di sebelah namun Snack yang dimakan tampak begitu menggoda. 'Sepertinya enak, semoga dia membagi nya dengan ku'. Tak butuh waktu lama dan tak perlu basa-basi ternyata penumpang tampan itu secara spontan memberikan beberapa cemilan yang dibawa dari dalam saku celananya, dengan rasa bahagia dan reflek Shasha berucap "Thank you(terima kasih)."
"Sama-sama," jawabnya dengan senyum.
"Lho? Abang orang Indonesia?
Shasha tak menyangka bahwa lelaki yang duduk disebelahnya bisa berbahasa Indonesia.
"Are you from Indonesia (apa kamu dari Indonesia)?" tanya Shasha untuk memastikan.
"Santai saja, aku juga orang Indonesia." jawab lelaki tampan itu dengan ramah.
Mereka berdua saling berbincang hingga tak terasa pesawat sudah mendarat dan mereka mulai turun untuk mencari barang bawaan masing-masing.
Ada yang lupa dari obrolan mereka, mereka saling tak menanyakan nama.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sebelum keberangkatannya Shasha ingat nanti setiba di bandara Helsinki-Vantaa akan ada yang menjemput nya.
Dilihatnya sekeliling tak terlihat seorang pun yang sedang menunggu kedatangan dengan membawa sebuah papan atau kertas bertulis nama orang yang dijemput seperti yang biasanya dilakukan orang-orang di bandara saat akan menjemput seseorang yang belum dikenal.
Hampir satu jam Shasha menunggu akhirnya dia memutuskan untuk bertanya dan menaiki Taxi. Beruntungnya sopir taxi tersebut mahir berbahasa Inggris. Shasha meminta untuk diarahkan ke sebuah tempat makan yang sangat terkenal di dunia per ayam an. Setelah tiba segera dia membayar taxi tersebut dengan uang yang berada di amplop, uang dari pak Rektor yang dititipkan kepada Pak Bram untuk nya. 'Beruntung ada uang ini, isinya juga lumayan, terimakasih banyak pak Rektor.'
Saat sedang makan handphone nya bergetar berulang kali, getaran pertama dia abaikan, getaran kedua dia abaikan begitu juga untuk getaran selanjutnya masih dia abaikan. Dia mengabaikan panggilan tersebut karena dia sedang menghabiskan makanannya.
Setelah dia makan baru dia membuka handphone ternyata ada 11 panggilan tak terjawab. Tak begitu lama panggilan telephone itu mulai muncul kembali namun tak ada suara dan betapa kaget dirinya saat ada seseorang di depannya dan seketika nada telephone pun mati diikuti dengan lelaki tersebut menurunkan handphonenya dari daun telinganya.
Deg. (jantungnya berdetak tak karuan). Ini adalah kali kedua dirinya bertemu dengan seseorang laki-laki berbadan tinggi, tegak, atletis, hidung mancung. "Sepertinya dia jodoh Mutia, gue yakin Mutia bakal bahagia. Say gue nemuin jodoh lu disini," teriak Shasha dalam hati.
"Shasha?" ucap lelaki tersebut.
"Yup,".
"Maaf, beribu maaf ya Sha gue telat jemput Lu."
Shasha tak menyangka bahwa laki-laki di depannya ini begitu fasih berbahasa Indonesia. Ini adalah yang kedua kalinya lelaki yang dikenalnya begitu fasih berbahasa Indonesia.
"Ia pak, tak apa. Santai saja. Saya minta maaf juga tadi buat bapak menunggu hingga kebingungan mencari saya." ujar Shasha.
"Bapak? kamu membuatku terlihat sangat tua. Bagaimana jika nanti kamu melihat si bos" ucap Johan, " baiklah namaku Jonathan Junior Tyrexio."
"Ok, saya panggil Bang Jo aja ya biar lebih akrab," ucap Shasha sambil menahan tawa karena nama bang Johan begitu unik baginya.
"Sudah lama gue gak di panggil Abang, boleh juga." girang Johan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Apartemen
Setelah berbincang santai Johan mengantarkan Shasha ke apartemen milik Daniel, bosnya. Sebenarnya mereka bisa melanjutkan perjalanan ke tempat dimana Shasha akan tinggal namun ada tugas tak seberapa penting tapi mengharuskan dirinya atau Daniel ada. Sedangkan Daniel yang sedari tadi tak bisa di hubungi maka mau bagaimana lagi, Daniel yang meminta supaya jangan mencari dirinya jika dirinya tidak menelfon.
Ceklek..(terdengar suara pintu dibuka setelah kata sandi dimasukkan)
"Lu disini dulu ya, ini apartemen milik Daniel. Istirahatlah dulu disini, jika urusan sudah beres gue jemput. Besok adalah hari pertama lu bertemu dengan semua teman-teman dari beberapa negara. Mungkin gue telat tapi daripada tidak sama sekali, gue ucapin SELAMAT ya sudah terpilih." ucap Johan sambil menepuk bahu Shasha.
Johan pun keluar dari pintu sedangkan Shasha duduk di ruang tamu sambil mengecek pesan pada handphonenya dan memberi kabar pada kedua sahabatnya, orang tua nya dan Abra. Namun dia urungkan untuk menghubungi Abra karena Abra sama sekali tak membalas pesannya dari beberapa hari yang yang lalu. Dirinya berjongkok lemas, menangis sambil membenamkan kepalanya pada kedua kakinya berkata 'Kamu tega kak, kenapa sudah beberapa hari ini handphone tak juga aktif. Apa kamu baik-baik saja?'.
Tak ingin hari pertamanya disini menjadi kacau balau memikirkan Abra maka Shasha bangkit dan melangkah mencari kamar untuk beristirahat.
Saat hendak memejamkan mata dirinya merasa ingin buang air kecil yang sedari tadi ditahannya. Dengan langkah berat dia menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi Shasha yang masih jengkel dengan sikap kekasihnya segera mengambil sikat pembersih kamar mandi yang berada di pojokan. Digosok nya semua dinding, westafel, shower, bathub dan juga closet duduk sampai dirinya merasa puas dan hilang rasa jengkelnya. Itulah kebiasaan aneh Shasha yang hanya diketahui sahabat terdekatnya dan orang tuanya.
Setelah hilang rasa jengkelnya dia merasa lelah dan mandi. Dirinya yang tak ada niat mandi lupa membawa baju dan handuk. Namun beruntung di dalam kamar mandi tersedia handuk yang berjajar rapi. Segera dia keluar kamar mandi dan .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Pramita K
oemji hebat banget sasha kl gedeg bersih² 😅
2022-06-17
1
Pramita K
halo kak, datang lagi 😅✌✌
2022-06-17
1
adham fachrozy
bye2 abra😎,
2022-04-10
0