Bab 19 - Analisis Sang Dokter

"Formula? Astaga! Sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar," ucap Kyara dalam hati.

"Kau Kyara Zevania Andhakara, kan? Yang mengerjakan formula biokimia sulit di ruang kerja ini?" tebak Albert.

"Maaf dokter, mungkin saja memang aku yang menulis di atas kertas itu. Tetapi mengapa Anda langsung menembak nama Kyara?" bantah Kyara.

"Apa dokter tidak pernah melihat berita? Kyara Zeflvania Andhakara kan, sudah meninggal?" lanjut gadis itu lagi.

"Sayangnya analisaku tidak hanya berputar pada formula itu saja.Ku dengar dokter Evan memiliki seorang putri yang mengidap sindrom langka. Dan ciri fisik itu sangat mirip denganmu," jelas Albert.

"Analisis Anda sangat gak masuk akal dokter."

"Kamu masih mau membantahnya? Padahal aku cuma ingin membantumu," ujar Albert.

"Jika dugaanku benar, maka kamu telah dibuang dan dikhianati oleh keluargamu," lanjut pria yang memiliki hidung mancung sempurna itu.

Kuara menarik nafas panjang, ia ragu harus jujur atau tidak? Bagaimana jika semua ini hanya jebakan?

"Kyara, dengar. Kamu boleh mencari latar belakang ku. Tidak semua orang bisa mengetahui hal itu. Apa itu sudah cukup untuk meyakinkan mu?

"Apa mungkin, dokter Evan menipu semua orang? Apa tujuannya?" tanya Kyara.

"Entahlah aku juga tidak tahu. Tapi itu semua hanya tebakanku saja," sahut Albert. "Apa kamu mau melakukan tes DNA untuk membuktikannya?"

"Hah... Aku tidak punya biaya untuk itu, dokter," jawab Kyara.

"Ternyata dugaanku benar, kan? Kalau kamu memang bukan Kiara untuk apa repot-repot memikirkan biaya tes DNA?" Albert memandang Kyara sambil memamerkan senyum manisnya.

Sementara Kyara terperanjat mendengarnya. Bola matanya membesar. Ia tidak menyangka, akan masuk ke dalam jebakan sang dokter.

"Di awal pertemuan kita, kamu juga sempat salah menyebutkan sebuah nama. Apa kamu ingat, nama siapa yang kamu sebutkan?"

Wajah Kyara semakin pucat. Tidak disangka, identitasnya akan terbuka sangat cepat. Apakah ia harus senang atau curiga?

"Tapi aku memiliki identitas Kalisa?" kata Kyara meyakinkan. Ia tidak mau terlalu cepat buka suara dan terjebak dalam lingkaran orang jahat lagi.

"Identitas Kalisa? Kamu mengataknnya seakan-akan itu adalah orang lain, bukan dirimu sendiri," sahut Albert.

"Jadi, apa kau mau menceritakan semuanya?" bujuk dokter muda itu.

"Kalau begitu, bagaimana jika dokter terlebih dahulu menceritakan tentang diri Anda?" Kyara memberikan sebuah tawaran.

Albert tertawa kecil. Wanita di hadapannya benar-benar tidak mudah dibujuk.

"Baiklah aku akan cerita. Kuharap kamu mempercayainya," ujar Albert kemudian.

"Aku tidak suka dengan wanita. Bahkan bisa dibilang aku sangat membencinya," kata Albert. "Tapi sebaliknya, jika seorang wanita tidak menunjukkan rasa ketertarikan terhadap ku maka aku bisa menjadikannya teman."

"Sepertinya aku sudah mendengar hal itu. Apa ada rahasia yang lain?"

Albert hanya tersenyum mendengarnya. Entah mengapa justru ia yang merasa dibodohi oleh wanita dihadapannya.

Sang dokter bisa saja mengatakan, bahwa ia mengetahui kalau Kyara baru saja pulang dari menemui sang kakak kembarnya. Tetapi dia tidak ingin membuat gadis itu semakin curiga terhadapnya.

"Apa kamu pernah mendengar rumor, kalau aku memiliki sebuah laboratorium penelitian rahasia?Sayangnya itu bukan cuma rumor."

"Laboratorium rahasia? Aku belum pernah mendengarnya," pikir Kyara di dalam hati.

"Jika kamu bertanya, mengapa aku mau membantumu? Itulah jawabannya," ujar Albert.

"Maksud dokter, berkaitan dengan laboratorium tersebut?" sahut Kyara.

"Iya, itu yang aku maksud," jawab Albert.

"Memangnya aku bisa membantu sebagai apa? Sekolah saja aku tidak selesai," ucap Kyara masih belum paham.

