"Sorry, gue nggak tertarik untuk menggulang masa lalu dengan lo sekali lagi. Sekalipun yang lo tawarkan itu kebahagiaan."
********
Mood gue langsung hancur seketika, saat menemukan seorang pria dengan wajah sedikit oriental berdiri dekat gerbang kostan. Gila, baru juga senang lima menit, kok udah ada cobaan baru.
Pria itu terlihat tersenyum perih, yang entah kenapa tidak membuat gue iba. Kalau muak, baru iya. Mencoba mengabaikannya, gue tetap memutuskan untuk langsung masuk ke dalam, awalnya. Kalau saja, tangan sialan itu tidak mencekal lengan kiri gue.
"Aku mau ngomong, Va," ucap Ardit.
Ya, nama pria berwajah agak oriental itu Ardit, Ardit Dewangga. Dia ini mantan pacar gue sejak satu setengah tahun yang lalu. Mantan pacar posesif yang disebut Bang Bima kemarin. Sebenarnya, Ardit ini nggak posesif-posesif banget sih, kalau menurut gue. Cuma agak posesif aja. Ya, gue maklumlah, punya pacar cantik kayak gue itu resikonya gede, jadi ya wajar dong kalau dia jadi posesif. Oke, kita lupakan seberapa level keposesifan Ardit dan fokus ke tujuannya datang ke kostan gue.
"Silahkan! Tapi plis, tolong dilepasin ini tangannya," pinta gue sambil menunjuk tangannya yang masih mencekal lengan gue.
Tanpa memprotes Ardit langsung melepaskan cekalan tangannya. Helaan nafas panjang terdengar setelahnya. Membuat gue bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan Staff Marketing dari perusahaan penerbit Mayor ini terlihat seputus asa ini. Apakah dia baru saja diputusin pacarnya yang seorang teller bank itu.
"Aku baru saja putus."
Oh. Benar toh. Eh, bukannya mereka baru jadian belum lama ini, ya. Kok udah putus aja.
"Dia selingkuh. Kemarin aku mempergokinya sedang berciuman dengan bosnya sendiri."
Astaga!
Gue menutup mulut gue secara spontan. Nasib Ardit bahkan jauh lebih mengenaskan ketimbang gue yang masih jomblo sejak putus dengannya. Seenggaknya sekarang gue punya Arkan, ya meski status gue sekarang ini baru jadi gebetannya. Bukan pacarnya.
"Gue ikut bersedih atas apa yang menimpa lo, Dit. Semoga lo segera mendapatkan yang lebih baik dari Erina," ucap gue bersimpati. "Gue yakin lo--"
"Aku mau kita balikan, Va. Aku mau kita kayak dulu lagi. Aku janji aku nggak akan ngekang kamu kayak dulu. Aku masih cinta sama kamu," potong Ardit dengan emosi menggebunya. Tangan kanannya berusaha meraih tangan gue, yang untungnya dengan sigap bisa langsung gue jauhkan dari jangkauannya.
Gue tatap Ardit dengan pandangan sengit. "Cinta kamu bilang? Lo jangan bercanda, Dit. Lo dan gue udah berakhir satu setengah tahun yang lalu, udah nggak ada kita lagi antara lo dan gue. Lo dan gue udah menentukan jalan masing-masing." Gue mendengkus tak percaya dengan kelakuannya sekarang ini.
"Tapi aku masih sayang sama kamu, Va. Aku tahu kamu juga masih sayang sama aku. Buktinya sampai sekarang kamu masih sendiri kan, belum punya pacar. Itu tandanya kamu masih sayang sama aku. Iya, kan?"
Ebuset. Sembarangan banget itu mulut. Asal mangap aja, mentang-mentang enggak bayar. Dia pikir dia itu seganteng itu Song Seung Heon apa.
"Apa selain posesif lo sekarang jadi narsis ya, Dit. Nggak nyangka gue." Gue geleng-geleng kepala miris lalu berguman, "pantesan aja diselingkuhi."
"Aku nggak peduli kamu mau bilang aku posesif atau narsis. Yang jelas aku masih sayang sama kamu dan aku mau kita balikan kayak dulu. Aku janji bakalan bahagiain kamu. Aku mau menggulang semua kebahagiaan yang kita lewati dulu. Lalu memperbaiki kesalahan yang pernah kita lakukan agar kita bisa tetap bersama. Kamu mau kan balikan sama aku?"
"Sorry, gue nggak tertarik untuk menggulang masa lalu bareng lo lagi. Sekalipun yang lo tawarin itu kebahagiaan. Gue dan lo udah punya jalan masing-masing, nggak bisa bareng lagi, Dit. Gue nggak mau balikan sama lo, sorry."
Di luar dugaan, Ardit justru malah menggeleng, membuat gue mengernyit heran.
"Kamu bohong. Aku tahu kamu masih sayang sama aku," bantah Ardit tidak mau terima kenyataan.
Begini nih, kalau jadi korban perselingkuhan, jadi halu dan nggak mau terima kenyataan. Mana sok tahu terus salah lagi. Astaga, kok kayak paket komplit gitu ya. Posesif, narsis, halu, nggak terima kenyataan, salah lagi. Ckck.
