Bab 3 - Gangguan Mental

Duk! Duk! Duk! Duk!

Maria terus menerus menggoyangkan kakinya, membuat meja berisi makanan itu bergetar. Kukunya yang baru saja menerima perawatan dari salon, rusak karena ia gigit sejak tadi.

"Kamu kenapa, sih? Berisik tahu," gerutu Restu yang sedang mengetik sebuah dokumen.

"Ckk! Aku masih nggak nyangka dia beneran sadar," gumam Maria dengan nada sangat rendah.

"Ya terus?" tanya Restu datar.

"Apa kamu nggak khawatir sama sekali?” kesal Maria.

“Khawatir dia akan membocorkan identitas aslinya?” sahut Restu tanpa menoleh ke arah wanita cantik tersebut.

Maria menganggukkan kepala, “Apa kita perlu mengirim seseorang untuk mencabut infusnya?" ucap Maria lagi.

"Jangan! Itu sangat berbahaya. Gimana nanti kalau ketahuan?" larang Restu. Kali ini ia berpindah ke sisi Maria dan menggenggam tangannya.

"Terus gimana? Emangnya kamu punya ide lain?" tanya Maria.

Restu hanya diam sambil mengangkat kedua bahunya.

"Tuh, kan... Kamu juga nggak punya ide. Kalau kita biarin aja, ini bisa berbahaya. Gimana kalau dia bocorin semuanya?" Maria kembali menggigit ujung kukunya, untuk menghilangkan rasa gelisah.

"Aku yakin, dia nggak akan berani bocorin semuanya. Emang siapa sih yang bakal percaya sama dia?" ucap Restu. "Selama ini belum terjadi apa-apa, kan?" lanjutnya.

"Ini kan baru sepuluh jam sejak dia sadar. Makanya belum ada apa-apa. Tapi nanti dia pasti bakal bertanya ke sana-sini, terus bikin rusuh," ucap Maria cemas.

“Nggak semudah itu dia mengacaukan rencana, yang sudah kita susun dengan sangat matang. Bahkan pihak rumah sakit juga percaya, kan?" Restu memeluk wanita bermata biru di hadapannya, untuk menenangkannya.

"Makanya kamu jangan sering-sering ke sana biar nggak ada yang curiga," lanjut Restu.

“Ya tapi tetap aja, kan…?”

“Kalau kamu ikuti insting kamu itu, kita pasti bakal hancur,” marah pria pemilik mata cokelat, dengan garis mata yang tajam itu.

“Jadi kamu membiarkannya begitu saja, dan menghancurkan rencana yang sudah kita susun?” ujar Kyara gusar.

“Duh, kau kenapa, sih? Kita kan sudah menyusun semua rencana dengan baik. Apalagi yang engkau khawatirkan?” ucap Restu dengan nada tinggi. Pria itu sudah mulai kesal dengan Maria.

...🌺🌺🌺...

Dua hari berlalu sejak Kyara tersadar dari komanya. Selama itu pula, gadis dua puluh satu tahun itu berada di bawah pengawasan ketat dari tim medis.

Bukan karena kondisinya yang masih parah. Bukan pula karena komplikasi yang timbul pasca operasi. Melainkan karena dirinya yang terus mengaku sebagai Kyara Zevania Andhakara, seorang putri bungsu dari pasangan dokter dan psikolog terkenal.

Semua gerak-gerik Kyara pun dibatasi. Ia dilarang keluar kamar seorang diri. Dia juga hampir saja ia dimasukkan ke bangsal gangguan mental, karena terus berteriak histeris ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Para dokter pun menganggap kondisi mentalnya memburuk.

Tetapi meskipun sudah berganti hari, masih tidak ada seorang pun yang datang mengunjunginya, terutama kedua orang tuanya. Hal itu membuat Kyara benar-benar frustrasi.

Hatinya sudah penuh sesak berada di kamar ini. Tapi dirinya tidak berdaya. Tubuhnya kian lemah. Selang-selang yang terpasang di sekujur tubuhnya, bagaikan belenggu yang merenggut kebebasannya. Kyara masih berada di bawah pengawasan ketat dari tim medis.

“Apa aku sudah benar-benar menghilang dari dunia ini? Tidak seorang pun yang ingat padaku?” bisik Kyara di sela isak tangisnya.

Satu-satunya yang menjadi teman gadis malang itu, adalah sebuah ponsel model lama milik Kalisa. Gadis misterius yang kini menjadi identitas barunya. Berkat bantuan salah seorang cleaning service baik hati, ponsel itu kini sudah memiliki pulsa. Cukup untuk menjadi modal mencari informasi baginya.

