12

Flashback

Baru saja Noa akan menanggalkan bajunya, lelaki yang berdiri di hadapannya mencegahnya.

"Aku serius ingin berbincang saja." Ucapnya sopan. Noa mengurungkan niatnya dan malah di giring duduk di tepian ranjang.

"Bukankah Tuan sudah membayar mahal?" Tanya Noa kembali membetulkan bajunya.

"Tidak masalah Noa. Aku sangat mengagumi mu sejak aku melihat fotomu dan ternyata kamu lebih cantik dari fotonya." Pujinya tersenyum.

"Terimakasih Tuan."

"Apa kamu suka berkerja di sini?" Tanya lelaki yang di ketahui bernama Sigit. Dia pengusaha muda yang mulai merangkak naik dengan karier nya. Sigit pertama kali melihat Noa dari foto temannya yang berhasil mengencani Noa setelah mengantri beberapa bulan lamanya.

"Hidup ini keras Tuan. Suka tidak suka, mau tidak mau tapi inilah perkerjaan yang harus aku lakukan."

"Aku merasa kamu tidak cocok berkerja di sini Noa. Kamu terlalu baik juga lugu. Jujur saja. Aku menyukaimu sejak awal kita bertatap muka tadi. Aku ingin menjadikan kamu Istriku setelah pelarian kita berhasil." Wajah sumringah Noa perlihatkan. Dia sangat tertarik dengan penawaran itu agar dia bisa terlepas dari kegilaan Mommy Vivian." Temanmu sudah pernah bertanya pada Mommy soal penebusan mu. Tapi Mommy berkata jika kamu tidak ternilai dengan nominal berapapun. Mommy malah tidak memperbolehkan temanku membooking mu dan itu kenapa aku merencanakan untuk membawamu kabur." Noa mengangguk seraya menddesah lembut.

"Aku sangat mau Tuan. Aku juga ingin kabur dari sini tapi tidak bisa. Jika Tuan berhasil membawaku pergi. Aku mau menjadi Istri Tuan dan mengabdikan sisa hidupku untuk Tuan." Sigit meraih jemari Noa dengan kedua tangannya.

"Astaga aku senang sekali. Aku akan memberikan hidup yang layak untukmu. Kita bergerak sekarang. Aku sudah menyuruh pihak Motel untuk membuka pintu belakang agar kita bisa kabur lewat sana." Sigit berdiri di ikuti oleh Noa. Dia sempat mengintip ke luar jendela dan terlihat ketiga anak buah Mommy Vivian menunggu di samping mobil mereka.

"Aku takut Tuan."

"Ada aku, jangan takut." Sigit menggiring Noa berjalan perlahan melewati pintu belakang yang langsung mengarah pada area perumahan elit.

Ada rasa berdebar juga sedikit rasa bahagia dalam hati Noa. Sebentar lagi dia akan bebas dan hidup dengan terhormat seperti wanita lainnya.

"Cepat masuk." Pinta Sigit yang ternyata sudah menyiapkan satu mobil di belakang Motel tersebut.

Noa cepat-cepat masuk di ikuti oleh Sigit. Mobil melaju sehingga keduanya bisa bernafas lega. Mereka fikir sudah terhindar dari kejaran para anak buah Mommy Vivian yang bertumbuh besar dan kekar.

"Kenapa kamu langsung mau Noa? Padahal aku tidak seberapa tampan." Tanya Sigit merasa beruntung karena Noa menerima pinangannya.

"Tuan sudah memberikan sebuah penghormatan jadi kenapa aku tolak."

"Aku tidak akan mengecewakan kesempatan ini Noa..." Belum sempat Sigit menyelesaikan ucapannya. Mobil mereka di hadang oleh mobil anak buah Mommy Vivian.

"Awas Tuan!!!" Pekik Noa.

Ciiiiiiiiiiiittttttttttttt!!!!

Beruntung mobil bisa berhenti sebelum berbenturan. Raut wajah Noa berubah ketakutan menatap ketiga anak buah Mommy Vivian berjalan menghampiri mobil mereka.

"Aku takut Tuan bagaimana ini."

"Kamu jangan keluar. Biar aku bernegosiasi dengan mereka." Sigit turun sementara Noa menunggu dengan raut wajah cemas seraya sesekali melihat sekitar jalan yang sepi karena hari sudah larut.

Awalnya keempatnya terlihat berbincang sebelum akhirnya pengeroyokan tidak terhindarkan. Noa merasa Iba dan segera turun untuk melerai.

"Hentikan! Aku yang menyuruhnya!!" Teriak Noa dengan suara bergetar.

Plaaaaaakkkkkk!!!!

Noa jatuh tersungkur dan menyulut kemarahan Sigit. Tanpa banyak bicara, salah satu anak buah Mommy Vivian mengeluarkan senjata api dengan peredam suara. Mereka menembak Sigit di bagian kepala hingga menembus tengkoraknya.

Duuuuuppppp!!!

Sigit terduduk kemudian terjatuh dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya.

"Tidak!!! Tuan!!! Tuan!!! Kau baik-baik saja." Noa menggoyang-goyang tubuh Sigit yang sudah tidak bernyawa." Kalian kejam!!!" Imbuh Noa berteriak.

Anak buah Mommy Vivian tertawa renyah, seraya membereskan mayat Sigit untuk menghilangkan jejak.

Sejak saat itu. Noa tidak pernah lagi menerima pinangan dari seseorang meski rasanya dia ingin bisa keluar dari tempat yang di sebutnya neraka.

Aku tidak akan melibatkan seseorang lagi. Aku akan kabur dengan caraku dan semoga Tuhan segera memberikan jalannya. Tuhan.. Ku mohon.. Aku ingin keluar dari tempat terkutuk ini..

