Bab 18 - Kamu Ngapain Di Sini?

"Gyaa...! Ngapain kamu di sini?" Maria berteriak melihat sosok berbaju merah yang berdiri tepat di belakang ruang dosen.

"Oh, kamu kenal denganku?" tanya wanita berbaju merah tersebut dengan tatapan heran, lalu tertawa kecil.

Maria bungkam. Tanpa sengaja ia telah membongkar rahasianya sendiri.

"Ma-maksudku... Orang aneh kayak kamu ngapain di kampus sore-sore gini?" Maria meralat ucapannya.

"Orang aneh? Cuma kamu yang menganggapku orang aneh. Di mata orang lain, aku hanyalah kurir biasa," jawab Kyara tanpa rasa takut.

Grrrrttt... Maria menggeretakkan giginya. Ia pun hendak melangkah pergi dari situ.

"Tunggu! Aku sudah tahu semuanya, Kak," ucap Kyara menahan saudara kembarnya untuk pergi.

"Aku mendengar semua obrolan Kakak, dengan Restu di rumah sakit waktu itu," lanjut gadis yang sedang dalam penyamaran tersebut.

Kalimat itu sukses membuat Maria menghentikan langkahnya, "Untuk apa kau datang ke sini?" ujarnya.

"Untuk meminta penjelasan dari saudara kembar, yang telah membunuh Adiknya sendiri," ucap Kyara dengan lantang.

Maria menarik napas panjang, sebelum berbalik badan ke arah sang adik. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya erat-erat.

"Kau pikir semua ini aku sendiri yang merencanakan nya?" ucap Maria.

"Maksud kakak?"

"Apa kau tahu? Sudah lama sekali kedua orang tua kita ingin membuang mu jauh-jauh," ungkap Maria." Tetapi sayangnya saat itu kami masih sangat membutuhkanmu," lanjutnya.

"Itu enggak mungkin! Papa dan mama sangat menyayangiku," bantah Kyara.

"Menurutmu, aku bisa melakukan semua rekayasa itu hanya berdua dengan Restu? Itu mustahil," jelas Maria.

"Kakak bohong, kan?" Kyara masih tidak percaya.

"Apa wajahku kelihatan begitu sekarang?" tanya Maria dengan pandangan mengintimidasi.

Tubuh Kyara bergetar hebat. Meski ia tidak ingin mempercayainya, tapi semua yang dikatakan Maria masuk akal.

"Aku masih nggak percaya. Memangnya apa salahku? Dan Kenapa kalian membuangku?" Wanita yang mengenakan topi merah itu menahan tangisnya.

"Kamu nggak sadar? Kelahiranmu adalah aib bagi mama dan papa," jawab Maria. "Semua orang merendahkan mereka, karena mempunyai anak seperti dirimu."

"Jadi itu kesalahanku? Aku juga tidak ingin dilahirkan dalam keadaan seperti ini," balas Kyara.

"Kau itu beban dalam keluarga. Satu-satunya yang menarik dari dirimu adalah ginjalmu." Maria menunjuk ke tubuh bagian bawah sang adik.

Kyara menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka jika saudara kembarnya menjadi seperti ini. Hatinya sangat pedih sampai ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak lagi.

"Jadi selama ini kalian tidak menganggapku sebagai keluarga? Kasih sayang itu hanyalah sebuah rekayasa?"

Kyara terus menahan air matanya agar tidak tumpah. Dia tidak ingin terlihat lemah didepan wanita jahat itu.

"Lantas, apa yang kalian lakukan dengan wanita bernama Kalisa itu?" tanya Kyara memastikan.

"Kalisa? Aku tidak ingat ada nama itu dalam list-ku?" sahut Maria dengan tatapan merendahkan.

"Tapi kudengar, seseorang telah membunuhnya menggunakan mobil yang ia kendarai," ucap wanita bertubuh tinggi dan kulit sehalus sutera tersebut.

"Apa kau ingin tahu, siapa orang yang telah membunuh Kalisa?" bisik Maria.

"Biadab! Aku pasti akan membawa masalah ini ke hadapan hukum," seru Kyara.

"Oh ya? Coba saja memangnya siapa yang akan percaya denganmu? Memangnya kau punya bukti apa?" balas Maria tanpa rasa takut.

Tubuh Kiara mulai oleng. Kepalanya terasa berat dan pandangannya berkunang-kunang.

"Sayang, kamu ngapain, sih? Lama banget di sini. Aku pikir kamu masih bersama Bu dosen." Seorang pria yang suaranya sangat dikenal oleh Kyara, menghampiri mereka berdua.

"Maaf. Ayo kita pulang, aku juga sudah lapar," sahut Maria dengan nada manja.