“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.”

Berkali-kali jawaban dari mesin otomatis itu didengar oleh Kyara. Belasan nomor yang Kyara hubungi, tidak satu pun yang tersambung.

“Ke mana Mama dan Papa? Ke mana mereka semua? Padahal aku yakin mengingat nomor telepon mereka dengan baik,” gumam Kyara.

Tidak hanya kedua orang tuanya. Para asisten rumah tangga, supir, serta dan beberapa rekan kuliahnya, semuanya dihubungi oleh Kyara. Gadis itu mulai frustrasi. Semuanya menghilang bagai ditelan bumi.

Maria Zephyra Andhakara, kakak kembar Kyara, adalah orang terakhir yang Kyara hubungi. Tetapi hasilnya sama, tetap tidak dapat tersambung.

Saudara kembar Kyara, yang dulu sangat ia sayangi, tidak pernah muncul kembali setelah Kyara terbangun. Padahal Kyara telah memiliki sejuta pertanyaan, untuk dilontarkan pada wanita cantik tersebut.

“Tolong jangan tinggalkan aku seperti ini. Aku masih hidup,” gumam Kyara berulang kali.

 Jegrek!

Pintu kamar Kyara dibuka mendadak oleh seseorang.

“Permisi Mbak Kalisa. Saya Lola dari tim Administrasi,” ujar wanita muda itu mengenalkan diri. Di tangannya terlihat beberapa berkas berstempel rumah sakit.

“Ya?”

“Saya mau membicarakan masalah biaya rumah sakit,” ucap wanita bernama Lola tersebut.

Astaga! Karena terlalu memikirkan keadaannya yang membingungkan, Kyara sampai lupa tentang biaya rumah sakit.

“Ja-jadi gimana, Mbak?” tanya Kyara cemas. Tentu ia tidak mau, kan? Tiba-tiba memperoleh tagihan berlipat ganda saat keluar rumah sakit nanti. Terlebih nasibnya masih belum jelas.

“Mbak tahu, kan? Seharusnya urusan administrasi itu diurus sendiri sama pasien atau keluarganya. Tapi karena penampilan Mbak kayak gini, terpaksa saya yang datang ke sini. Dari pada para pasien kabur,” kata Lola ceplas ceplos.

“Iya, Mbak. Saya mengerti,” kata Kyara menahan diri untuk tidak emosi.

“Jadi dengarkan omongan saya baik-baik. Saya tidak mau mengulang-ngulang omongan ini,” kata Lola lagi.

“Ya, Mbak.” Kyara menarik napas panjang.

“Begini Mbak, tentang biaya rumah sakit. Selama ini kan biaya pengobatan Mbak ditanggung dari dapat asuransi kesehatan dari tempat Mbak kerja,” Lola menjeda kalimatnya sejenak.

“Dan ada sedikit santunan juga dari Nona Maria Zephyra Andhakara. Ia merasa bertanggung jawab atas kelalaian yang dilakukan adiknya.” Pegawai Administrasi rumah sakit itu kembali melanjutkan kalimatnya.

"Cih, santunan? Yang benar aja? Padahal  dia yang sengaja ingin membunuhku," gerutu Kyara dalam hati.

“Jadi, semua biaya tersebut masih tidak cukup untuk menutupi biaya perawatan Mbak hingga sembuh,” kata Lola.

Kyara hanya menelan ludah mendengarnya, “Jadi, saya harus bayar berapa?” tanyanya.

“Biaya yang sudah dideposit hanya cukup sampai besok pagi. Sedangkan menurut dokter, Mbak harus mendapat perawatan setidaknya satu minggu lagi. Dan estimasi biaya perawatannya tiga juta per hari,” jelas Lola.

“Kalau aku tidak mampu membayarnya? tanya Kyara Lugas.

“Terpaksa kami menghentikan perawatan Mbak, sampai biayanya dilunasi.”

“Itu dia! Aku bisa menggunakan alasan itu untuk keluar dari sini. Mereka nggak akan terus mengawasiku, kan?” pikir Kyara dalam hati.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Lilith Selimova

Lilith Selimova

Psikopet semuaaa

2024-11-13

2

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

yaiya lah itu kan nomor Kiara bukan nomor kyara begooo😑

2023-01-15

3

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

idiooot 🐷

2023-01-15

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!