"Gue emang nggak suka dijodoh-jodohin. Tapi berhubung orangnya ganteng gitu, masa iya mau disia-siain. Kan mubazir!"
♡♡♡♡♡
ShirinE:
Hai cantikss😘
Gue langsung memajukan wajah gue ke layar ponsel. Mencoba memastikan jika ini memang pesan yang dikirimkan Shirin untuk gue. Ini emak-emak, tumben-tumbenan nge-WA gue pake acara manggil-manggil gue cantik. Biasanya kalau ada maunya pun dia jarang banget pake kalimat sok memuji gini, kecuali di saat-saat tertentu. Dengan gerakan cepat, gue langsung mengetik balasan untuknya.
Me:
Mavok lu Rin?😕
ShirinE:
Gue ada maunya nih
Me:
For what?
ShirinE:
Lo udah ada kandidat teman belum?
ShirinE:
Teman sehidup-semati lo😄.
Me:
Apan deh, gaje banget😧
Me:
Ada. Bentar gue kirim.
Me:
Sent a picture
Me:
Cakep kan? Udah di tungguin di kasur tuh gue. Gue off ya?😅
ShirinE:
Nggak usah halu deh. Mending sama abang gue.
ShirinE:
Btw, cakep juga sih. Siapa sih itu? Boleh lah kalo gue masukin daftar calon selingkuhan gue😂😂.
Me:
Lo mau daftarin diri gue jadi pelakor nih ceritanya?
Me:
Oke. Udah rampung gue ss. Tinggal dikirim ke suami lo ahhhhh😈😆😂😄😋
ShirinE:
Berani lo kirim.😠😤😡😬😈 gue bakar tempat kerja lo!
ShirinE:
Tapi gue jamin lo yang bakalan dijadiin pelakunya😈.
Me:
😥😥😥
Me:
Bomat😜
ShirinE:
Serius ini. Lu kalo gue sodorin abang gue mau nggak?
ShirinE:
Material husband. Dijamin MUI 😂😂
Me:
Sorry to sorry ya. Gue masih suka yang perjaka😋
Me:
Mau material husband kek, mau material bangunan kek. Gue tetep nggak minat. Mending suami gue kemana-mana
ShirinE:
Suami dari Hongkong😒
ShirinE:
Lo nggak perlu ngeraguin keperka--ups. Keperjakaan Abang gue. Dijamin 10000000% Abang gue masih perjaka.
Me:
Bukan tapi dari Korea😂😂
Me:
Bentar. Ini lu lagi ngomongin abang lu yang mana deh?😕
Me:
Gue berasa kayak galham gitu, masa?
ShirinE:
Abang gue pas. Yang tinggal di Semarang.
ShirinE:
Dijamin lu bakalan langsung klepek2 sekali liat.
Me:
OMG!!!!!!😱😱😱😱
Me:
Serius???? Demi apa?
Me:
Lo masih punya abang selain bang Ferdi?
ShirinE:
Demi...kian😂😂
ShirinE:
Serius dong Va. Pokoknya lo harus kenalan sama abang gue ini. Harus!
Me:
Berapa umurnya?
ShirinE:
31
Me:
😲😲😲
Me:
Gue sibuk. Bye!
ShirinE:
Woooyy, jangan kabur gitu dong.
ShirinE:
Sent a picture
Gue langsung melongo begitu foto yang Shirin kirim terunduh. Gila! Gue kok bisa nggak tahu kalau itu emak kece punya abang seoke ini. Kalau abangnya model beginian gimana gue bisa nolak coba. Harus gue sikat langsung nih. Tidak boleh disia-siakan.
Me:
Oke. Gue mau. Berhubung gue sahabat yang baik nih ya.
Me:
Demi lo nih gue mau dikenal2in gini.
ShirinE:
Lagak lu dah, Va. Gue jadi ragu gini mau jodohin kalian berdua. Apa gue cancel aja ya😌😏
Me:
ANDWAE!!!!
Me:
Harus gue yang jadi kakak ipar lo. Titik.
ShirinE:
Gue mulai merasakan
yang namanya penyesalan 😌😌😌
ShirinE:
Oke. Nanti gue coba atur kencan buta kalian deh.
Me:
Oke2.
Lo emang sahabat terbaik gue😍😍😍😙😚😗
"Chat sama siapa lo girang gitu?"
Gue buru-buru mengangkat wajah, dan langsung menemukan Bang Bima duduk di hadapan gue sambil menghisap batang rokoknya.
"Asep lo kemana-mana, Bang!" protes gue galak. Bukan Bang Bima kalau langsung menggubris kalimat yang gue keluarkan. Bahkan tanpa berdosa bapak satu anak ini malah makin menghembuskan asap rokoknya tepat ke wajah gue.
"Asap surga dunia nih," kelakarnya makin membuat gue langsung naik darah.
Tanpa berpikir panjang gue langsung berdiri.
"Gue sumpahin malem ini lo batuk sampe nggak bisa tidur dan bikin anak lo rewel terus lo dianggep bini lo nggak guna jadi suami," kata gue sambil menendang kakinya jengkel.
Gue pun langsung keluar setelahnya.
"Nggak seru lo, Va!" teriak Bang Bima yang jelas tak gue gubris.
"Kenapa lagi sih, Va, patner kok ribut mulu?" tanya Mbak Dewi begitu gue masuk ke ruko yang menawarkan jasa fotokopi dan juga alat tulis ini, tempatnya tak terlalu besar namun barang-barang yang ditawarkannya lumayan lengkap.
"Gue kesel, Mbak. Bang Bima kalo belum bikin gue naik darah rasanya belum lega," adu gue kesal. Tangan kiri gue, gue gunakan buat menopang kepala, sedangkan tangan kanan gue pakai untuk memainkan staples.
"Begitu pun dengan kalian kalau belum bikin kita para tetangga terusik dengan teriak kalian, juga belum lega kan?"
Gue meringis tak enak. "Kita ganggu banget ya, Mbak?" cengir gue memasang wajah sok polos.
"Menurut lo?"
Gue langsung tertawa kala mendengar Mbak Dewi menggunakan kalimat lo-gue. Mbak Dewi ini beda sama Salma yang suka pake lo-gue pas ngobrol, meski keduanya seumuran. Dia nyaris tidak pernah menggunakannya, tidak peduli seemosi apa dirinya. Lah, ini tumen-tumbenan pake lo-gue.
"Cie cie, lo-gue banget, Mbak," goda gue makin terbahak kala menemukan wajahnya yang memerah.
"Balik sana, ganggu orang kerja," usir Mbak Dewi cemberut.
"Kerja apaan, nggak ada orang mau ini kok."
"Kamu bukan orang?"
Gue menggeleng. "Bukan. Gue bidadari." Langsung memilih kembali ke ruko dan menemukan Bang Bima tak sendirian.
"Dari mana aja lo, bukannya kerja malah main mulu. Mau gue aduin ke bos lo?"
Karena masih kesal dengan yang tadi, gue memilih mengabaikan-nya.
"Siang, Pak!" sapa gue pada seorang pria paruh baya agak bertubuh gempal. Pria itu tersenyum kala mata kami bertemu, gue mengangguk sopan baru kemudian mempersilahkannya kembali duduk diikuti gue setelahnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Cih. Sok manis banget ini perempuan jones," guman Bang Bima tanpa memelankan suaranya.
"Saya mau daftarin ponakan saya kursus, Mbak," kata pria yang sepertinya sangat cocok gue panggil bapak-bapak.
Gue mengangguk paham dan mulai menerangkan beberapa tawaran paket belajar mengemudi yang kami miliki. Si bapak mangguk-mangguk mendengar penjelasan gue.
"Kira-kira saya harus ambil paket yang apa ya, Mbak?"
Gue langsung diam kala Pak Harno, nama bapak-bapak ini bertanya. Gue lirik lah Bang Bima yang kelihatannya siap ngetawain gue, namun tak gue guburis. Sebisa mungkin gue tersenyum, meski gue yakin akan terasa aneh karena gue terlalu memaksakan senyum gue.
"Gini aja, Pak, gimana kalau ponakan Bapaknya besok diajak dulu, biar ponakannya yang nentuin sendiri mau ambil paket apa."
"Ponakan saya kalo besok belum sampai, Mbak, masih berangkat kemarin."
"Aduh, gimana ya." Gue menggaruk rambut gue yang mendadak gatal. Mungkin efek karena tadi pagi gue nggak keramas dulu kali, ya.
"Ya udah, gini aja, Mbak, nanti saya ke sini lagi aja kalau ponakan saya udah sampai, gimana?"
"Gitu juga bisa, Pak." Gue mengangguk setuju.
"Saya boleh minta nomer Mbaknya?" tanya Pak Harno dengan ekspresi entah kenapa bikin gue sedikit curiga.
"Boleh, Pak, ini." Gue langsung menyodorkan selembar brosur kepada Pak Harno.
"Makasih loh, Mbak, maaf mengganggu waktu luangnya."
Gue masih mencoba tersenyum.
"Sama-sama, Pak. Tidak mengganggu sama sekali karena itu memang tugas saya."
Pak Harno terlihat mangguk-mangguk sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong Mbaknya bener masih single?"
Ekspresi gue langsung berubah tak suka, namun buru-buru gue paksa untuk tersenyum meski dengan terpaksa.
"Maaf, Pak, itu privasi saya dan saya tidak berkewajiban untuk menjawab."
"Sombong banget," guman Pak Harno sambil tersenyum sinis, "Saya punya banyak tanah loh di Semarang dan Jogja juga, kalo Mbaknya minat jadi istri ke--"
"Maaf, Pak." Gue buru-buru menyela dengan sikap tak sopannya. "Kalau sudah tidak ada yang ingin ditanyakan perihal paket belajar mengemudi, Bapak Harno yang terhormat bisa langsung pergi, selagi saya masih bisa memperingatkan dengan sopan."
Ekspresi Pak Harno langsung berubah ketus.
"Sok cantik," ketusnya langsung pergi tanpa pamit.
"Tua bangka sialan!" umpat gue kadung kesal.
Bang Bima menghampiri gue dengan ekspresi kasiannya. "Sabar! Jadi cantik atau ganteng macem gue emang susah. Bawaannya pasti bikin orang pikir selingkuh mulu." Kemudian menepuk pundak gue pelan.
Gue tak merespon lebih kecuali memberikan pelototan tajam ke padanya, mengintruksi pria ini agar menjauhkan tangannya dari pundak gue yang sayangnya tak bisa dicerna dengan baik.
"Singkirin tangan lo dari pundak gue sekarang juga, sebelum gue bikin lo nggak bisa ngajar selama sebulan."
Dengan gerakan cepat Bang Bima menarik tangannya dari pundak gue.
"Lo kalau sewot lebih serem dari bini gue yang lagi PMS. Gue cabut ah," katanya langsung pergi begitu saja. Gue hanya berdecak melihatnya.
Tbc,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
seru juga nich 😅
emang gitu ya, kalo umur sudah matang tapi belum ada pendamping, disodorin siapa bae...
yang sabar ya neng
2022-04-23
1
Reiva Momi
emang gitu resikonya ,umur matang tpi blm nikah2🤣🤣
2021-07-18
1
Bundaku Arafa
nasib jomblo mmng begitu say😊😊
2021-04-05
0