Bab 17 - Kembar Tertukar

"Dokter? Anda sedang apa di sini?" terdengar suara seorang perempuan di belakang sang dokter.

Deg! Selama beberapa detik, jantung Albert seakan berhenti berdetak. Pria itu buru-buru menyimpan kembali KTP Kalisa ke dalam dompet, sebelum membalikkan badan.

"Mila?" Albert menghembuskan napas panjang melihat wanita berjas putih yang berdiri di depan pintu.

"Kenapa wajahmu kayak abis buang angin gitu? Lega banget," ujar Mila.

"Eh, nggak apa-apa, kok."

"Jangan coba-bohongin aku. Anda baru saja ngubek-ngubek kamar seorang gadis, kan? Mencurigakan banget."

Mila memiringkan kepalanya dan melemparkan pandangan ke dalam ruang sempit tersebut.

"Ah, aku hanya mengecek sesuatu," jawab Albert. Ia tahu, tidak akan bisa berbohong di hadapan mantan teman kuliahnya ini.

"Untung saja kau pemilik klinik ini. Kalau tidak, pasti sudah dianggap pria mesum," ujar Mila masih tak puas menganggu pria manis di hadapannya.

"Kau tahu, kan? Aku nggak mungkin begitu," ujar Albert.

"Maksudmu soal menyukai perempuan? Sampai kapan kamu hidup seperti itu? Berapa banyak wanita cantik dan pintar di sekelilingmu, tapi semua disia-siakan," kata Mila panjang lebar.

"Mila, aku tahu apa maksudmu." Albert maju selangkah, mendekati rekan kerjanya tersebut. "Bukan berapa banyak wanita di sekelilingku, tetapi ada seorang wanita yang selalu berada di sisiku. Itu kamu. Iya, kan?"

Ucapan Albert sukses membuat Mila membeku. Ternyata terlalu mudah bagi Albert untuk menebak isi hatinya.

"Maaf, Mila. Aku masih belum bisa membuka hatiku untuk siapa pun," bisik Albert.

"Tapi, kenapa kau sangat baik dan perhatian pada orang asing itu?" Sayang sekali, kalimat itu hanya terucap di dalam hati dokter Mila saja.

"Kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Albert memutar cerita.

"Aku hari ini ingin pulang cepat. Jadi datang ke sini lebih awal untuk mengecek kesehatannya. Seharusnya pekerjaannya sudah selesai, kan?"

"Seharusnya begitu." Albert melemparkan pandangan ke arah lain. Jangan sampai Mila tahu, kalau dia lah yang membuat pekerjaan Kyara menumpuk.

...🌺🌺🌺...

Fakultas Kedokteran AN University, di sini lah Kyara berdiri sekarang. Di halaman fakultas paling bergengsi di kota, bahkan negara tersebut.

Hembusan angin di sore hari, menggugurkan dedaunan yang sudah berwarna kecoklatan. Udara panas dari sengatan sang mentari pun perlahan sirna.

Langit sore yang berwarna jingga temaram, membuat bangunan-bangunan di kompleks fakultas itu, kian terlihat menyeramkan.

Kyara cukup mudah memasuki wilayah ini, karena ramainya mahasiswa yang berlalu lalang sore ini. Ia menggunakan penyamaran sebagai kurir paket, dengan menggunakan sepasang baju dan sebuah topi yang ia pinjam dari rekan sesama CS-nya.

Sebenarnya ini adalah tempat kedua yang dikunjungi wanita mungil itu, untuk menemui sang kakak kembar yang telah merenggut kehidupannya.

Sanctuary Village. Perumahan mewah bak istana itu, berjajar rapi diselingi dengan pepohonan dan bunga-bunga yang indah, adalah tujuan pertamanya tadi.

Akan tetapi penjagaan yang berlapis, membuat Kyara terhenti di gerbang, meskipun ia telah mengubah penampilannya. Tapi ternyata petugas keamanan tersebut tidak mudah dikelabui.

"Tentu saja mereka tidak mengizinkan aku masuk. Penjagaan di kompleks teraebut kan berlapis. Lagi pula, di warung kecil saja kemarin aku tidak dibolehkan berbelanja," gumamnya Kyara sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Para mahasiswa baru saja keluar dari kelas. Hati Kyara sedih. Dulu, dia sangat berharap menjadi bagian dari kampus ini. Tapi kekurangan yang ia miliki, membuat harapannya pupus.

