"Gimana menurutmu? Luar biasa, kan?" kata Albert pada Kamila.
"Ini beneran dia yang nulis?" tanya Kamila alias dokter Mila tak percaya.
"Benar. Aku udah cek CCTV," sahut Albert lagi. "Aku juga udah kirimkan ini pada Profesor Campbell. Dia bilang formula ini mirip sekali dengan hasil penelitian teman-teman di Columbia University," lanjut pria muda itu lagi.
"Oh, ya? Gimana bisa? Padahal kita sudah mengerjakan ini selama berbulan-bulan, tapi nggak berhasil juga," balas Mila.
"Makanya, dia itu gadis istimewa. Bukan orang sembarangan. Kita nggak boleh membiarkan dia pergi, sebelum mendapatkan informasi tentangnya," ujar Albert antusias.
"Ya..." kata Mila datar. Ia sedikit cemburu dengan perhatian Albert pada Kalisa.
"Ah, Albert tidak mungkin menyukai gadis itu. Dia hanya tertarik dengan kemampuan otaknya saja. Perempuan cantik dan cerdas sekelas Vera saja dia nggak tertarik," ujar Mila dalam hati.
Sementara itu, Albert masih menyembunyikan sesuatu dari Mila. Pria itu melihat Kyara, menulis sesuatu di atas selembar tisu.
Walau pun video CCTV tersebut telah di zoom berkali-kali, tetap tidak terlihat apa yang ia tulis di sana. Tapi Albert bisa melihat, gadis itu menyalin sesuatu dari kalender meja.
"Tulisan di kalender itu hanya alamat putri sulung dokter Evander saja. Untuk apa Kalisa menyalin alamatnya?" pikir Albert.
Membawa Kyara alias Kalisa ke dalam hidupnya, sama seperti membuat sebuah teka-teki raksasa yang sulit dipecahkan.
Kecerdasan Kyara yang berada di atas rata-rata. Asal usulnya yang masih buram. Sikap dan gerak-geriknya yang mencurigakan. Serta namanya yang...
"Ah, aku ingat. Waktu itu di sempat menyebutkan sebuah nama. Tapi buru-buru ia ganti ddngan Kalisa. Mungkin kalau aku tahu nama aslinya, aku bisa tahu asal usulnya," pikir Albert.
"Ehem! Kok malah melamun, sih?" Mila menepuk lengan Albert.
"Udah selesai, kan? Aku pulang, ya. Tadi janji pulang cepat sama anakku," ucap janda cantik beranak satu itu.
"Oh, tunggu. Aku boleh minta tolong satu hal lagi, nggak?" pinta Albert. Tanpa sadar, jemarinya menggenggam tangan Mila dengan erat.
"Apa? Nggak lama, kan?" ujar Mila sambil menarik tangannya, dari genggaman Albert. Jantungnya berdegup kencang akibat sentuhan dengan pria tampan tersebut.
...🌺🌺🌺...
Tok! Tok! Tok!
"Ya, sebentar," sahut Kyara dari dalam kamar.
Ceklek! Pintu terbuka. Kyara mematung, melihat orang yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kenapa? Kamu kecewa ya, karena yang datang bukan dokter Albert?" ucap wanita berambut cokelat itu sambil tertawa.
"Eh, bukan gitu. Aku cuma kaget aja ada yang datang malam-malam begini," sahut Kyara.
"Kamu Kalisa, kan? Tadi Albert minta tolong padaku, untuk mengobatimu hingga sembuh. Jadi mulai sekarang aku akan datang ke sini untuk merawatmu. Nggak apa-apa, kan?" ujar Mila.
"Nggak apa-apa, kok. Terima kasih, dokter... "
"Kamila. Panggil aku Mila."
"Dokter Mila. Justru aku yang minta untuk dokter lain merawatku," balas Kyara.
"Loh, kenapa?" tanya Mila.
"Karena aku merasa canggung kalau setiap malam beliau datang ke sini. Walau pun dokter Albert berniat menolongku, tapi nggak harus beliau yang langsung turun tangan, kan?" jelas wanita buruk rupa tersebut.
"Anak ini memang berbeda," ucap Mila dalam hati. "Tata bahasanya sangat rapi dan sopan, seperti orang berpendidikan tinggi," lanjutnya.
"Walau pun sekilas ia terlihat tidak menarik, tapi ia memiliki bulu mata yang lentik, dan hidung mancung sempurna," batin Mila lagi.
