Bab 14 - Dokter 'Belok'

"Apa kamu mau hidup gelandangan lagi di luar sana?" Albert kembali menarik tangan Kyara dan mengoleskan obat di beberapa bagian.

Sesekali Kyara meringis pedih. Luka belas bakar dan operasi itu belum kering betul. Justru bertambah parah, ketika ia terlantar di jalanan.

"Tidak ada yang mau menerimamu, kan? Aku tahu, kamu memiliki kebutuhan khusus," bisik Albert.

Jantung Kyara berdegup kencang. Entah mengapa, mendengar kalimat terakhir, ia semakin curiga dengan pria dihadapannya.

Yang dikatakan Albert memang benar. Ia memiliki kebutuhan khusus, yakni sindrom yang dideritanya sejak lahir. Dan ia juga butuh perawatan untuk mengobati semua lukanya.

Tapi yang jadi pernyataan, dari mana Albert tahu tentang kebutuhan khususnya itu?

"Kalau memang saya harus diobati, sebaiknya orang lain saja. Jangan dokter langsung yang menangani saya," ucap Kyara kemudian.

"Loh, kenapa gitu? Justru lebih terjamin kalau aku yang merawatmu," kata Albert.

Kyara menggeleng, "Aku semakin khawatir akan pandangan orang. Itu membuatku tertekan dokter," kata Kyara.

"Tenang saja. Nggak akan ada gosip jelek di antara kita. Karena mereka semua tahu, aku nggak akan menyukai perempuan," jawab Albert santai.

Kyara mengangkat kepalanya, "Maksudnya? Dokter ganteng ini Belok? Percuma dong aku sempat deg-degan waktu melihatnya," ucapnya dalam hati.

Albert tertawa melihat ekspresi wanita di hadapannya, "Kenapa? Kamu nggak nyangka, ya? Tapi memang begitulah keadaannya," ucap Albert tanpa rasa malu.

"Tapi masa sih, dia orientasinya beda? Kayaknya baik-baik aja, deh. Apa dia sengaja mengatakan hal itu biar aku nggak terlalu sakit hati?" pikir Kyara masih tidak percaya.

...🌺🌺🌺...

"Ckk, gimana nih? Usaha kita untuk mengusir dia gagal. Malah yang ada, kita dimarahi sama dokter Mila dan dokter Albert," gerutu Kiki.

"Dia tuh playing victim banget nggak, sih? Lama-lama pasti bakalan nempel terus sama dokter Albert.

"Bukan playing victim, tapi otaknya cuma se-ons. Makanya dia nggak tersentil, walau udah disindir-sindir," ujar Siti.

"Loh, bukannya itu karena dia cerdas, ya? Dia nggak gampang di atur. Paham prinsip kerja kayak gimana," komentar Rindi.

"Nggak, lah," bantah Siti lagi. "Dia tuh B E G O, makanya nggak nyambung dan nggak gampang tersinggung," lanjut perawat usia dua puluh tujuh tahun itu.

"Ada ide lain, nggak? Kalau masih pake cara kayaknya nggak bakal mempan, deh," ucap Kiki.

"Kakak-kakak ini aneh banget? Masa iri sama saya?" celetuk Kyara.

Para perawat itu tidak menyadari, sejak kapan cleaning service baru itu ada di sana.

"Iri gimana? Nggak usah sok kepedean, deh. Kami itu cuma nggak suka kamu dekat-dekat sama dokter. Sampe dibawain nasi uduk segala," kata Kiki.

"Ya itu namanya iri, Kak. Atau... Cemburu kali, ya?" Padahal kan Kakak jauh lebih cantik," jelas Kyara.

Kiki, Rindi, Siti dan Vera saling berpandangan. Mereka semua menggerutu dalam hati. Tanpa disadari mereka membenarkan ucapan Rindi, bahwa Kyara itu memang pintar.

"Kakak semua nggak usah khawatir. Saya nggak selamanya kok di sini. Nanti kalau saya punya pekerjaan lain, akan segera pindah," ucap Kyara lagi.

"Gak usah banyak komen deh, kamu. Udah seharusnya kan kamu cepat-cepat pergi dari sini. Karena ini bukan panti asuhan, yang nampung orang terlantar kayak kami," ucap Siti dengan nada sangat kasar.

"Terus dari tadi kamu ngapain di sini? Nguping kami?" sergah Vera.

"Loh, ini kan pantry. Tempat kerja saya. Justru kakak semua menghalangi saya yang mau cuci gelas kopi," ujar Kyara sambil menunjuk Kiki dan Vera yang bersandar di westafel cuci piring.

"Ish...!" Kiki mendesis kesal.

