Adore You! : d u a b e l a s

"Tenang aja, gue ini perempuan spesial yang nggak melulu minta diperjuangin. Gue juga mau berjuang. Berjuang untuk meluluhkan hati lo pun gue enggak masalah."

$$$$$$

Gue tidak bisa menahan senyuman sumringah gue sejak keluar dari pintu gerbang kost-kostan. Dengan balutan kebaya broklat berwarna biru laut dan juga rok sarung batik berwarna biru navy, gue berjalan anggun, mendekat ke arah Arkan yang kini tampak gagah dengan kemeja batik panjangnya yang berwarna biru navy, sama dengan punya gue. Meski berbeda corak tapi warna dasar batik kami sama persis. Dan itu jelas menambah kebahagian gue. Kalau sudah begini kan berasa kayak pasangan beneran. Haha.

"Cepat masuk!" perintah Arkan tanpa berbasa-basi. Ia bahkan langsung masuk mobil begitu saja.

Ck. Nggak tahu sopan santun banget ini manusia. Udah yang minta tolong Adeknya, sekarang nggak bilang makasih pula. Boro-boro bilang makasih, nyapa gue aja kaga. Emang minta di....

Tiiiiinnnnnnn!!

"Cepat masuk, Adeeva!" seru Arkan setelah nyaris menulikan telinga gue dengan suara klaksonnya.

Gue mendesah kesal, lalu menyeret kedua kaki gue dengan sedikit tidak rela dan masuk ke dalam mobilnya.

"Lo serius ngajakin gue kondangan nggak sih, Ar?" tanya gue heran. Kedua mata gue menatap tajam ke arah Arkan yang masih setia dengan wajah datar khas andalannya.

"Kalau saya tidak serius, saya tidak mungkin di sini dan menyuruh kamu masuk ke dalam mobil saya."

Ah, iya bener juga sih.

"Kamu ini lama sekali sih," gerutu Arkan sambil melepas seatbelt miliknya, lalu mendekat ke arah gue dengan gerakan tiba-tiba. Membuat gue menahan nafas gue secara reflek, tubuh kami benar-benar berdekatan, membuat gue bisa mencium aroma parfumnya dengan sangat jelas dan juga memabukkan tentunya.

Klik!

Gue menerjap kaget. Tubuh Arkan sudah menjauh dan sekarang sedang memakai seatbelt miliknya. Lalu pandangan gue beralih pada seatbelt gue yang sudah terpasang. Eh, tunggu, jadi Arkan tadi deket-deket gue untuk masang seatbelt gue? Astaga!

"Kenapa?" tanya Arkan dengan wajah keheranannya. Mobil sedannya kini sudah melaju meninggalkan kost gue.

Gue langsung menoleh ke arahnya. Saat kedua mata kami bertemu, baru gue menggeleng dengan canggung setelahnya.

Arkan tampak tidak terlalu memperdulikan ekspresi gue yang kemungkinan aneh ini. Ia bahkan langsung kembali memfokuskan diri untuk menyetir, membuat gue sedikit bernafas lega. Setidaknya dia nggak tahu kalau otak gue tadi sempat berpikir yang iya-iya.

"Thanks."

Gue kembali menolehkan kepala gue ke arahnya, kali ini ekspresi terheran-heran yang sedang gue tunjukkan. Kedua mata gue menerjap beberapa kali, mulut gue terbuka karena shock. Gue denger apa tadi barusan?

"Terima kasih karena bersedia untuk menemani saya," ucap Arkan kalem.

Otomatis gue langsung tersenyum bahagia dan mengangguk antusias.

"Padahal saya tidak meminta," imbuh Arkan tiba-tiba.

Perlu kalian tahu, ekspresinya masih sama kalemnya dengan yang tadi. Sementara ekspresi gue, jelas memerah karena menahan amarah. Nggak bisa banget deh ini Hamba Allah, bikin gue bahagia meski semenit aja. Astaga, sepuluh detik aja gue rasa nggak ada tadi loh, gue senengnya. Karena sudah terlanjur kesal, gue akhirnya memilih memalingkan wajah gue ke luar jendela. Setidaknya melihat pemandangan macet lebih baik ketimbang muka datarnya, meski pada kenyataannya sama-sama suka bikin emosi.

