Bab 2 - Monster Girl

"Kyara Andhakara?" gumam sang perawat dengan gemetar. "Mbak mau menipu kami, ya? Beliau kan sudah meninggal," lanjutnya.

Cetarrr!!

Kyara seperti mendengar sambaran petir di telinganya. Apa yang sudah terjadi sejak ia tak sadarkan diri?

"Aku benar-benar Kyara. Aku bisa menjelaskan secara detail bagaimana kehidupan Kyara dan keluarganya. Kalau perlu tes DNA," ucap Kyara terbata-bata di sela isak tangisnya.

“Kalian juga bisa menelepon kedua orang tuaku sekarang. Aku ingin bicara dengan mereka,” desak Kyara.

Seluruh otot wajahnya merasa pedih yang luar biasa, ketika ia berbicara. Tetapi ia tidak ingin pasrah begitu saja.

"Mbak pikir ini novel isekai, yang gampang banget pindah ke tubuh orang lain?" ucap perawat yang kesabarannya sudah semakin tipis. Suara perawat itu bernada agak tinggi.

"Begini, dek. Mungkin saat ini kamu sedang shock dengan keadaanmu. Terlebih setelah koma selama tiga minggu,” ucap dokter muda itu pada Kyara.

"Apa? Tiga minggu?"

"Benar. Makanya lebih baik fokus pada pemulihanmu saja saat ini. Nanti setelah sembuh total, kamu bisa cari tahu lagi tentang keluargamu," ucap dokter menengahi.

"Kenapa jadi gini? Padahal ini beneran aku, Kyara.” Kyara terus meyakinkan paramedis tersebut.

"Aku juga mendengar semua obrolan Maria dan Restu. Aku mendengar semuanya, bahkan bagaimana mereka benci padaku. Aku bukan Kalisa."

Kyara menangis dalam hati. Ia pun membuka barang-barang peninggalan Kalisa yang diberikan perawat tadi.

Ia menemukan sebuah KTP, yang menunjukkan seorang wanita berusia sembilan belas tahun. Dua tahun lebih muda dari pada dirinya. Foto pada KTP tersebut masih sangat jelas.

Paras wanita itu jauh berbeda dari dirinya. Lantas, mengapa orang-orang bisa memanggilnya Kalisa?

"Mbak, bo-bolehkah saya meminta sebuah cermin?" pinta Kyara tepat sesaat sebelum dokter dan perawat itu meninggalkan ruangan.

Setelah saling berpandangan dengan sang dokter, akhirnya perawat bertubuh mungil itu menganggukkan kepala.

"Baiklah, akan saya ambilkan. Tunggu sebentar, Mbak," ucapnya.

Tak sampai lima menit, perawat itu pun kembali dengan membawa sebuah cermin kecil. Tangannya gemetar ketika menyerahkan cermin itu pada Kyara. Dengus napasnya terdengar jelas.

“Ada apa, ya?” pikir Kyara curiga. Ia pun menguatkan hatinya.

“Kyaaa!”

Tangis Kyara pecah, ketika melihat wajahnya di cermin. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya selain jeritan histeris.

Hatinya kian menjadi berkeping-keping, melihat wajahnya penuh bekas luka bakar dan hampir tidak dikenali.

...🌺🌺🌺...

“Hei, itu pasien yang dibilang orang-orang di IGD kemarin, ya?”

“Kayaknya iya, deh.”

“Astaga, serem banget. Kayak monster gitu…”

“Makanya dia memakai kamar itu seorang diri. Tidak ada pasien lain yang mau berbagi kamar dengannya.”

Para perawat yang melewati kamar Kyara saling berbisik. Mereka semua memandang Kyara dengan sebelah mata. Namun pada akhirnya, mereka malah jadi berkumpul dan mengobrol di depan kamar Kyara.

“Aku juga kalau jadi pasien gak bakal mau berbagi kamar dengannya. Untung saja bukan aku yang menjadi perawatnya. Bisa-bisa aku kesurupan di dalam.”

“Hush, itu keterlaluan banget nggak, sih? Memangnya dia dedemit?”

Para perawat tersebut tertawa sambil membicarakan Kyara.

“Meski gajinya besar untuk merawat dia, kalau aku sih masih mending merawat gorilla, dari pada cewek jadi-jadian kayak gitu.”

“Tapi kasihan nggak, sih? Selama dia dirawat di sini nggak ada yang mengunjunginya, lho. Cuma ada beberapa orang dari perusahaan dan keluarga dokter Evan yang datang untuk memberi santunan.

“Lho, kan katanya dia yatim piatu dari panti asuhan? Jadi siapa orang yang mau datang menjenguknya?”