"Kalisa, pekerjaan kamu udah selesai?" tanya Pak Nof, kepala bagian cleaning service.

"Sedikit lagi, Pak. Tinggal cuci gelas," ujar Kyara alias Kalisa.

"Setelah itu kamu bersihkan ruang kantor dokter Albert, ya. Ada di lantai dua," Perintah Pak Nof.

"Baik, Pak."

"Kok kamu mau aja, sih, disuruh-suruh begitu? Ruang dokter Albert kan bukan bagian kamu? sindir Vera.

"Beliau kan atasan saya. Mungkin teman cs lain lagi sibuk? Nah, kalau kakak yang menyuruh saya, itu baru nggak nyambung," ujar Kyara dengan wajah lugu.

"Gilaaa...! Nih cewek berani banget ngelawan..." gerutu perawat tersebut.

"Kalau begitu saya permisi, kak. Kapan-kapan kita ngobrol lagi," ujar Kyara yang baru aja selesai menyusun gelas bersih.

"Mengobrol? Dikiranya kita ngajakin dia ngobrol dari tadi?" Kepala Kiki dan Siti rasa mau berasap menahan emosi.

...🌺🌺🌺...

"Ini kan ruangan dokter Albert?" pikir Kyara.

Gadis itu telah bertanya-tanya kepada sekuriti, dengan bayaran beberapa calon pasien kabur melihatnya.

"Apa aku seburuk itu, ya? Sampai mereka pada kabur melihatku?" pikir Kyara. "Bodo amat, ah. Yang penting kerja," gumamnya.

Kyara membersihkan setiap sela dan sudut ruangan. Sebenarnya ruang kerja dokter Albert itu tidak terlalu kotor. Kyara hanya perlu menyapu dan membuang samah, mengelap jendela, dan merapikan letak barang-barang.

Wanita itu terduduk lesu di salah satu kursi. Bukan karena kelelahan. Ruangan berukuran sedang itu, mirip sekali dengan ruang kerja ayahnya dulu.

Meski tidak boleh sering masuk ke dalam, tapi bayangan setiap sudutnya masih tercetak jelas di dalam kepala Kyara. Hal itu membuatnya semakin merindukan kedua orang tuanya.

"Ah, nggak ada gunanya aku menangis sekarang," gumam Kyara. "Aku harus segera mendapatkan informasi, di mana Maria dan Restu tinggal saat ini," gumamnya.

Kyara lanjut beres-beres lagi. Buku-buku di meja kecil di sudut ruangan, ia susun kembali ke dalam lemari, sesuai ukuran dan jenisnya.

"Eh, ini kan?" Di antara tumpukan buku-buku tersebut, terlihat selembar kertas berisi beberapa formula yang belum selesai dikerjakan.

"Apa ini harus kurapikan juga? Atau kutinggalkan di sini?" pikir Kyara. Gadis itu memutuskan untuk tetap membiarkannya di sana, bersama sebuah pena.

Pluk! Tanpa sengaja, Kyara menyenggol sebuah kalender meja hingga terjatuh.

"Astaga!"

Kyara membaca sebuah alamat dan nomor telepon seseorang yang sangat ia kenal, tertulis di salah satu lembaran kalender tersebut. Gadis itu buru-buru mengambil sebuah tisu, lalu menyalinnya. Ia menyimpan tisu tersebut di tempat yang aman.

"Kenapa dokter Albert bisa mengenal Kak Maria?" pikir Kyara curiga.

...🌺🌺🌺...

"Pak Nof, siapa yang membersihkan ruangan saya tadi pagi?" tanya Albert.

"Dek Kalisa, dokter. Apa ada masalah?" tanya Pak Nof gelisah. Ia merasa ikut bertanggung jawab, jika terjadi sesuatu.

"Ah, tidak. Justru dia menyelesaikan masalahku," sahut Albert.

"Menyelesaikan?" Pria tua yang sudah bekerja dengan Albert sejak klinik berdiri tersebut, mengerutkan keningnya.

"Intinya, tidak ada apa-apa. Saya hanya berterima kasih padanya," ucap Albert.

"Baik, dokter."

"Gadis itu bukan orang sembarangan. Bagaimana bisa dia menyelesaikan formula biokimia, yang selama ini aku dan rekan-rekan dokter lain tidak bisa menyelesaikannya?" pikir Albert curiga.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

jangan rindukan mereka kyara, mereka hanya manusia berhati iblisssss 👿

2023-01-15

1

A. Jie

A. Jie

Cwenya badasss.. keren

2022-05-23

3

Langit Biru

Langit Biru

Langsung love sama karakter Kyara.... 😍😍😍

2022-04-08

10

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!