17

Selayaknya bola sepak. Tubuh Noa di perebutkan oleh sepuluh Vampir yang ada di sana. Noa berharap akan ada yang menolong tapi suara geraman para Vampir teredam dengan deburan ombak pantai.

Tubuh Noa melemas dan tersungkur berbalut pasir. Kebodohan mereka tidak juga berhenti sehingga sampai sekarang, Noa belum tersentuh oleh siapapun.

"Biar ku cicipi lebih dulu. Aku yang paling tua di sini." Sahut seorang Vampir yang baru saja datang.

Entah siapa dia. Yang pasti kesepuluh Vampir lainnya tertunduk tidak bergeming.

Tangannya meraih leher Noa dan mengangkat tubuhnya. Tepat saat leher Noa akan di hisap. Sebuah sinar merah datang dan membentur hamparan pasir yang ada di sana.

Blaaaaammm!!!!

Craaaaaasssshhhhh!!

Duuaaaak!!!

Vampir yang di ketahui bernama Zean itu terdorong mundur. Tubuh Noa terhempas dan hampir menyentuh pasir tapi Lucas menangkap lalu mendekapnya.

"Dia milikku." Ucap Lucas dengan mata merah menyala saat menyadari keadaan buruk Noa. Tubuhnya penuh dengan pasir dengan pergelangan tangan patah dan terlihat memar.

"Maksudmu? Kamu menikah dengan manusia?" Zean mengucapkan itu karena aroma darah Noa sudah bercampur dengan aroma darah Lucas.

"Itu bukan urusanmu."

"Aku akan mengadu pada.." Belum sempat Zean menyelesaikan ucapannya. Lucas sudah berada di hadapannya dan langsung mencengkram rahangnya dengan tangan runcingnya. Vampir lain yang melihat memilih untuk pergi, tapi sebagian lain masih bertengger untuk melihat pertarungan antara Lucas dan Zean.

"Kau tahu konsekuensinya jika kau mencampuri urusanku?"

"Maafkan aku Tuan. Aku hanya..." Lucas tidak ingin banyak bicara. Dia menghisap habis darah Zean hingga meninggalkan tulang dan kulit.

Setelah memastikan pemenangnya. Semua Vampir lainnya memilih kabur dan tidak ingin bernasip sama seperti Zean.

Wajah Lucas berubah normal. Mayat Zean di hempaskan ke tengah laut lalu tubuh Noa di turunkan dari lengan kanannya.

"Kenapa kamu keluar selarut ini Baby." Gumam Lucas menyentuh pergelangan tangan Noa yang terlihat lebam.

"Ugh.." Lenguh Noa langsung tersadar saat pergelangan tangannya terasa sedikit panas.

"Tahan sedikit." Pinta Lucas masih memegang pergelangannya." Kenapa kamu keluar Baby?" Tanya Lucas lagi seraya mengangkat tubuh Noa.

"Aku mencarimu Tuan." Noa memeriksa pergelangan tangannya yang kembali utuh meski tubuhnya masih berbalut pasir." Tuan kemana?" Imbuhnya.

Seharusnya aku berpamitan. Ku fikir dia tidak akan bangun..

"Menemui Ayah." Mata tajam Lucas melihat kartu hotel yang tergeletak dan memungutnya.

"Kenapa tidak berpamitan?"

"Ku fikir tidurmu akan nyenyak. Jadi aku pergi saja."

"Mereka memburuku padahal sebelumnya tidak." Noa menyandarkan kepalanya pada pundak Lucas dengan kedua tangan melingkar erat di lehernya.

"Darah kita sudah menjadi satu, itulah alasannya. Aku sudah memasang pelindung di sekitar kamar untuk melindungimu. Lain kali, jangan berkeliaran pada malam hari sendirian. Jika siang mereka tidak akan bisa keluar karena sinar matahari. Tapi jika malam hari. Mereka akan berkeliaran bebas." Lucas menempelkan kartu dan pintu penginapan terbuka.

"Kenapa Tuan bisa keluar pada siang hari."

"Berbeda kasta berarti berbeda kekuatan Baby. Jika tadi kamu sempat di hisap. Mereka akan bisa berkeliaran di siang hari selayaknya kasta tertinggi. Itu kenapa darahmu menarik perhatian mereka." Lucas membuka pintu kamar mandi dan menurunkan Noa di sana." Kuat untuk mandi sendiri atau ingin ku bantu?" Tawar Lucas ketika Noa tidak juga melepaskan kalungan tangannya.

"Aku kuat Tuan. Tapi masih takut setelah tadi. Tolong temani aku."

