Bab 4 - Aku Dibuang

“Jadi kamu memutuskan untuk menghentikan perawatan? Kenapa?” tanya Dokter Loui ketika visit dokter pagi ini. Loui adalah dokter yang merawat Kyara selama pemulihan.

“Saya tidak memiliki biaya untuk membayarnya, dokter,” ucap Kyara.

“Tapi pemulihan kamu belum tuntas. Jahitan pasca operasi masih belum kering semua. Luka bakar di wajahmu juga masih belum terkelupas,” ucap dokter Loui berusaha menahan Kyara.

“Saya akan melanjutkan pengobatan jika telah memiliki biaya,” ucap Kyara tak tergoyahkan.

“Baiklah, kamu boleh pergi. Tetapi tetap jaga kesehatanmu, terutama ginjalmu,” ucap dokter Loui sambil melepaskan selang yang terpasang di tubuh Kyara.

“Hah, bagaimana dia bisa mengetahui kondisi ginjalku? Apa Kalisa juga memiliki satu ginjal?” pikir Kyara.

Beberapa tahun yang lalu, Kyara diminta oleh kedua orang tuanya untuk mendonorkan ginjal pada Maria. Meski terlahir cantik dan sehat, ternyata putri sulung dari Evander Andhakara dan Rhea Alenka Andhakara itu memiliki masalah pada ginjal kirinya.

Sejak umur delapan tahun, Kyara dituntut hidup sehat supaya bisa mendonorkan ginjalnya pada sang kakak kembar. Transplantasi ginjal itu pun baru bisa dilakukan ketika usia mereka menginjak delapan belas tahun.

Sejak mendonorkan ginjalnya, tubuh Kyara pun kian melemah. Sindrom Ellis Van Creveld yang dideritanya sejak bayi, semakin menguasai tubuhnya. Kyara pun semakin tumbuh dengan tidak normal.

“Udah siap, nih. Kamu boleh pulang setelah sarapan,” kata dokter Loui memecah lamunan Kyara.

“Oh, terima kasih dokter.”

...🌺🌺🌺...

“Haaah…” Kyara menghirup udara segar di halaman rumah sakit yang dipenuhi bunga-bunga indah.

Kulitnya tampak memerah, diterpa sinar mentari pagi. Kupu-kupu menari di antara bunga-bunga, seakan merayakan kebebasan Kyara.

“Apa sinar matahari pagi selalu seindah ini, ya?” gumam Kyara.

Tempat yang pertama ia kunjungi adalah rumahnya. Dengan modal beberapa lembar uang di dompet milik Kalisa, Kyara terpaksa naik ojek untuk menuju ke rumahnya.

Kyara tidak tahu, jika sepasang mata tengah memperhatikannya dari balik kaca jendela lantai empat rumah sakit itu.

“Dia sudah keluar dari rumah sakit dan naik ojek. Apa perlu kita memantaunya terus?” ujar Dokter Loui sambil menyeringai tajam.

“Nggak perlu. Dia pasti akan mati kedinginan di jalan karena nggak ada yang mau menerima wanita monster seperti dia. Dia sudah cukup dimanjakan selama ini. Terima kasih atas bantuanmu, Loui,” balas Restu.

...🌺🌺🌺...

Kyara telah sampai di perumahan mewah, tempat rumahnya berada. Berkali-kali Kyara menekan bel, namun gerbang tinggi itu tak juga terbuka. Pak Kamil, petugas kemanan pribadi yang biasa berjaga, juga tidak terlihat batang hidungnya.

“Permisi…” seru Kyara berkali-kali.

Grrrkkkk… Pintu gerbang akhirnya terbuka. Seorang pria tinggi berkulit cokelat dan berkumis tebal, keluar dari dalam sana. Kyara tidak mengenalnya.

“Siapa, ya?” tanya pria itu.

“Saya Kyara Zevania Andhakara, putri dari pemilik rumah ini,” kata Kyara memperkenalkan diri.

“Kya… siapa?”

“Kyara Zevania Andhakara. Putri bungsu Evander Andhakara dan Rhea Alenka Andhakara,” ulang Kyara.

“Dasar penipu!” bentak pria itu. “Putri Tuan Evander sudah meninggal!” lanjutnya.

“Ehh? Itu nggak benar. Setidaknya izinkan aku bertemu pa- maksudku Tuan Evander dulu,” pinta Kyara.

“Tuan Evan sudah menjual rumah ini dan pindah ke luar negeri. Jadi kau sendiri pergilah dari sini. Aku tak mau menerima monster jelek penipu sepertimu,” usir pria itu.

“Ke luar negeri? Apa itu bisa dipercaya?" Tubuh Kyara membatu mendengar berita tersebut. Pantas saja tidak bisa dihubungi?

"Kau menuduhku berbohong? Cari saja beritanya sendiri di internet. Dia sudah pindah dua minggu yang lalu," ucap pria tersebut.

Hatinya tercabik mendengar kedua orang tuanya telah pindah dari negara ini.