“Jangan-jangan orang tuanya sengaja membuangnya waktu kecil. Hahaha… Memangnya siapa sih, yang mau merawat anak aneh kayak gitu? Yang ada malah bikin sial.

“Hei kalian para gadis! Memangnya kalian nggak punya pekerjaan? Para pasien sudah dikunjungi?”

Seorang dokter senior menegur dan membubarkan para perawat yang sedang ngerumpi tersebut.

“Haah… Dasar dokter tua, kolot. Gak bisa lihat orang santai sebentar saja,” celetuk salah seorang perawat dengan suara pelan.

“Saya bisa mendengar itu, ya. Siap-siap saja dipindahkan ke bagian IGD, kalau kalian nggak punya pekerjaan,” kata sang dokter memberi peringatan.

Kyara membalikkan tubuhnya membelakangi pintu kamar. Ia mendengar semua obrolan itu dengan jelas. Hatinya merasa teriris.

Sejak duduk di bangku sekolah, ia sudah sering mendengar kata-kata yang merendahkannya seperti itu. Anak monster, makhluk jadi-jadian, manusia purba, begitulah yang selalu didengar Kyara setiap hari.

Kyara Zevania Andhakara, begitulah nama lengkapnya. Ia terlahir dari keluarga terpandang pasangan Dokter ahli bedah ternama, Evander Andhakara, dan Psikolog terkenal Rhea Alenka Andhakara.

Semasa kecilnya, Kyara harus hidup bergantung pada orang lain. Penyakit langka yang dideritanya, membuat tumbuh kembangnya jauh lebih lambat dari pada anak-anak lain. Bahkan untuk berjalan dan berbicara saja, ia membutuhkan bantuan.

Jemarinya yang tumbuh tidak sempurna. Tinggi badannya di bawah rata-rata. Kulit gelap dan bersisik. Bibir tebal dan barisan gigi tidak rata, membuat Kyara telihat menakutkan di mata orang-orang.

Jauh berbeda dengan Kyara, Maria Zephyra Andhakara tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Rambut hitam dan panjang, halus bagaikan sutera. Mata biru yang indah. Kulit mulus tanpa cacat, serta sikapnya yang lemah lembut, membuat semua orang menyayanginya.

Tidak ada yang percaya, jika Maria dan Kyara adalah saudara kembar, bahkan saudara kandung. Tak sedikit pula orang yang mencaci Kyara, yang tumbuh sangat berbeda dari keluarganya. Bahkan tak jarang mereka meragukan bahwa Kyara adalah anak kandung Evan dan Rhea.

Meski demikian, Kyara tumbuh dalam kasih sayang yang cukup. Kedua orang menyayanginya. Kakak kembarnya pun demikian. Kyara diperlakukan sama dengan Maria, bahkan menempuh pendidikan di sekolah yang sama.

Tidak hanya dari segi fisik, tingkat kecerdasan mereka pun jauh berbeda. Kyara berusaha belajar keras dan disiplin demi mencapai nilai di atas standar minimum, yang telah ditetapkan sekolah.

Tapi, setelah semua usaha itu, Kyara hanya mampu menyabet peringkat ke lima dari bawah. Kyara tertinggal jauh dari sang kakak yang langganan juara umum sekolah.

"Jangan bersedih, Kyara. Kamu tetaplah adikku." Begitulah ucapan Maria kala itu. Kakak yang hanya lebih tua selama dua puluh lima menit itu, selalu menyayangi sang adik kembar.

Tapi itu dulu, sebelum Kyara mendengar langsung obrolan Maria dan sang kekasih. Mereka yang bersekongkol untuk melenyapkan Kyara.

“Ingin membunuhku? Ah, memangnya aku salah apa pada mereka berdua?” marah Kyara.

Waktu terus bergulir. Sang surya mulai turun dari peraduannya, digantikan Sang Dewi Lunar yang memancarkan sinar lembut.

Udara sejuk pun mulai menyapa. Kyara menarik selimutnya lebih erat lagi. Hatinya yang kosong menambah pilu dan dinginnya suasana kamar itu.

“Ini sudah malam, tetapi tidak seorang pun datang mengunjungiku selain Maria dan buaya darat tadi. Ke mana papa dan mama?” pikir Kyara sedih.

“Apa karena aku sudah dinyatakan meninggal dunia, makanya tidak ada yang mengunjungiku?” pikir Kyara sedih.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

ya iyalah, begini, ceritanya loe kan dah mati,lalu yang kau sebut ayah dan ibu juga dah mati, loe mau di kunjungi siape, Mak lampir 🤔😑

2023-01-15

1

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

eeh aku kira dia beneran idiot🤔

2023-01-15

1

Nanakim

Nanakim

Wah, karya baru lagi... Sukaaa 😍😍😍

2022-03-19

13

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!