"Ardit, kisah kita udah selesai. Udah Happy ending, gue dengan kisah gue, lo pun dengan kisah lo sendiri. Lo kalau lagi putus cinta nggak usah cari gue, tapi cari cinta baru lo. Oke, kalau cari cinta baru mungkin kecepetan. Ya udah, minimal cari kebahagiaan lo dulu. Kebahagiaan mungkin nggak melulu tentang cinta kan?"
"Tapi kebahagiaan gue itu elo, Va."
"Lo ini lagi mabuk atau kurang waras sih, Dit? Kita udah putus sekian tahun, lo udah pacaran sama cewek lain, tapi pas lo putus sama cewek lo, lo bilang kalau kebahagian lo itu gue. Kan terdengar seperti omong kosong. Udah deh, mending lo minggir. Gue mau masuk!" usir gue galak. Tangan gue berniat menyentuh gerbang namun dihalau Ardit.
"Kita belum selesai, Va. Kamu nggak boleh pergi gitu aja."
Astaga.
Siapa pun tolong, siram makhluk hidup ini. Karena gue nggak tahan liat muka sok nelangsanya. Atau kalian seret ke KUA sana, meski bersifat yah.... begini, tapi muka Ardit lumayan kok untuk dijadiin mempelai pria kalian. Serius. Wajahnya bersih tanpa ada bekas jerawat, matanya lumayan bulat namun dia tidak memiliki lipatan mata, hidungnya nggak terlalu mancung sih, memang, tapi seenggaknya dia nggak pesek. Bibirnya tidak kehitaman tanda kalau dia ini bukan perokok, dan anti sama yang namanya rokok. Tinggi badan, ya seukuran orang Indo lah, cuma gue emang nggak tahu berapa tinggi pastinya. Gue nggak sekurang kerjaan itu untuk ngukur tinggi badannya. Tinggi badan gue sendiri aja gue nggak tahu, soalnya nggak pernah ngukur. Lah, buat apa ngukur segala yang ada ntar bikin pada iri sama tubuh semampai gue. Gue beneran tinggi ya, bukan semampai semeter lima puluh nggak sampai.
Oke, udah kelar gue promosinya. Kalau ada yang tertarik bisa langsung hubungi dokter.
Gue tatap Ardit dengan kedua mata melotot. "Mau ngomongin apa lagi sih? Bukannya inti dari omongan lo tadi lo ngajakin gue balikan?"
"Ya. Aku pengen kita kayak--"
"Ardit," panggil gue menyela kalimatnya, "Gue harus bilang berapa kali sih, gue nggak mau balikan sama lo. Gue nggak mau menggulang masa lalu bareng lo. Gue nggak tertarik," seru gue emosi. Mungkin kalau gue ini karakter animasi, wajah gue udah merah dan mengeluarkan asap.
"Tapi kamu belum punya pacar!"
Apa?!
"Itu bukan urusan lo! Mau gue punya pacar atau enggak itu nggak ada hubungannya. Sekalipun gue punya pacar dan gue masih ngarep dan cinta sama lo, gue jelas akan ninggalin pacar gue. Tapi sayangnya, tidak, bukan karena gue nggak punya pacar. Tapi karena gue udah nggak cinta sama lo lagi. Ngerti!"
"Aku nggak perduli. Selama kamu belum punya pacar aku tetep akan deketin kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu seperti satu setengah tahun yang lalu."
"Ardit!!" jerit gue frustasi.
Astaga. Astaga. Rasanya otak gue mau pecah tahu nggak saking emosinya. Ini manusia bener-bener, astaga!
"Aku baru sadar kalau melepaskan kamu satu setengah tahun yang lalu merupakan kesalahan terbesar dalam hidupku. Dan sekarang aku mau menebusnya kembali." Ardit menatap gue lembut. Wajahnya terlihat putus asa dan kacau, meski begitu ia berusaha untuk tersenyum. "Aku nggak akan minta izin untuk berjuang dapetin kamu lagi. Aku cuma mau kamu liat seberapa keras aku berusaha untuk mendapatkan kamu lagi."
Gue memejamkan kedua mata gue lelah. Dalam hati gue banyak-banyak beristighfar untuk menghadapi Ardit.
"Lo baru putus karena diselingkuhi, Dit. Yang lo rasain sekarang ini bukan cinta, ini hanya bentuk protes lo sama Erina karena diselingkuhi. Makanya lo jadiin gue--"
"Enggak," sela Ardit sambil menggeleng tegas. "Aku beneran masih cinta sama kamu. Bahkan saat bersama Erina."
"Lo gila?! Lo masih cinta sama gue padahal lo pacaran sama Erina?" bentak gue emosi.
"Ya."
"Keterlaluan lo, Dit. Asal lo tahu, fakta yang ungkap barusan bukannya bikin gue berubah pikiran, tapi justru bikin gue tambah yakin kalau lo terlalu nggak pantes buat gue."
Setelah mengatakan kalimat itu gue langusng masuk ke dalam. Mencoba untuk menulikan teriakannya yang membuat gaduh kostan. Sialan. Kenapa dulu gue bego banget pernah pacaran sama dia.
Tbc,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ihh... pala gw jadi ikut pusing neh beb 🤪🤪🤪
2022-04-23
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
pusing.. pusing deh Lo Va, 🤣🤣🤦🏻
2022-04-23
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
☺️👈 dor...
author nya minta diapain ya, ampe bingung gw 😳🤪🤪🤪
2022-04-23
0