Bab 13 - Mental Baja

Hari pertama Kyara bekerja di klinik, ia sudah bergerak sejak subuh. Kyara tidak bekerja sendirian. Di klinik yang tidak pernah sepi ini, ada sebelas orang yang siap membersihkan klinik setiap saat.

"Kyara, bagianmu adalah pantry, laundry, dan toilet lantai satu," begitu kata Albert tadi malam.

Kyara bekerja dengan sangat cekatan. Embel-embel anak orang kaya yang manja, tidak melekat pada dirinya.

Gadis buruk rupa itu tidak malu mengerjakan semuanya. Cleaning service senior juga memuji hasil kerjanya yang rapi.

Tetapi tentu tidak semua menyukainya. Sudah ada beberapa masalah yang sengaja dibuat oleh para perawat, yang kemarin menolak keberadaan Kyara.

Mulai dari sampah bekas sarapan yang sengaja ditumpuk di pantry. Selimut kamar kosong yang tiba-tiba diganti, hingga pekerjaan-pekerjaan remeh lainnya.

"Heh, badut! Tolong bikinkan gue kopi dong. Kopinya satu sendok. Gula satu setengah sendok. Air 200 ml suhunya tujuh puluh derajat celcius. Gak boleh kurang atau lebih," perintah Kiki yang baru saja datang.

"Maaf, Mbak. Saya bukan ibu kantin," tolak Kyara yang mengangkat satu ember baju pasien.

"Tapi kamu kan di bagian pantry," paksa Kiki

"Saya memang di pantry, Mbak. Tetapi sebagai cleaning service, bukan maid atau chef," tolak Kyara lagi.

"Grrrrr..." Kiki merapatkan giginya. Ia kesal, wanita yang ia pandang rendah itu berani melawannya.

"Kalau begitu saya permisi, Mbak. Pekerjaan saya masih banyak," ujar Kyara lagi.

"Huh, dasar sombong. Baru dibaikin dikit aja sama dokter Albert udah belagu. Padahal mah dia cuma pembantu di sini," gerutu Kiki setelah Kyara pergi.

Tep! Seseorang menepuk bahu perawat molek itu.

"Kamu juga pembantu di sini. Pembantu pekerjaan dokter. Tuh, ada dua pasien yang infusnya perlu diganti. Kamar nomor 8A juga belum sarapan," kata dokter Mila.

Dokter Mila adalah salah satu dokter di klinik tersebut. Ia merupakan kepala bagian poli penyakit dalam. Sikapnya yang santun dan lemah lembut, membuat Albert menjadikannya mitra kerja.

"Hisshhh.. Dasar janda sok hebat. Padahal jabatannya cuma sedikit lebih tinggi dari aku, tapi hobi banget ngatur-ngatur?" omel Kiki sambil berlalu pergi.

"Aku bisa mendengarnya ya, Ki..." ujar Mila.

Sementara pekerjaan Kyara masih terus berlanjut. Sedari tadi wanita itu sibuk melipat jemuran yang dicuci kemarin.

"Kalisa, gimana bekerja di sini?"

"Oh, dokter."

Kyara melihat sang dokter berdiri di depan pintu. Auranya terlihat lebih berwibawa, ketika mebgunakan jas dokter yang putih bersih. Rambutnya yang disisir rapi, membuatnya terlihat lebih tampan.

"Duh, aku mikir apa sih?" Kyara malu sendiri.

"Lah, kok malah bengong? Kamu nggak betah ya kerja di sini?"

"Eh, betah kok," jawab Kyara segera.

"Jangan kerja terlalu berat, ya. Kamu di sini kan hanya bantu-bantu. Untuk pekerjaan yang agak berat lainnya, kamu bisa minta tolong cleaning service laki-laki saja," kata Albert.

"Siap, dokter."

"Ah, kamu juga jangan lupa makan. Nasi goreng buatan ibu kantin enak, lho," ujar Albert sebelum pergi.

"Haishhh... Kenapa dia baik banget, sih? Aku jadi rada curiga. Sejak Restu dan Maria menghianatiku, aku jadi susah percaya dengan orang lain. Apalagi pria tampan seperti dia," gumam Kyara.

Tok! Tok! Tok!

"Hei, CS. Kamar bersalin harus dibersihkan tuh. Kontainer sampah di lantai tiga juga sudah penuh. Galon juga udah pada kosong." Kali ini Vera yang memerintah Kyara seenaknya.

"Maaf Mbak Vera, tapi ruang bersalin kan bagiannya Bu Juwairiah. Sedangkan urusan sampah dan galon itu pekerjaannya Mas Teo." Lagi-lagi Kyara menolak. Gadis itu tetap melanjutkan pekerjaannya melipat kain.

