6

Lucas yang masih berbincang dengan Stefanus langsung menoleh saat terdengar lirih teriakan Noa. Hidung tajamnya bahkan bisa mengendus aroma darah yang mengucur pada cincin pemberiannya.

Apa yang terjadi denganmu Baby. Kenapa kamu sampai berdarah.

"Ada apa Lucas?" Tanya Stefanus membaca raut wajah gelisah anaknya.

"Aku ada urusan Yah. Aku pergi dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Stefanus, Lucas melesat seperti angin menuju sumber suara. Sementara Noa menatap pasrah ke arah tangan Nino yang akan meraih bagian depan bra miliknya.

Baru saja Nino menempelkan tangannya. Tiba-tiba tubuhnya terangkat dan terhempas ke atas membentur langit-langit kamar.

Brraaaaakk!!!

Tubuh Nino terhempas ke bawah dan terkejut melihat Lucas yang di fikirnya sebagai lelaki asing.

"Siapa kau!!!" Teriaknya geram seraya berusaha untuk berdiri. Maniknya menatap pintu yang bahkan masih tertutup rapat. Logikanya tidak bisa menjangkau bagaimana caranya Lucas bisa masuk ke dalam.

"Kau mengambil tawanan ku." Jawab Lucas menyentuh borgol yang kemudian meleleh dan akhirnya kedua tangan Noa terlepas.

"Syukurlah Tuan. Kau benar-benar datang." Noa merasa jika vampir di hadapannya lebih baik dari manusia yang ada di sekelilingnya." Bawa aku pergi dari sini." Imbuhnya memegang erat lengan Lucas dengan kedua tangannya.

"Enak saja! Kau jangan pergi dulu. Kau milikku semalaman penuh."

Braaaakkkkk!!!

Secepat kilat, Lucas meraih leher Nino dan memojokkannya di tembok hingga pegangan tangan Noa terlepas begitu saja.

"Dia milikku." Ucap Lucas menekankan.

"Aku sudah membayar ke Mommy! Kau jangan sembarang masuk!!"

"Dia milikku jadi sudah selayaknya aku menjemputnya!!!" Lucas kalap dan memperlihatkan gigi taring juga mata merahnya. Kuku panjangnya mencuat keluar. Mencengkram erat leher Nino yang mulai mengeluarkan darah.

"Ka kau, bu bukan manusia." Tanpa fikir panjang Lucas menghisap darah Nino sampai tubuhnya terlihat keriput. Noa yang melihat itu langsung menghampiri Lucas untuk menghentikan perbuatannya.

"Tuan ini akan jadi masalah."

"Tidak."

Craaaaaasssshhhhh!!!

Sinar keluar dari tangan Lucas dan membuat jasad Nino seketika menjadi abu. Lucas mengendalikan emosinya kemudian berbalik badan dengan keadaan sedia kala.

"Kita pergi. Tutup matamu." Lucas mendengar beberapa langkah kaki mendekat sehingga dia langsung mendekap tubuh Noa dan menghancurkan jendela bertroli lalu terbang seperti angin meninggalkan lokasi.

Braaaakkkkk!!!

Anak buah Mommy Vivian di buat kebingungan. Dengan keadaan kamar yang berantakan, abu bertebaran di mana-mana juga besi troli yang tiba-tiba hancur berkeping-keping.

"A apa yang terjadi? Kemana Noa dan lelaki itu." Gumamnya bertanya-tanya." Cepat lapor Mommy. Aku tidak ingin di salahkan atas ini." Salah satu dari mereka pergi untuk melaporkan kejadian ganjil tersebut.

Noa terduduk lemah di sofa di susul oleh Lucas yang merasa khawatir dengan pergelangannya tangannya yang terluka. Sebelum duduk, dia meraih selimut untuk menutupi tubuh polos Noa yang memang tidak mengenakan baju.

"Kenapa kamu bisa di tempat itu?" Lucas meraih kedua tangan Noa untuk menyembuhkan luka goresan borgol.

"Aku dulu berkerja di sana." Jawab Noa tidak menyadari jika luka pada tangannya sudah menghilang.

"Tempat pellacuran itu?" Noa mengangguk sebentar." Apa tidak ada perkerjaan lain?" Imbuh Lucas menelungkup wajah Noa lalu mengecupi nya lembut seolah ingin mengajak Noa bercinta. Padahal kenyataannya, dia tengah menyembuhkan luka memar pada wajah Noa akibat tamparan dari Mommy Vivian.

"Orang tuaku sudah menjualku pada mereka. Egh Tuan." Lenguh Noa tidak membuat Lucas berhenti menciumi nya.

"Aku tidak mengerti cara berfikir manusia. Kenapa mereka menganggap bangsa mereka sebuah barang yang bisa di perjual belikan."

"Aku juga tidak mengerti Tuan. Egh ah.. Kenapa Tuan tidak berhenti mencium." Protes Noa ingin menjauhkan wajah Lucas namun dia tidak berani melakukannya.