Kami tiba di hotel tempat teman Arkan menyelenggarakan resepsi sekitar pukul setengah sebelas. Selama perjalanan menuju ballroom--dari tempat parkir hingga masuk hotel--, Arkan masih diam tidak berbicara. Gue heran sih, kenapa dia ngajak gue kondangan tapi gue-nya nggak diajak ngobrol begini. Bahkan kini, saat kami sudah masuk ballroom pun, Arkan masih dalam mode diamnya. Hanya saja ia tiba-tiba menarik telapak tangan gue, masih dalam mode diamnya tanpa bicara apa pun.

Dengan wajah heran gue tatap matanya, berniat meminta penjelasan. Dan hanya dijawab Arkan tiga kata saja.

"Biar enggak ilang," jawabnya cuek, kemudian menarik gue menuju kerumunan tamu.

Kami berhenti di meja yang dipenuhi gerombolan manusia yang sedang asik berbincang.

"Udah pada salaman sama pengantinnya?" tanya Arkan sambil menepuk salah satu pundak pria berkacamata. Namun justru yang menjawab pria berkemeja batik lengan pendek yang memiliki senyuman manis.

Ugh! Boleh juga itu senyuman. Manisnya pas.

"Belum. Masih antri banyak tuh," kata pria itu sambil menunjuk ke arah pelaminan dengan dagunya, "ngomong-ngomong bawa siapa nih? Cakep bener?" godanya kemudian.

"Pacar dong."

Bukan. Itu bukan suara Arkan. Melainkan suara milik si Mamah muda yang kini sedang sibuk menyuapi anak kecil di hadapannya.

"Bukan. Temennya Irin."

Nah, kalau yang ini baru suara Arkan. Singkat. Padat. Jelas. Dan nyelekit tentu saja.

"Loh, bukan temen hidup lo gitu?" seloroh pria berkaca mata tadi sambil terbahak.

Gue hanya meringis karena mendapati ekspresi biasa saja dari Arkan.

"Bukan pacar tapi gandengan," ledek perempuan berhijab sambil melirik tangan gue yang masih berada digenggamannya.

"Ya, nggak papa. Orangnya nggak protes kok, kenapa lo protes?" balas Arkan cuek. Membuat gue tanpa berpikir panjang langsung melepaskan genggamannya

Sialan!

"Lah, langsung dilepas!" pekik salah satu dari mereka. Gue nggak tahu yang mana, yang ngomong. Karena gue lagi ngumpet di belakang lengan Arkan.

Gila! Malu banget gue rasanya, sumpah.

"Rese deh kalian, kalau dia ngambek gue yang repot," sungut Arkan sambil mendelik, lalu dengan gerakan tiba-tiba ia menarik telapak tangan gue kembali, "yuk, kita antri salaman dulu," ajaknya kemudian.

"Heh, dikenalan dulu. Masa langsung pergi aja," protes pria berwajah oriental yang memakai kemeja hitam.

"Lain kali aja," balas Arkan langsung mengajak gue meninggalkan kerumunan itu. Gue hanya bisa pasrah.

######

Selesai bersalaman dengan si pengantin, kami langsung pamit. Dan ya, tanpa mencicipi satu pun hidangan di sana. Dan itu cukup membuat gue kesal. Maksud gue gini, sekarang lagi tanggal tua dan pergi kondangan di tanggal tua tanpa memikirkan untuk mengisi amplop itu adalah nikmat duniawi yang jelas nggak boleh dilewatkan oleh anak rantauan macem gue, harusnya. Tapi dengan tak berperikemanusiaan dan tak berperikeadilan, Arkan langsung mengajak gue pulang setelah selesai bersalaman dengan pengantin. Kan nyebelin, mana tadi gue belum sarapan nasi dan cuma makan energen coklat setengah. Maklum, akhir bulan.

"Maaf kalau candaan teman-teman saya tadi keterlaluan."

Gue langsung mendelik sewot ke arahnya, "Gue bahkan lupa mereka ngomong apa," balas gue tak kalah sewot.

"Lalu?"

"Gue laper. Butuh makan. Harusnya tadi gue makan enak di sana, tapi lo dengan tidak pekanya malah ngajak gue pulang. Lo tahu nggak sih, gue ini sebenarnya males keluar karena lagi dateng bulan. Jangankan keluar, buat turun dari kasur aja gue sebenarnya males, karena emang kalau hari pertama itu nyeri banget. Tapi demi lo, gue rela nahan nyeri perut gue dan akhirnya nemenin lo kondangan. Emang dasar gue-nya yang bego kali, ya. Lo jelas-jelas nggak respect sama gue tapi gue masih aja usaha buat deketin lo, bahkan sampai melibatkan Shirin," cerocos gue panjang lebar dengan nafas ngos-ngosan. Tapi lega juga karena sudah berhasil mengeluarkan uneg-uneg.