"Apa mungkin, Albert bakal membuka hatinya untuk perempuan? Sebelumnya ia tidak pernah sampai minta tolong begini padaku."
"Dokter?" bisik Kyara.
"Eh, iya. Maaf, aku malah melamun. Pikiranku bercabang, karena tadi janji pulang cepat dengan anakku," ujar Mila berbohong. Ia pun mulai mengobati luka-luka Kyara yang hampir sembuh.
"Oh, dokter sudah punya anak? Saya pikir masih gadis. Abisnya masih cantik banget," puji Kyara.
"Ah, kamu tinggi banget mujinya. Gak lihat nih kerutan di bawah mata?" sahut Mila sambil tertawa.
"Astaga! Kamu hari ini banyak bergerak, ya? Bekas jahitan operasimu terbuka lagi," seru Mila.
...🌺🌺🌺...
Matahari mulai mengintip di sela-sela lubang angin. Kyara membuka tirai dan daun jendela. Udara segar menyeruak masuk. Gadis itu juga membuka pintu, membiarkan kamarnya sedikit bernapas.
Sarapannya pagi ini hanya sebutir telur rebus. Ia harus berhemat. Uang hasil penjualan koper dan sepatu bekas kala itu, sudah mulai menipis.
Meski pun gadis dua puluh satu tahun itu telah bekerja, tapi ia tidak mengharapkan upah. Karena seperti yang dikatakan Albert, ini hanyalah hubungan simbiosis mutualisme, alias take and give.
"Jadi sekarang Kak Maria tinggal di sana?" gumam Kyara sambil membaca alamat yang ia catat kemarin.
"Aku harus menemuinya untuk meminta penjelasan. Aku nanti minta izin setelah semua pekerjaan selesai," bisik Kyara dalam hati.
Gadis dengan kulit bersisik itu, menyembunyikan alamat dan nomor telepon Maria dengan sangat hati-hati. Siapa pun tidak boleh tahu tentang rencananya. Terutama Albert yang masih belum jelas, apa hubungannya dengan Maria.
Tapi sayangnya pada hari itu...
"Kalisa, tolong kamu bantu Zia membersihkan ruang Hemodialisa," perintah Pak Nof, setelah Kyara selesai mengganti seprai.
"Baik, Pak."
Lalu siangnya, ketika Kyara baru saja makan siang.
"Kalisa, kamu segera ke ruang lab setelah makan, ya. Bantu Jefri dan Nyena di sana," perintah Pak Nof lagi.
"Baik, Pak."
Hingga matahari meluncur dari pelukan awan, pekerjaan Kyara tidak ada habisnya. Malah bisa dibilang, untuk duduk saja ia tidak punya waktu.
"Pak Nof, apa pekerjaan Kalisa masih banyak?" terdengar dokter Albert berbicara dengan Pak Nof.
"Setelah pekerjannya di lab selesai, maka tugasnya selesai," sahut Pak Nof.
"Berikan dia tugas lain. Pokoknya ia harus selalu sibuk hari ini, sampai jam makan malam," perintah Albert.
"Tapi dokter, hampir semua pekerjaan sudah ada petugasnya masing-masing. Dan sudah hampir selesai," sahut Pak Nof.
Pria tua tersebut kasihan melihat gadis bertubuh kecil itu diberi tugas terlalu banyak hari ini. Pak Nof juga heran dengan sikap atasannya yang berbeda dibanding hari sebelumnya.
"Pak, yang namanya pekerjaan di klinik itu nggak ada habisnya. Setelah dari sini, suruh dia ke ruang bayi. Pekerjaan di sana cukup menumpuk hari ini," ujar Albert.
"Tapi, dok..." Pak Nof memenggal kalimatnya, melihat ekspresi wajah Albert yang tidak ingin dibantah. "Baik, dokter. Akan saya sampaikan," ujarnya kemudian.
"Aneh, tumben banget dokter sesibuk dia malah mengurusi pekerjaan cleaning service? Biasanya hanya di evalusi satu bulan sekali," pikir Pak Nof.
Sementara itu Kyara yang tanpa sengaja berdiri di balik dinding, mendengar semuanya.
"Jadi dokter Albert yang sengaja membuatku sibuk seharian? Apa tujuannya?" Kepala Kyara berpikir keras.
"Jangan-jangan ia melihatku menyalin alamat kakak dari CCTV dan sengaja mencegahku pergi," gumam gadis itu.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments