Adore You! : l i m a b e l a s

"Galau itu ketika mantan ngajak balikan tapi gebetan nggak kunjung ngajak jadian. Boro-boro jadian, prospeknya aja selambat siput berjalan."

****

Pagi ini mood gue kacau balau. Selain karena bos gue yang nagih laporan keuangan bulanan, yang sebenarnya biasa gue setor di akhir bulan, tapi entah kenapa hari ini sudah ditagih, padahal hari ini masih tanggal 29, bulan Juli pula, kan masih ada 2 lagi tuh waktunya, harusnya. Tapi namanya bos mah bebas, jadi bisa apa gue selain pasrah. Meski pada kenyataannya tetap membuat gue snewen, mana gue lagi PMS, terus ini si Ardit pake ngirim chat pagi-pagi pula. Bilang mau jemput gue lagi. Iya, itu manusia emang masih usaha-bahkan lebih getol buat ngajakin gue balikan. Ck, dapat nomor gue dari mana coba.

Mampuslah, gue!

Gimana ini cara nolaknya, sementara motor gue aja masih di bengkel. Sebenernya sih kata Mas-mas montirnya udah selesai diperbaiki, tapi kemarin gue kan pergi nemenin kondangan Arkan, jadi belum sempet ngambil. Rencana awal sih emang mau gue ambil pagi ini, tapi kalau Ardit udah ada di depan gerbang gimana gue bisa ngambil, yang ada dia malah punya alesan buat nganter gue. Mau nebeng temen kostan, nggak mungkin. Temen kostan gue kebanyakan mahasiswa yang lebih milih pake ojol ketimbang bawa motor sendiri. Kalau pun ada yang punya motor, nggak searah sama tempat kerja gue. Kan nggak mungkin. Mau pesen ojol ribet, karena gue nggak punya aplikasinya, harus repot-repot download dulu dong.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas. Kenapa nggak kepikiran suruh pesenin Laras, ya, itu anakkan pasti punya aplikasi begituan, secara kendaraannya untuk wara-wiri ke kampus selain dianterin cowoknya ya, ojol.

Oke, gue nggak boleh buang waktu, gue harus segera ke kamar Laras.

"Laras!!" seru gue sambil menggedor-gedor pintu kamar Laras. Butuh waktu sekitar hampir delapan menit baru pintu kamarnya terbuka, menampilkan wajah awut-awutan gadis yang hobinya begadang sampai jelang subuh. Kedua matanya tampak masih memerah, membuat gue meringis tak enak setelahnya. Habis begadang lagi ini bocah pasti.

"Enggak ngampus?" tanya gue masih sambil meringis.

"Masuk siang."

"Abis begadang.... lagi?"

Sambil menggaruk-garuk rambutnya yang berantakan, Laras mengangguk. Gue yang melihatnya hanya mampu geleng-geleng kepala. Orang Solo kok begini amat. Nggak ada anggun-anggunnya. Pemalas banget buat bangun pagi.

"Mau minta tolong dong, pesenin ojol!" pinta gue akhirnya.

"Astaga! Pesen ojol aja masa nggak bisa, pantesan nggak punya pacar," decak Laras sambil geleng-geleng kepala, "siniin hape Mbak Eva, aku pesenin," todongnya kemudian.

"Gue nggak punya aplikasinya. Kalau gue punya, ngapain nyuruh lo mesenin."

"Oh, nggak punya to, kenapa nggak bilang dari tadi," gerutu Laras sambil berdecak. Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengambil ponselnya, "motor Mbak Eva emang belum beres?" tanyanya setelah ada di hadapan gue.

"Udah. Kemarin udah disuruh ngambil sih, cuma gue nemenin temen kondangan, jadi nggak sampet ngambil."

"Temen?"

Laras langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, berganti menatap gue dengan ekspresi curiga. Nyurigain apaan ini bocah?

"Yang pernah antar-jemput itu? Yang ganteng itu, Mbak?"

Gue hanya mengangguk malas sebagai tanda jawaban. Bukan karena gue nggak rela mengakui Arkan ganteng, bukan. Meski nggak seganteng Song Seung Heon, tapi menurut gue Arkan ganteng dengan kharismanya sendiri. Tubuh tinggi tegap, kulit coklat eksotis menggoda iman, rahang tegas tanpa brewok-brewok menyesatkan, bibir tebal agak kehitaman, namun justru membuatnya terlihat sexy. Hidung mancung, matanya yang agak kecoklatan, dan bulu mata letik, yang sering kali membuat gue gemas ingin memegangnya.

"Mbak, kok malah ngelamun?"

"Eh?"

Gue menerjap kaget. Gue barusan tadi malah bayangin wajah Arkan, ya?

"Aku udah orderin. Mending Mbak Eva langsung ke depan, takutnya Masnya nanti nungguin. Kan kasian. Aku mau lanjut tidur."

Gue ber'oh'ria sambil mangguk-mangguk. "Thanks," ucap gue sebelum pergi meninggalkan kamar Laras.

Saat keluar gerbang, gue langsung menemukan Ardit dengan stelan kemeja slimfit andalannya saat ke kantor. Dia tersenyum cerah saat melihat gue, membuat gue langsung memasang wajah garang.

"Hai, berangkat sekarang?" tanya Ardit ramah, seolah dia buta sehingga tidak bisa melihat wajah gue yang menggambarkan raut wajah tak suka.

"Enggak. Nunggu ojol," ketus gue judes.

Ardit meresponnya dengan tertawa. "Bisa aja kamu bercandanya," kekehnya. "Ya udah, ayo berangkat sekarang, nanti keburu si--"

"Gue emang beneran lagi nunggu ojol, Dit. Nggak lagi bercanda," potong gue sebelum Ardit menyelesaikan kalimatnya.

"Dan kamu pikir aku percaya? Enggaklah, kamu punya motor--"

"Motor gue masih di bengkel. Jadi hari ini gue berangkat kerja naik ojol. Sudah bisa anda mengerti saudara Ardit Dewangga?" sambar gue secepat kilat.

"Kalau motor kamu di bengkel ngapain kamu harus repot-repot naik ojol, sementara ada aku yang bahkan sudah ada di hadapan kamu dan siap nganter kamu."

Gue mendengkus. "Mending gue repot naik ojol ketimbang harus satu mobil sama lo. Gue nggak mau dicap tukang PHP."

Raut wajah Ardit berubah kecewa. "Kamu berubah, Va," lirihnya kemudian. Yang sama sekali nggak bikin gue iba.

"Semua orang bisa berubah, Ardit. Semua hal juga berubah, dulu semua orang lebih suka pake BBM tapi sekarang lebih suka pake WhatsApp-kan?"

"Itu karena BBM udah nggak ada, makanya pada pindah ke WhatsApp."

"Nah, sama kayak gue. Cinta gue ke lo udah nggak ada, makanya gue nggak mau balikan. Oke?"

Ardit terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Hari ini aku nggak mau ngajak kamu balikan, sayang. Aku cuma mau usaha dapetin hati kamu lagi dengan cara nganter kamu kerja. Kamu ge-er banget sih."

Apa?!

Gue baru aja dikatain kege-eran?

Muka gue sudah merah padam saat ini. Sialan. Pengen banget gue tendang selangkangannya yang berbalut celana bahan berwarna biru dongker ini. Ini juga Mas-mas ojol-nya lama banget nggak nyampe-nyampe, kan gue jadinya terpaksa harus nanggepin makhluk astral macem Ardit. Mana ini orang bukannya bersalah setelah ngatain gue dan malah cengengesan seolah nggak punya dosa lagi.

"Aku cuma bercanda. Kamu jangan ngambek deh, udah ayo buruan masuk mobil," ucap Ardit, benar-benar mengabaikan raut wajah tak suka gue.

"Gue nggak sudi," ketus gue galak.

Dan alhamdulillah, tak berapa lama setelahnya muncul motor metic berwarna merah mendekat ke arah kami.

"Dengan Mbak Laras?" tanya Mas-mas ojol itu.

"Bukan," sambar Ardit cepat.

Gue melotot tajam ke arah Ardit. "Apa-apaan sih lo ini, Dit," protes gue galak. Pandangan gue lalu beralih ke Mas-mas ojol yang kini seperti sedang kebingungan. "Saya memang bukan Laras, tapi yang naik dan bayar saya kok. Yuk, Mas!" ucap gue sambil menodongkan tangan gue, meminta helm.

"Aku udah di sini loh, Va, kenapa kamu malah mau naik ojol?"

Gue memilih mengabaikan protesan Ardit dan langsung memakai helm yang disodorkan Mas-mas ojol-nya dan nangkring di motor.

"Langsung jalan, Mas!" ucap gue memerintah Mas-mas ojol-nya.

Mas-mas ojol itu pun mengangguk patuh, lalu menstarter motornya. Meninggalkan Ardit yang meneriaki kami. Ck. Dasar nggak tahu malu.

{{{{}}}}}

"Jelek amat mukanya," cibir Salma sambil menyugguhkan segelas es sirup di atas meja.

Tadi sepulang kerja, ibu dua anak ini nge-chat gue, nyuruh mampir ke rumahnya. Suruh ngambil oleh-oleh, soalnya Salma baru pulang dari rumah mertuanya yang tinggal di Semarang. Sekantong plastik kresek berisi lumpia goreng sudah bersanding di sebelah es sirup yang Salma sediakan. Kalau Shirin lebih senang kalau gue nyari makan atau minum sendiri, Salma enggak gitu. Dia lebih senang melayani tamunya bak raja atau ratu. Terdengar berlebihan, ya? Tapi emang gitu kenyataannya. Kenyataan kalau gue yang ngelebih-lebihin. Haha.

Tanpa memperdulikan cibiran Salma, gue memilih untuk langsung meneguk es sirup bikinannya. Sensasi dingin bercampur manisnya sirup rasa melon langsung gue rasakan. Membuat gue tak sadar kalau udah habis setengah gelas.

"Hmm... segernya," desah gue sambil merem melek, menghayati sensasi dinginnya. "Mantap!" seru gue kemudian, masih dengan ekspresi lebay gue.

"Lo kayak nggak pernah minum sirup aja deh, Va. Norak!" cibir Salma, masih sama pedasnya.

Tapi gue nggak peduli dan memilih meneguk es sirup bikinannya sekali lagi.

"Murahan banget deh lo, Va. Galau langsung ilang cuma gara-gara es sirup THR tahun lalu."

Uhuk Uhuk Uhuk

"Apa?!"

Salma terkekeh. "Bercanda."

"Nggak lucu banget, ah. Lagi galau nih gue, malah dibecandain." Gue memanyunkan bibir gue.

"Galau? Tumben. Udah mulai muak dengan status jomblo?"

"Hey!!" bentak gue snewen. Yang hanya disambut gelak tawa oleh Salma.

"Bercanda. Snewen amat deh lo."

"Gue lagi PMS."

"Ups, sorry," ucap Salma tanpa raut wajah bersalah sama sekali. Emang nggak niat amat ini emak-emak minta maafnya. "Jadi, kenapa?" tanyanya kemudian. Raut wajahnya biasa aja, nggak kelihatan kepo-kepo amat. Ya, khas basa-basi busuk biar nggak kena sembur gitu.

"Ardit--"

Gue langsung berdecak jengkel karena Salma memotong ucapan gue, yang bahkan baru hendak gue mulai.

"Lo gagal move on?" tembak Salma tanpa pikir panjang.

"Gue belum selesai, Sal, mbokyo jangan asal motong ucapan gue. Nggak menghargai banget sih lo jadi manusia."

"Gue cuma nebak. Kalau salah ya, sorry."

Gue makin kesel. Salma itu kalau bilang 'sorry' itu ekspresinya selalu biasa aja, nggak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Bikin gue jadi mikir-mikir buat curhat apa enggak.

"Lanjut! Cerita aja," ucap Salma. "Meski nggak penasaran-penasaran banget, gue siap dengerin kok."

Gue melirik Salma sesaat, sebelum akhirnya mangguk-mangguk setuju. Salma memang pendengar baik, meski komentarnya suka nylekit tapi lebih banyak ngasih saran ketimbang curhat sama Shirin. Maklum, Salma anak sulung sedang Shirin kan anak bungsu. Udah bisa ketebakkan, gimana ajaibnya pikiran anak bungsu.

"Ardit ngajak balikan."

Dan hening setelahnya.

Tidak ada sahutan apapun dari Salma. Gue sampai mikir ditinggal Salma ke mana gitu karena nggak ada respon apa pun dari ibu-ibu yang mempunyai hobi membuat kue kering ini. Tapi, waktu gue mengangkat kepala, Salma masih berada di hadapan gue, duduk dengan tenangnya.

"Gue pikir lo tinggal ke mana, Sal."

Salma berdecak. "Lanjut!"

Kini giliran gue yang memilih diam.

Salma mendesah. "Balikan sama mantan itu bukan dosa besar, Va. Nggak melulu kayak baca buku yang sama, yang udah ketebak ending-nya. Bisa jadi juga ini versi revisiannya kan? Jadi, kalau lo masih ngerasa sayang sama Ardit ya, balikan aja. Nggak usah galau," ceramahnya tiba-tiba.

Gue geleng-geleng kepala karena sikap sok tahu Salma. Lalu kemudian memilih untuk menghabiskan es sirup gue sampai habis tak tersisa, bahkan sampai tetes terakhir.

"Yang bikin galau itu bukan karena gue masih sayang sama Ardit, Sal."

"Terus?"

"Gue lagi deket sama orang. Eh, nggak bisa dibilang deket juga sih, tapi gue tertarik gitu. Tapi ini orang kaku bin cuek gitu. Gue kan lemah iman, Sal, takut aja gitu nanti kalau gue jadi khilaf nerima Ardit, padahal gue tahu rasa gue sama Ardit udah nggak kayak dulu lagi."