"Baik Baby." Lucas menggiring Noa masuk lalu dia duduk di atas toilet seraya menatap Noa yang tengah membersihkan diri. Aku ingin tapi.. Dia akan sakit...

Tentu saja Lucas tergoda melihat adegan yang Noa perlihatkan sekarang. Dia ingin mengulang lagi percintaan panasnya namun tertahan karena rasa sayangnya yang sangat besar untuk Noa. Dia tidak ingin menyakiti Noa yang memiliki kekuatan tidak sepadan dengan bangsanya.

"Tuan, aku lapar." Pinta Noa seraya memakai handuk yang di lilitkan pada tubuhnya.

"Ini masih dini hari. Tidak ada orang berjualan."

"Apa tidak ada cemilan di dalam kulkas?" Noa tidak langsung mengganti baju dan malah membuka kulkas yang berisi minuman ringan saja." Ahh tidak ada." Eluhnya menutup pintu kulkas lagi.

"Lapar sekali?" Noa mengangguk seraya mendongak ke arah Lucas." Tunggu di sini. Jangan keluar dari kamar meskipun itu satu langkah." Pintanya mengusap lembut pipi kanan Noa.

"Tuan mau kemana?"

"Nanti kamu akan tahu." Secepat kilat Lucas kembali menghilang dan melesat menuju mini market yang terdapat tidak jauh dari sana.

Fungsi CCTV di alihkan saat dia mengambil beberapa roti dan makanan ringan. Tidak lupa, Lucas meninggalkan sejumlah uang di kasir untuk membayar makanan yang sudah di bawanya.

Noa melongok saat melihat Lucas kembali dengan banyak makanan di tangannya.

"Tuan mencuri?" Tanyanya terbata.

"Aku sudah meninggalkan uang di meja kasir. Makanlah." Lucas meletakan makanan di atas meja.

Noa tersungging dan cepat-cepat mengenakan bajunya. Dia duduk di samping Lucas lalu mengambil satu bungkus roti.

Lucas tersenyum, memandangi Noa yang tengah makan dengan rambut basahnya.

"Maaf untuk tadi." Ucap Lucas merasa bersalah.

"Kita sama-sama bersalah Tuan. Aku juga bersalah sudah berkeliaran malam-malam. Seharusnya aku menunggu saja di kamar atau memanggil Tuan lewat cincin itu."

"Jika aku berpamitan mungkin kamu tidak akan keluar. Kamu pasti ketakutan tadi." Noa mengangguk seraya tersenyum." Lain kali jangan lakukan lagi. Aku takut terjadi sesuatu denganmu." Imbuh Lucas mengiring kepala Noa untuk bersandar pada pundaknya.

Bukankah keterlaluan.. Aku mulai merindukannya padahal dia hanya pergi sebentar. Kebodohan ku membuat nyawaku hampir melayang tadi.

"Aku juga terus memikirkanmu walaupun aku menemui Ayah."

"Aku selalu lupa jika Tuan bisa membaca fikiranku." Noa mendongak. Bibirnya mendekat lalu mengecup dagu Lucas lembut dan langsung di balas dengan lummatan singkat.

"Sebaiknya kamu beristirahat."

"Tuan akan pergi lagi?"

"Tidak Baby. Ku temani tidur." Noa duduk dan meraih jemari Lucas dengan kedua tangannya.

"Ayo Tuan." Jawabnya bersemangat.

"Tidak makan dulu."

"Tidak Tuan." Noa berdiri di ikuti oleh Lucas. Keduanya berbaring di atas sofa sempit dengan posisi kepala Noa bertumpu pada lengan Lucas." Hoaaammm.. Tuan serius tidak akan pergi?" Tanya Noa merasa tidak yakin. Dia melingkarkan kedua tangannya erat pada pinggang Lucas.

"Hm kamu tidur lah."

"Aku tidak mau Tuan berbohong. Jika memang akan pergi, sebaiknya Tuan berpamitan." Lucas menunduk lalu mengangkat dagu Noa dan mellumat bibirnya lagi.

"Aku serius Baby. Aku tidak akan kemana-mana. Sebaiknya kamu tidur." Dessahan lembut lolos dari bibir Lucas. Merasakan sikap manja yang Noa perlihatkan sekarang.

"Hm Tuan." Noa menempelkan bibirnya pada leher Lucas seraya memejamkan matanya." Aku akan membencimu jika kamu pergi diam-diam Tuan." Gumamnya setengah sadar.

Lucas tersenyum dan tidak menjawab. Dia ingin Noa mendapatkan kantuknya untuk pemulihan tenaga setelah kejadian buruk yang menimpanya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

lanjut

2022-03-27

1

Aing Saha

Aing Saha

Next

2022-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!