Hati Kyara merasa teriris melihat adegan di hadapannya.

"Astaga! Siapa ini?" Restu baru menyadari, dengan siapa Maria yang berbicara.

"Sudahlah, jangan pedulikan dia," ucap Maria.

"Eh, bocah! Bawa ke sini hp dan tasmu," pinta Maria.

"Untuk apa?" ucap Kiara.

"Berikan saja, enggak usah banyak tanya!" Maria merebut tas itu dari tangan Adiknya. Dia lalu memeriksa semuanya.

"Oh, tidak ada benda mencurigakan. Kukira dia akan merekam semuanya. Rupanya dia nggak cukup pintar," ucap Maria dalam hati.

"Nih, aku kembalikan! Kamu sangat miskin rupanya." Maria melemparkan tas butut itu ke tanah.

"Sayang, ayo kita pergi," ucap Maria pada Restu.

"Pergilah, dan hiduplah bersenang-senang untuk sementara waktu. Kamu tidak akan bisa hidup tanpa aku, kakak," ucap Kyara sebelum Maria pergi.

"Dan aku telah mendengarnya sendiri, bahwa semua prestasi yang kamu miliki adalah hasil dari kerja kerasku," tambah Kyara lagi.

"Bangsat!!!"

...🌺🌺🌺...

Kyara berjalan berjingkat-jingkat menuju ke kamarnya. Ia tidak ingin membangunkan penghuni lainnya, yang mungkin sudah tertidur di larut malam ini.

"Nama aslimu Kyara, kan? Bukan Kalisa." Seorang pria dengan suara berat berbicara dibelakang Kyara.

Pluk!

"Astaga!" Kyara menjerit kaget. Kunci kamar yang ia pegang sampai terlepas dari genggamannya. Siapa yang mengenalinya di sini?

Wanita itu lalu membalikkan badannya, untuk melihat siapa yang berada di belakang dirinya.

"Dokter?" seru Kyara ketika melihat pemuda tampan duduk manis di kursi kayu bawah pohon.

"Apa dia sengaja menunggu di sini dari tadi? Lalu dari mana dia tahu nama asli ku? Apa dia memang kenal dengan Maria?" Pikiran Kyara berkecamuk.

"Kamu kenapa terlihat panik? Aku nggak makan orang, kok," ucap Albert sambil tertawa.

Perlakuan Albert tersebut, justru membuat Kyara semakin kikuk.

"Kenapa dokter masih ada di sini?" tanya Kyara berusaha menyembunyikan rasa cemasnya.

"Nungguin kamu," jawab Albert singkat.

"Aku?"

"Ya, ada yang aku bicarakan denganmu. Tapi kita pindah tempat dulu."

...🌺🌺🌺...

Kyara mengusap tubuhnya yang hampir membeku. Suhu pendingin udara di ruang kerja Albert, menembus ke kulitnya dan menusuk tulang.

"Nih, pakai ini dulu," kata Albert sambil memberikan sebuah selimut tebal dari dalam lemari.

"Aku boleh menggunakan ini?" tanya wanita itu ragu.

"Tentu saja. Daripada ada mayat membeku di ruang kerjaku?" kata Albert. "Aku tidak akan membuang banyak waktu. Jadi langsung ke intinya saja," lanjutnya.

Kyara mengangguk pasrah.

"Kenapa kamu berbohong soal Nama aslimu itu?" tanya sang dokter.

"Kalau begitu aku juga ingin bertanya, dari mana dokter mengetahui nama asliku?" tanya Kyara.

Albert hanya tersenyum tipis, membuat wanita itu semakin penasaran.

"Aku sudah mengecek data dari Profesor di berbagai universitas kedokteran. Dan hanya ada segelintir orang yang mampu menyelesaikan formula sulit tersebut." Albert menjeda kalimatnya sejenak untuk menghidangkan dua cangkir teh.

"Salah satu di antaranya adalah Maria Zevanya Andhakara, putri pertama dari dokter Evander. Sampai sini kau sudah paham apa yang ku maksud?" ujar Albert dengan tatapan tajam.

Tubuh Kyara bergetar. Kali ini bukan karena kedinginan. Melainkan tatapan menusuk dari dokter muda di hadapannya.

"Apa aku harus memberikan sebuah petunjuk lagi?" tanya Albert.

"Formula? Astaga! Sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar," ucap Kyara dalam hati.

"Kau Kyara Zevania Andhakara, kan? Yang mengerjakan formula biokimia sulit di ruang kerja ini?" tebak Albert.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Rafika Noor Siregar

Rafika Noor Siregar

lanjuuuuutttt ✊✊

2022-04-13

6

Miuuuu

Miuuuu

uwwwooo... dokternya hebat, bisa nebak

2022-04-13

8

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!