"Oh, gue kirain lo gengsi mau nerima Ardit lagi," ucap Salma sambil terkikik geli.

"Enggaklah. Biasa aja gue mah, tapi gue agak kesel sih sama Ardit."

"Kenapa?"

"Doi ngajak balikan pas tahu pacarnya selingkuh. Bangke kan?"

Mendengar umpatan gue, Salma langsung tertawa terbahak-bahak. "Kalau Ardit bangke, harusnya lo nggak perlu galau karena takut khilaf, dodol!" Tanpa sungkan Salma langsung menonyor dahi gue.

Iya, juga ya. Harusnya kan gue nggak galau, tapi kenapa gue galau, ya?

Tbc,

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

mana gw tau, gw kan ikan, wkwkwk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-04-23

1

Cheyichie Cheweaquariuezz

Cheyichie Cheweaquariuezz

bisa gk jgn cuma ad "👍"
dibikin pilihan"🤣","😂","😝"
enak gtu KH klo lucu tinggal qw pencet"🤣😂😝" banyak2.....✌️✌️

2021-01-14

2

Ria

Ria

sungguh mbak...
bikin org cekikikan terusss....😂😂😂😂

2020-06-29

0

lihat semua
Episodes
1 Adore You! : s a t u
2 Adore You! : d u a
3 Adore You! : t i g a
4 Adore You! : e m p a t
5 Adore You! : l i m a
6 Adore You! : e n a m
7 Adore You! : t u j u h
8 Adore You! : d e l a p a n
9 Adore You! : s e m b i l a n
10 Adore You! : s e p u l u h
11 Adore You! : s e b e l a s
12 Adore You! : d u a b e l a s
13 Adore You! : t i g a b e l a s
14 Adore You! : e m p a t b e l a s
15 Adore You! : l i m a b e l a s
16 Adore You! : e n a m b e l a s
17 Adore You! : t u j u h b e l a s
18 Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19 Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20 Adore You! : d u a p u l u h
21 Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22 Adore You! : d u a p u l u h d u a
23 Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24 Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25 Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26 Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27 Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28 Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29 Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30 Adore You! : t i g a p u l u h
31 Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32 Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33 Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34 Pemberitahuan
35 We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36 We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37 We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38 We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39 We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40 We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41 We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42 We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43 We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44 We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45 We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46 We're Getting Married : |12| The Engagement
47 We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48 We're Getting Married : |14| Cemburu?
49 We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50 We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51 We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52 We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53 We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54 We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55 We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56 We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57 We're Getting Married : |23| Pertemuan
58 We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59 We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60 We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61 We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62 We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63 We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64 We're Getting Married : |30| Prasangka
65 We're Getting Married : |31| Kondangan
66 We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67 We're Getting Married : |33| Kacau
68 We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69 We're Getting Married : |35| The Last Part
70 promo cerita baru
71 promo cerita baru lagi
72 cerita baru lagi
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Adore You! : s a t u
2
Adore You! : d u a
3
Adore You! : t i g a
4
Adore You! : e m p a t
5
Adore You! : l i m a
6
Adore You! : e n a m
7
Adore You! : t u j u h
8
Adore You! : d e l a p a n
9
Adore You! : s e m b i l a n
10
Adore You! : s e p u l u h
11
Adore You! : s e b e l a s
12
Adore You! : d u a b e l a s
13
Adore You! : t i g a b e l a s
14
Adore You! : e m p a t b e l a s
15
Adore You! : l i m a b e l a s
16
Adore You! : e n a m b e l a s
17
Adore You! : t u j u h b e l a s
18
Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19
Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20
Adore You! : d u a p u l u h
21
Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22
Adore You! : d u a p u l u h d u a
23
Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24
Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25
Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26
Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27
Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28
Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29
Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30
Adore You! : t i g a p u l u h
31
Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32
Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33
Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34
Pemberitahuan
35
We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36
We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37
We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38
We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39
We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40
We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41
We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42
We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43
We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44
We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45
We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46
We're Getting Married : |12| The Engagement
47
We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48
We're Getting Married : |14| Cemburu?
49
We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50
We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51
We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52
We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53
We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54
We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55
We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56
We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57
We're Getting Married : |23| Pertemuan
58
We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59
We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60
We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61
We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62
We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63
We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64
We're Getting Married : |30| Prasangka
65
We're Getting Married : |31| Kondangan
66
We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67
We're Getting Married : |33| Kacau
68
We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69
We're Getting Married : |35| The Last Part
70
promo cerita baru
71
promo cerita baru lagi
72
cerita baru lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!