Tiba-tiba mobilnya berhenti, membuat gue panik. Kenapa nih, enggak mogokkan? Masak mobil bagus-bagus mogok.

Gue menoleh ke arah Arkan, yang kini sedang menjulurkan tangan kanannya ke bangku belakang, lalu menyodorkan sebotol air mineral kemasan ke gue. Gue memilih tidak mengambilnya karena tidak merasa kehausan. Arkan mendesah lalu membuka tutup botolnya baru disodorkan lagi ke gue.

"Minum dulu!" intruksinya kemudian.

Dengan gerakan patuh gue meneguknya sedikit, lalu menyodorkan lagi padanya.

"Maaf atas ketidakpekaan saya. Saya memang begini adanya," ucap Arkan tulus. Kedua matanya menatap mata gue dengan lembut, membuat gue salah tingkah jadinya.

Gue diam. Menunggu Arkan melanjutkan kalimatnya.

"Kamu baik, Adeeva, kamu juga cantik. Tapi, maaf, sepertinya saya belum ingin memulai hubungan baru. Jadi, berhenti--"

"Lo belum move on dari mantan lo?" tanya gue kepo.

Arkan menggeleng, sebagai tanda jawaban.

"Terus?" desak gue penasaran.

"Saya... Ya, pokoknya, inti dari permasalahan ini, saya belum tertarik untuk memulai hubungan baru. Baik dengan kamu atau pun perempuan lain. Hati saya mungkin terlalu keras untuk diluluhkan. Jadi, bisa kita berhe--"

"Wowo, tenang, Ar! Jangan main bilang berhenti dulu dong. Gue bahkan belum mulai loh ini." Gue memotong ucapannya. Meski sedikit agak sakit hati, tapi gue nggak boleh nyerah. Kalah sebelum perang itu nggak seru, jadi setidaknya gue harus berjuang dulu, sebelum akhirnya mengikhlaskannya sama yang lain, itu pun kalau seandainya Arkan beneran bukan jodoh gue.

"Ar, gue kasih tahu satu rahasia tentang gue." Gue menjeda kalimat gue, "gue ini perempuan spesial yang nggak melulu minta diperjuangin. Gue juga mau berjuang. Berjuang meluluhkan hati lo pun gue nggak masalah," potong gue dengan cepat. "Jadi plis, jangan minta gue berhenti sebelum gue lelah dengan perjuangan dan usaha gue untuk meluluhkan hati lo. Deal?"

Gue menatap Arkan serius, setelahnya. Tidak ada nada main-main atau pun tatapan permohonan, demi menjaga harga diri. Meski dalam hati gue cukup pesimis, kalau Arkan mungkin saja benar-benar minta gue untuk berhenti dan sesi perkenalkan ini tidak berlanjut sama sekali. ****, gue belum sanggup patah hati.

Arkan menatap gue tak yakin. "Bagaimana kalau nanti gagal? Hati kamu bisa terluka, Adeeva."

Gue mengangkat bahu gue acuh tak acuh. "Gue cukup optimis kalau akan berhasil. Kalau pun akan berakhir gagal, gue pasti langsung minta doa dulu. Kan, katanya doa yang tersakiti manjur, tuh. Kali aja, nanti beneran manjur pas lo beneran nolak gue."

Senyuman super tipis Arkan mendadak terbit. "Kenapa kamu percaya diri sekali kalau bisa meluluhkan hati saya? Saya saja ragu loh."

Sekali lagi gue mengangkat kedua bahu gue. "Feeling aja sih."

"Terima kasih atas rasa percaya diri kamu. Saya cukup tersanjung. Dan saya akan menunggu usaha kamu itu."

Alhamdulillah. Gue berseru girang dalam hati, seenggaknya masih dikasih kesempatan.

Gue mangguk-mangguk setelahnya. "Ya, memang harusnya begitu."

Seolah terhipnotis, Arkan ikut mengangguk. "Ngomong-ngomong, perut kamu masih sakit?"

Wow. Peningkatan cuyyy.

Dengan wajah sumringah, gue kemudian menggeleng. "Setelah dapat kabar disuruh nemenin lo, udah nggak kerasa lagi sih sebenarnya. Nggak tahu nanti."

"Berarti sekarang makan?" tanya Arkan tak terlalu yakin. Namun gue mengangguk yakin sebagai tanda jawaban.

"Mau makan di mana?" tanya Arkan.

"Mana aja, yang paling deket. Penting makan, enak, halal dan bikin kenyang."

"Seumpama yang paling deket warung tenda nggak masalah?"

"Enggak. Mau di pinggir jalan, warung tenda, tenda biru, pun enggak masalah. Tapi kalau di tenda biru, mending pas di nikahan kita aja," celetuk gue asal sambil nyegir.

Dan seperti yang sudah-sudah, ekspresi Arkan tampak shock, namun kali ini ia tiba-tiba memekik, "Berhenti menggoda saya, Adeeva!" serunya sambil menatap gue tak suka.

Sementara gue hanya terbahak. Duh, gemesin banget sih ini orang Ya Tuhan!

**Tbc,

Ya Allah, Va, ganjen kali kutengok kau. Tapi gpp, gue dukung. Pepet terus, jangan kasih kendor!

Semangat**!✊

Terpopuler

Comments

YEkaMirna

YEkaMirna

kita cuma bs kasih semangat ke adeevanya.. coba klu kita yg digituin. udah psti lgsung lambaikan tangan ke kamera... 🤣🤣🤣

2023-05-12

0

TePe

TePe

hebat adeeva....kl gw ga sanggup tuh disrh ngejar, capek lahhhh

2021-09-12

1

Sugeng Wahyudi

Sugeng Wahyudi

gassss powl.....

2021-08-27

1

lihat semua
Episodes
1 Adore You! : s a t u
2 Adore You! : d u a
3 Adore You! : t i g a
4 Adore You! : e m p a t
5 Adore You! : l i m a
6 Adore You! : e n a m
7 Adore You! : t u j u h
8 Adore You! : d e l a p a n
9 Adore You! : s e m b i l a n
10 Adore You! : s e p u l u h
11 Adore You! : s e b e l a s
12 Adore You! : d u a b e l a s
13 Adore You! : t i g a b e l a s
14 Adore You! : e m p a t b e l a s
15 Adore You! : l i m a b e l a s
16 Adore You! : e n a m b e l a s
17 Adore You! : t u j u h b e l a s
18 Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19 Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20 Adore You! : d u a p u l u h
21 Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22 Adore You! : d u a p u l u h d u a
23 Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24 Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25 Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26 Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27 Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28 Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29 Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30 Adore You! : t i g a p u l u h
31 Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32 Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33 Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34 Pemberitahuan
35 We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36 We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37 We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38 We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39 We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40 We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41 We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42 We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43 We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44 We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45 We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46 We're Getting Married : |12| The Engagement
47 We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48 We're Getting Married : |14| Cemburu?
49 We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50 We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51 We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52 We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53 We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54 We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55 We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56 We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57 We're Getting Married : |23| Pertemuan
58 We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59 We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60 We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61 We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62 We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63 We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64 We're Getting Married : |30| Prasangka
65 We're Getting Married : |31| Kondangan
66 We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67 We're Getting Married : |33| Kacau
68 We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69 We're Getting Married : |35| The Last Part
70 promo cerita baru
71 promo cerita baru lagi
72 cerita baru lagi
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Adore You! : s a t u
2
Adore You! : d u a
3
Adore You! : t i g a
4
Adore You! : e m p a t
5
Adore You! : l i m a
6
Adore You! : e n a m
7
Adore You! : t u j u h
8
Adore You! : d e l a p a n
9
Adore You! : s e m b i l a n
10
Adore You! : s e p u l u h
11
Adore You! : s e b e l a s
12
Adore You! : d u a b e l a s
13
Adore You! : t i g a b e l a s
14
Adore You! : e m p a t b e l a s
15
Adore You! : l i m a b e l a s
16
Adore You! : e n a m b e l a s
17
Adore You! : t u j u h b e l a s
18
Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19
Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20
Adore You! : d u a p u l u h
21
Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22
Adore You! : d u a p u l u h d u a
23
Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24
Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25
Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26
Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27
Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28
Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29
Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30
Adore You! : t i g a p u l u h
31
Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32
Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33
Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34
Pemberitahuan
35
We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36
We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37
We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38
We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39
We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40
We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41
We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42
We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43
We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44
We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45
We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46
We're Getting Married : |12| The Engagement
47
We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48
We're Getting Married : |14| Cemburu?
49
We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50
We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51
We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52
We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53
We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54
We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55
We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56
We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57
We're Getting Married : |23| Pertemuan
58
We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59
We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60
We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61
We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62
We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63
We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64
We're Getting Married : |30| Prasangka
65
We're Getting Married : |31| Kondangan
66
We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67
We're Getting Married : |33| Kacau
68
We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69
We're Getting Married : |35| The Last Part
70
promo cerita baru
71
promo cerita baru lagi
72
cerita baru lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!