Flashback off

"Bagaimana pun masa lalu mu. Kamu tetap permaisuri ku sekarang."

"Anak buah Mommy sangat kejam Tuan." Jawab Noa lirih.

"Aku lebih kejam jika milikku di usik." Lucas melajukan mobilnya dengan tangan kanan menggenggam jemari Noa." Tidak perlu takut akan keselamatanmu. Lucas mu akan melindungi mu." Noa belum juga menegakkan kepalanya karena merasa malu dengan rayuan yang Lucas lontarkan.

Apa ini tujuan Tuhan mempertemukan kami? Batin Noa.

Aku pelindung yang di kirim Tuhan untukmu. Batin Lucas.

Setibanya di tujuan. Keduanya pun turun dan memesan tempat duduk yang mengarah tepat di samping jurang. Di sana bisa terlihat kota dengan ukuran mini berserta dengan kendaraannya yang berlalu lalang.

"Kamu suka tempat seperti ini?"

"Pemandangannya menyejukkan mata." Lucas mengangguk seraya menatap lurus ke depan." Jika Tuan ada waktu seharian lagi. Kita ke pantai ya." Imbuh Noa meminta. Dia merasa sangat bebas dan ingin mengunjungi tempat-tempat yang di sukai.

"Setelah ini kita cari pantai yang menyediakan penginapan. Bukankah kita belum berbulan madu? Atau kamu ingin berkunjung ke daerah lain atau mungkin negara lain?" Tawar Lucas sesekali menoleh untuk menikmati kecantikan Noa yang di rasa lebih indah dari pemandangan di hadapannya.

"Kita kunjungi di sekitar sini dulu Tuan. Lalu keluar kota dan selanjutnya keluar negeri." Noa tertawa kecil. Keinginan itu di rasa berlebihan.

"Apa yang kamu tertawakan."

"Aku merasa mulai serakah Tuan. Satu tempat saja belum ku kunjungi sudah menginginkan tempat lain."

"Aku ku wujudkan sesuai dengan keinginanmu tapi." Ucapan Lucas terpotong sehingga membuat Noa menatapnya.

"Tapi apa Tuan?"

"Lahirkan anak untukku agar liburan kita bisa tenang. Tanpa restu Ayah. Kita akan menghadapi masalah besar jika sampai bertemu dengan anggota kerajaan lain yang tersebar di seluruh dunia."

"Hm.." Noa kembali menatap ke depan seolah merasa kecewa.

"Aku memikirkan keselamatan mu Baby dan maaf sudah melibatkan mu dengan masalah besar ini." Kenapa dia tidak mengeluh dalam hati agar aku bisa tahu bagaimana keinginannya.

"Aku memang sudah bermasalah sejak awal Tuan. Menurutku, tidak ada hal yang lebih buruk dari berada di tempat pellacuran itu. Aku tidak masalah jika keselamatan ku terenggut sekarang. Sebab aku sudah memiliki seorang Suami dan itu berarti kematian ku akan lebih terhormat." Lucas meraih kedua pundak Noa cepat lalu mengarahkannya agar menatapnya.

"Aku hanya ingin kamu mengandung anakku. Kenapa kamu jadi membahas masalah kematian?" Protes Lucas tidak sanggup menerima itu meski nyatanya itu hanya sebuah gambaran dari keputusasaan Noa." Jika sampai Ayah ingin membunuhmu maka aku akan terbunuh lebih dulu." Imbuhnya berusaha menyakinkan akan perasaan cintanya yang tumbuh semakin besar.

"Jika Tuan mati lebih dulu." Noa mengerutkan keningnya. Membayangkan berhadapan dengan makhluk buas berwujud manusia." Lalu Tuan membiarkan aku di mangsa oleh mereka." Lucas tersenyum lalu mendekap tubuh Noa sehingga otomatis kursi yang di duduki nya bergeser saling berdekatan.

"Itu hanya perumpamaan. Jika kau sakit, aku juga sakit. Jika kau terbunuh, sama halnya Ayah telah membunuhku. Pegang janjiku. Selama Lucas belum musnah, Noa tidak akan bisa di sentuh siapapun." Bibir Noa tersungging namun saat matanya menangkap sesuatu yang ganjil. Senyum itu tiba-tiba pudar.

"Tuan." Noa menyembunyikan wajahnya di leher Lucas.

"Ada apa?"

"Ada yang memperhatikan kita." Jawabnya pelan. Telinga Lucas kembali bergerak dan mendeteksi suara yang tengah menyebut nama Noa." Aku takut. Bukankah sebaiknya kita menghilang saja." Imbuhnya mengingat kejadian beberapa bulan silam yang tengah menewaskan Sigit. Kedua tangan Noa melingkar erat pada pinggang Lucas, dengan wajah yang masih bersembunyi." Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu. Mereka punya senjata api." Pelukan Noa sekarang menandakan jika dia benar-benar merasa takut.

Peluru itu seperti gigitan semut Baby. Ahhh.. Tapi aku senang melihatmu takut seperti sekarang. Itu membuatku ingin memanjakan mu setiap saat.. Lucas tersenyum, mendengar rencana yang di susun oleh ketiga anak buah Mommy Vivian.

"Kita berdiam sampai malam dan menunggu mereka pergi. Bagaimana?" Tanya Lucas berbisik.

"Mereka tidak akan pergi."

"Akan ku paksa mereka untuk pergi." Jawab Lucas seolah tengah berbicara pada dirinya sendiri.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aing Saha

Aing Saha

Next kilat thor

2022-03-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!