Selain karena Lucas bukan manusia, Noa juga merasa berhutang nyawa pada makhluk berwujud manusia yang masih mencumbu wajahnya.

"Aku suka mendengar suaramu." Lucas mengangkat wajahnya dari pipi Noa setelah penyembuhannya selesai.

Noa kembali terenyuh, dengan ketampanan Lucas yang kini tengah menatapnya.

"Aku harus memasak air untuk mengompres..." Noa melongok saat melihat tangannya baik-baik saja." Di mana lukanya." Imbuhnya terbata.

"Selama cincin itu masih melekat di jarimu. Tidak akan ada orang yang bisa melukaimu."

Bukan hanya Tampan, dia juga baik sekali.

Hati Lucas kembali bergetar mendengar pujian yang ada di dalam hati Noa.

Kau manusia pertama yang menerima kebaikan ku.

"Terimakasih Tuan."

"Panggil aku Lucas. Lantas namamu siapa?"

"Panggil saja Noa."

"Noa. Hm.. Katakan padaku. Kenapa bisa kau tertangkap oleh mereka." Lucas baru menyadari gaya rambut Noa yang berbeda.

"Aku tadi mencari makan siang lalu ke salon untuk merubah penampilan." Lucas menyentuh ujung rambut Noa lalu menghirup aromanya.

Wanita ini benar-benar membuatku gila.. Semua yang ada padanya sangat ku sukai termasuk gaya rambutnya sekarang. Dia semakin kelihatan cantik dan harum.

"Untuk siapa kau merubahnya? Untukku?"

"Bukan Tuan. Aku tidak ingin mereka menemukan ku tapi nyatanya aku tertangkap dengan mudah."

Kenapa dia tidak menjawab iya saja. Seandainya saja dia bukan manusia. Aku sudah mengenalkannya pada Ayah..

"Kamu tenang saja Baby. Tidak ada yang bisa menyentuh tawanan ku."

Noa merasa nyaman dengan ucapan tersebut. Meskipun dia tahu jika ucapan itu dari seorang vampir. Hidupnya memang sudah berantakan sejak awal. Sehingga tidak ada tujuan lain selain hidup dengan tenang.

Noa ingin hidup selayaknya wanita di luaran. Menikmati masa mudanya dengan baik tanpa rantai belenggu seperti yang Mommy Vivian pasangkan pada lehernya.

Memang gaji besar Noa dapatkan. Tapi kemanapun dia pergi melangkah. Para anak buah Mommy Vivian mengikutinya untuk mengingatkan batasan-batasan padanya dan peraturan ketat yang wajib di lakukan.

Rasanya aku memang tidak bisa hidup bebas..

"Kamu ingin?" Tanya Lucas menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Ingin apa Tuan?"

"Kamu lupa jika aku bisa membaca suara hatimu."

"Iya. Aku lupa."

"Jadi?"

"Rasanya tidak bisa Tuan. Em Mommy Vivian bukan orang sembarangan. Bisnis kotornya tersebar di seluruh kota sehingga sangat tidak mungkin jika aku melarikan diri darinya." Lucas mengangguk-angguk seraya tersenyum.

"Lain cerita jika kamu bersamaku. Manusia manusia itu tidak bisa menyentuhmu selama kamu menjadi tawanan ku."

"Lantas apa bedanya? Bukankah seorang tawanan selayaknya berada di penjara?" Tanya Noa lirih.

"Tidak Baby. Kau bebas pergi kemana saja. Asal setiap malam kau memberikan sedikit darahmu untukku seperti perjanjian itu." Noa mengangguk-angguk.

"Apakah rasanya sakit Tuan."

"Aku akan melakukannya dengan hati-hati meskipun aku tidak tahu bagaimana rasanya." Noa tersenyum aneh lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela kamar. Dia menahan diri untuk tidak berbicara di dalam hati dengan kekhawatirannya." Aku akan memintanya lebih awal jika kamu penasaran dengan rasanya." Secepat kilat Lucas menindih tubuhnya, hingga membuat Noa terpekik dan melebarkan matanya.

Lucas tersenyum tipis, dengan taring runcingnya. Saliva Noa tertelan kasar. Ketakutan luar biasa di rasakan dengan degup jantung berdetak tidak beraturan. Begitu juga yang terjadi pada Lucas. Hatinya bergetar hebat, menatap kagum pada paras cantik Noa yang ada di bawahnya.

Setelah ini kamu jadi milikku sebab darahmu sudah bercampur dengan darahku..

Bibir Lucas mendekati leher jenjang Noa dan menusukkan taringnya.

"Egh.." Noa mengelinjang, merasakan sensasi luar biasa terjadi pada sekujur tubuhnya.

Di luar dugaan jika rasanya lebih melenakan dari sebuah cumbuan. Hingga kedua tangannya tanpa sadar menggalung erat pada leher Lucas dengan mata terpejam.

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!