"Papa dan mama pasti sangat terpukul kehilangan aku. Mereka sampai menjual semuanya demi melupakanku," pikir Kyara.

"Kenapa masih ada di sini? Cepat pergi!"

"Se-sebentar, biarkan aku menjelaskannya terlebih dahulu. Ah, ke negara Tuan Evan pergi?" ucap Kyara.

Tapi petugas keamanan tersebut tidak menghiraukan seruan Kyara. Pria itu menutip pintu pagar rapat-rapat agar Kyara tidak bisa melihat ke dalam.

"Pak, sebentar. Tunggu!" teriak Kyara.

...🌺🌺🌺...

Kyara tidak menyerah meski telah dikhianati oleh kakaknya dan diusir dari rumahnya sendiri. Ia terus memperjuangkan haknya.

"Aku harus memberi tahu semua orang, bahwa Kyara Zevania Andhakara masih hidup. Aku akan meminta pihak berwajib menggali kuburku kemudian tes DNA," tekad Kyara.

"Tapi sebelum itu, masih ada beberapa tempat yang harus aku kunjungi," ujarnya.

Gadis malang itu berjalan di bawah teriknya matahari. Luka yang belum sembuh, membuatnya merasa nyeri ketika bergerak.Tapi gadis itu menahan semuanya. Hati dan perasaannya jauh lebih perih dibandingkan luka di tubuhnya.

Ting! Tong!

Berkali-kali Kyara memencet bel sebuah pagar rumah mewah. Tapi tidak ada jawaban. Kyara terus mengulanginya sampai seorang petugas kemanan datang menemuinya.

“Kamu siapa, ya? Dari tadi bikin bising aja,” tanya pria berkumis tipis itu. Ia memasang tampang sangat tidak ramah.

“Saya Kyara, Om.”

“Om? Memangnya kita saling kenal? Penampilan kayak gembel begitu mau sok kenal dekat dengan saya,” hardik petugas keamanan kasar.

“Saya Kyara Zevania Andhakara. Anak Tuan Evander Andhakara,” ujar Kyara menjelaskan.

Ini sudah rumah ke lima yang ia datangi hari ini dan semua reaksinya sama, mengusirnya dengan cara yang kasar.

Meski pun ia sudah berkali-kali ditertawakan ketika menyebutkan namanya, tetapi ia tak mau menyerah. Dan memang benar, ia sangat mengenali petugas keamanan bernama Faisal itu. Karena yang Kyara datangi saat ini adalah kediaman adik sang mama.

“Kyara? Memangnya ada hantu di siang bolong seperti ini? Aku tahu Kyara itu sangat hancur kayak monster, tetapi nggak kayak gini juga,” cemooh Faisal. “Kyara sudah meninggal, jangan coba-coba membohongiku,” lanjutnya.

“Hancur? Aku? Padahal dulu Om sangat baik padaku seperti anak sendiri,” kata Kyara.

“Itu sih namanya ilmu politik. Semua orang bisa sayang asal ada uang. Sekarang pergilah! Bau badanmu bikin aku mau muntah,” usir Faisal.

“Om, ini beneran aku, Kyara. Izinkan aku ketemu Tante dulu,” desak Kyara.

“Kamu mau saya panggilkan ambulan untuk membawamu ke rumah sakit jiwa? Atau saya bawa ke polisi? Punya kartu identitas lengkap, nggak?” bentak Faisal.

“I-itu…” Kyara memang tidak memiliki kartu identitas lagi. Di tangannya kini hanya ada identitas milik Kalisa, wanita yang tidak ia kenal.

"Nggak punya, kan? Makanya gembel kayak kamu jangan sok jadi anak orang kaya," ujar petugas keamanan itu dengan sombong dan ketus.

“Baiklah, saya permisi,” kata Kyara kemudian. Tidak ada gunanya ia berdebat di sini. Tidak akan ada yang percaya padanya tanpa membawa bukti yang konkret.

“Gimana? Dia sudah pergi?”

“Sudah, Nyonya,” jawab Faisal.

“Bagus! Aku sudah menyangka dia akan datang. Tapi tidak kusangka akan secepat ini,” ujar Alinda, adik kandung Rhea.

“Memangnya dia siapa? Nyonya kenal?” tanya faisal.

“Hah? Enak aja aku kenal sama cewek kayak gitu. Dia penipu ulung yang menyamar jadi orang-orang terdekat kita. Hati-hati sama orang kayak gitu,” kata Linda.

"Siap, nyonya!"

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Lilith Selimova

Lilith Selimova

OMG.

Frustrasi banget jadi dia

2024-11-13

1

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

bodoh kau di buang karena kamu jelek sedang orang tua mu lebih suka kamu mati mereka hanya ingin ginjalmu supaya kakak kamu hidup dasar idioot😑

2023-01-15

3

Cancan

Cancan

kasihan kyara ditipu kluarga sendiri

2022-11-22

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!