"Kau mau masuk kedokteran? Mau ngobatin orang atau membunuh pasien?"

"Tinggi mu aja masih setara anak SMP. Gimana mau pasang infus?"

"Lihat kulitmu yang bersisik tersebut. Mana ada orang yang mau berobat padamu. Yang ada mereka malah ketularan penyakitmu."

Itulah yang Kyara dengar setiap hari, saat ingin mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai dokter dan psikolog. Padahal Kyara yakin, dirinya mampu menguasai bidang itu dengan baik.

Bruk! Kyara meletakkan ekornya di atas lantai keramik, di belakang ruang dosen. Beruntung, dengan penampilannya yang tersamarkan dan mirip kurir paket, Kyara sedikit lebih leluasa berjalan di sekitar wilayah kampus, tanpa harus diteriakin sebagai orang gila atau pun cewek monster.

Kyara sengaja memilih tempat itu untuk mencari kakak kembarnya, karena para mahasiswa sering melalui tempat tersebut untuk menuju ke tempat parkir. Barangkali, ia beruntung bisa menemui Maria di sana.

"Saya kecewa dengan kamu, Maria. Dalam satu bulan terakhir, perfoma-mu langsung terjun drastis."

Seorang wanita berbicara dengan nada cukup tinggi, dari dalam ruang dosen yang hanya dibatasi oleh ssbuah dinding dan jendela. Kyara tersentak mendengarnya.

"Saya tahu, semua nilaimu itu sejak kecil adalah hasil kerja dari adik kembarmu itu. Kalian bertukar nilai tanpa sepengetahuan dia. Jadi seakan-akan semua itu adalah benar hasil belajarmu," ucap wanita itu lagi.

"Ibu lupa, tentang bayaran yang sudah dijanjikan oleh ayahku?" balas seorang wanita muda.

"Itu suara Maria," ucap Kyara dalam hati.

"Saya tidak peduli. Lebih baik saya mengeluarkanmu dari kelas. Daripada dicap sebagai dosen yang tidak becus, karena mendidik seorang dokter yang membedakan urat nadi saja tidak bisa."

"Tapi tetap saja, semua hasil itu adalah berkat kerja keras ku selama di kelas," balas Maria.

"Tidak, kamu bukanlah apa-apa tanpa dirinya. Otakmu itu hanya sebesar kacang. Semua prestasimu adalah berkat adik perempuanmu yang malang tersebut," ujar sang dosen.

"Jika saja adikmu tidak ada, mungkin saja kamu sudah tinggal kelas sejak SD dulu," lanjut Ibu Dosen lagi.

Brak!

"Ibu jangan macem-macem pada saya." Maria menghentak meja demi melampiaskan emosinya.

"Ya, seperti inilah diri kamu yang asli. Sombong Arogan dan kasar," jawab sang dosen dengan santai.

"Tunggu saja, aku akan segera membalas perbuatan ibu yang tidak adil ini. Ayahku pasti tidak akan tinggal diam," bentak Maria.

"Lakukan saja. Sampai kapan kamu akan menutupi kedokmu itu? Kamu tidak akan bisa apa-apa tanpa adik kembarmu itu. Karena dialah otak dari segala prestasimu hingga kini," sahut Bu Dosen tanpa rasa takut.

Kyara yang tanpa sengaja mendengar semuanya di luar, merasa tertipu mentah-mentah. Siapa yang menyangka, kalau kakak kembarnya berani berbuat hal segila itu hanya demi prestasi.

Menukar nilai antara Kyara dan Maria sejak SD? Huh, hal itu sudah pasti tidak akan bisa dilakukan oleh seorang anak kecil yang lugu. Pasti ada orang dewasa di balik semua lakon tersebut.

Terdengar suara langkah kaki yang menuju keluar ruangan. Kyara buru-buru ambil posisi. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan sang kakak kembar.

"Gyaa...! Ngapain kamu di sini?" Maria berteriak melihat sosok berbaju merah yang berdiri tepat di belakang ruang dosen.

"Kamu kenal denganku?" tanya wwnita berbaju merah tersebut dengan tatapan heran.

(Bersambung)

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!