"Tapi kan kamu cleaning service di sini!" paksa Vera.

"Iya, Mbak. Tapi kan sudah ada bagian masing-masing. Mbak pasti nggak suka.kan, kalau pekerjaannya di serobot orang. Nah, mereka juga begitu," sahut Kyara santai. Ia tidak mau diperintah seenaknya oleh orang-orang tersebut.

"Kamu tuh masih baru di sini. Jangan berani membantah," kata Vera.

"Nah, Mbak sendiri juga tahu, kalau aku masih baru di sini. Kalau nyerobot pekerjaan orang bisa dimarahi nanti," balas Kyara dengan ekspresi wajah datar.

"Kalau ada apa-apa, Mbak kan bisa bilang sama Pak Nof, kepala CS di sini. Nanti dia yang menunjuk anggotanya untuk bekerja," lanjut Kyara lagi.

"Vera, sejak kapan kamu jadi ngurusin kerjaan cleaning service?" tiba-tiba Albert muncul.

"Do-dokter! Kok ada di sini?" Vera tak menyangka kalau Albert bakal muncul di sana.

"Saya ada urusan. Kamu sendiri ngapain di sini? Udah antar obat untuk pasien?" ucap Albert dengan tatapan mengintimidasi.

"I-itu... Sudah, kok."

"Betul, ya? Sebentar lagi saya mau visit pasien," kata Albert. Vera buru-buru kabur dari sana, tanpa menjawab lagi.

"Dokter kenapa balik lagi ke sini?" tanya Kyara.

"Ini, ada nasi uduk. Ada baju bekas juga dari Mila. Kayaknya cocok untuk kamu." Albert menyerahkan dua kantong plastik pada Kyara.

"Saya boleh menerima ini? Artinya saya harus membayar budi lebih banyak lagi, dong," tolak.Kyara secara halus.

"Yang ini terima saja. Anggap saja hadiah kecil dari kami," kata Albert.

...🌺🌺🌺...

Malam harinya...

Kyara baru saja menghabiskan nasi goreng makan malamnya. Ia bersandar di tepi tempat tidur.

"Ah, sampai kapan ya aku berada di sini? Aku nggak bisa selalu memberatkan mereka," pikir Kyara. "Nanti aku tanya sama dokter, deh."

Tok! Tok! Tok!

"Kalisa?"

"Ya, dokter." Kyara lalu membukakan pintu. "Ada apa?"

"Kemarilah. Aku membawakan obat untukmu." Albert mengajak Kyara duduk di kursi kayu depan kamar.

"Obat?" dahi Kyara berkerut.

"Iya, pengobatan kamu kan belum selesai." Albert meraih tangan Kyara dan hendak memeriksanya. "Kamu harus berada terus di sini sampai benar-benar sembuh."

Kyara menarik lengannya tiba-tiba. Albert terkejut.

"Kenapa Kalisa? Ini nggak sakit, kok." Ternyata dokter muda itu salah paham terhadap reaksi Kyara.

"Bukan itu. Aku nggak bisa menerima ini semua, dokter."

"Loh, kenapa? Kita kan sudah deal soal biayanya," kata Albert.

"Saya nggak bisa terus menerus menerima semua kebaikan ini. Terutama dari pria tampan seperti dokter," ujar Kyara blak-blakan.

"Aku tampan?" sahut Albert sambil tertawa.

"Nggak usah pura-pura terkejut. Anda pasti sudah sering mendengar hal itu, kan?" kata Kyara.

"Hmm... Ya, sejujurnya cukup sering, sih. Memang apa masalahnya kalau saya yang tampan ini membantumu?" tanya Albert sambil menatap Kyara dengan tajam.

"Sudah pasti, kan? Orang pasti akan memandang aneh," ujar Kyara.

Albert tertawa kecil, "Tadi siang kamu hebat, lho. Berani melawan cewek-cewek itu dengan tegas," ujar nya.

"Aku juga udah melihat hasil kerjamu. Rapi dan bersih. Para cleaning service lainnya juga memujimu," lanjut Albert.

Kening Kyara semakin berkerut, "Maksud dokter apa?"

"Kamu wanita cerdas, Kalisa. Pasti mengerti maksudku. Hubungan kita itu mutualisme. Jadi jangan merasa kamu hanya menerima," ujar Albert.

"Apa kamu mau hidup gelandangan lagi di luar sana? Tidak ada yang mau menerimamu, kan? Aku tahu, kamu memiliki kebutuhan khusus," bisik Albert.

Jantung Kyara berdegup kencang. Entah mengapa, mendengar kalimat terakhir, ia semakin curiga dengan pria dihadapannya.

(Bersambung)

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!