"Dengan keadaanmu, sebagai bahan uji coba bagiku," ucap Albert.

"Ah, begitu?" Entah kenapa Kyara merasa senang mendengarnya. Ini jauh lebih baik dibandingkan agar membantunya dengan alasan kasihan.

"Jadi, apa yang akan dokter lakukan dengan tubuhku?" tanya Kyara.

"Jika benar kamu menderita sindrom langka tersebut, maka aku akan berusaha menemukan formula untuk menyembuhkannya," kata Albert.

"Penelitian ini membutuhkan waktu yang lama. Dengan otak yang cerdas kamu juga bisa memberikan masukan-masukan yang bagus untukku," jelas Albert lagi.

"Dokter, gimana Anda bisa menyimpulkan kalau aku pintar, hanya dengan selembar kertas? Bisa saja aku sengaja mencontek, atu cuma kebetulan benar," ucap Kyara.

"Tidak ada yang kebetulan tentang formula biokimia itu. Lagi pula, kau mau menconteknya dari siapa?" Albert mendekatkan wajahnya ke wanita muda tersebut.

"Kan sudah ku bilang, hanya ada beberapa orang yang mampu menyelesaikannya dengan tepat. Aku dan Mila saja tidak bisa," jelas Albert panjang lebar.

Lagi-lagi Kyara terdiam. Ia pasrah. Mungkin saja ini salah satu jalan keluar untuk mendapatkan hiup yang lebih baik. Walau pun harus menyerahkan diri sebagai bahan riset.

"Baiklah, aku pikirkan dulu. Karena ini bukan keputusan yang mudah," jawab Kyara. "Lagi pula, aku harus melihat labnya, dan surat perjanjiannya dulu," lanjutnya lagi.

"Deal," kata Albert sambil mengulurkan tangan unruk berjabat tangan.

Grrooowwwlll... tiba-tiba sebuah suara alam datang dari perut Kyara.

"Apa itu? Hahahah... Kau belum makan malam?" tawa Albert.

"Dasar perut nggak tahu diri," gerutu Kyara dalam hati.

"Yuk, aku tahu tempat makan yang murah dan enak," ajak Albert. "Nih, gajimu." Pria itu memberikan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Tapi aku baru beberapa hari bekerja di sini. Satu minggu aja belum," ujar Kyara. Ia sungkan menerima pemberian dokter itu.

"Udah.. Ambil aja, sih. Uangmu di dompet tinggal dua puluh ribu, kan?" kata Albert seraya mengenakan jaketnya.

"Lah, dokter membongkar isi dompetku, ya?" teriak Kyara.

"Waduh, keceplosan," ucap Albert dalam hati.

...🌺🌺🌺...

"Maria, kamu kenapa, sih?" tanya Restu yang sedang menyetir. Wanita di sebelahnya tidak bisa berhenti menggigit kukunya.

"Dia muncul. Benar kataku, kan? Gadis brengsek itu muncul," ujar Maria. "Seharusnya kita langsung membunuhnya saja dulu," lanjutnya lagi.

"Hei, tenanglah. Memangnya apa yang bisa dilajukan wanita buruk rupa itu? Tes DNA? Uang dari mana? Lapor ke polisi? Apa buktinya?" kata Restu.

"Tapi kau tahu, kan, kalau dia itu wanita licik?" balas Maria.

"Dia bukan licik, tapi cerdas. Sayang rupanya mirip monster. Yang licik itu wanita di sebelahku, tapi otaknya cuma satu ons," ucap Restu.

"Seharusnya kita tidak membiarkannya pergi tadi. Kita harus membuntutinya agar tahu dia tinggal di mana?" kata Maria.

"Tidak perlu. Aku sudah menempelkan pelacak di dalam tas dan HPnya tadi. Saat kita sedang membongkar isi tasnya," kata Restu.

"Beneran? Ih... Sayangku pinter, deh," ucap Maria. "Eh tapi, kamu dapat dari mana penyadap itu? Kok tiba-tiba ada?" tanya Wanita berkulit putih tersebut.

"Kebetulan aku lagi membawanya. Rencana mau ku gunakan untuk menghajar preman-preman yang sering malak di bawah jembatan itu," kata Restu.

"Cih, nggak mungkin kan aku bilang, kalau sebenarnya aku mau pasang pelacak itu untum Maria?" gumam pria itu dalam hati.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Rafika Noor Siregar

Rafika Noor Siregar

lanjuuuuutttt

2022-04-15

4

Miuuuu

Miuuuu

🤣🤣🤣ngakak aku tu. udh keren2 doktwrnya dr awal. Eh, endingnya keceplosan juga

2022-04-14

8

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!