Adore You! : t u j u h

"Masa iya, gue harus jadi korban tabrakan dia dulu, biar bisa dapet senyuman plus nomor hape-nya."

ºººº

"Va, yang kemarin nanyain lagi nih," celetuk Bang Bima setelah mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di hadapan gue.

Gue yang tadinya sedang sibuk menonton video di youtube, kini harus menghentikan kegiatan tersebut dan mengangkat kepala, kemudian memandang wajah Bang Bima dengan ekspresi bingung. Ini yang dimaksud 'yang kemarin' siapa?

"Yang kemarin siapa sih, Bang?" tanyaku, kembali menunduk untuk menonton video keluarga Beti yang sedang gue suka akhir-akhir ini.

"Itu si fortuner putih, yang kerja di BUMN. Si duda pedes," ujar Bang Bima sambil menyalakan rokoknya.

Gue langsung tertawa mendengarnya. "Level berapa sih, Bang, kok bisa pedes gitu?" canda gue kemudian.

Bang Bima memilih menghisap rokoknya dengan khidmat sebelum menjawab candaan gue. "30 ada sih kayaknya," jawab Bang Bima asal, "Gue kasih nomor lo dulu, ya?" tanyanya kemudian.

"Buat apa?"

"Kenalanlah. Lo cantik-cantik bego, ya?" gerutu Bang Bima gemas.

"Janganlah, Bang. Gue lagi males buat kenalan sama orang baru."

Bang Bima langsung menoleh ke arah gue dan mendengkus. "Kebanyakan gaya banget sih lo. Cuma kenalan doang, Va. Lewat chat dulu, kalau cocok ya, lanjut. Kalau enggak, ya udah. Simple kan?"

"Tapi gue udah ada calon gebetan, Bang. Nggak kalah pedes kok yang ini, dan yang jelas masih perjaka. Bukan bekas orang," balas gue pada akhirnya.

Males aja rasanya gue dijodoh-jodohin terus sama itu duda. Iya, ganteng plus mapan sih. Cuma yang namanya duda ya, tetep aja duda, bekas suami orang gitu loh.

"Wah, mainnya status. Rasis lo!" Bang Bima kembali menghisap rokoknya sebelum melanjutkan kalimatnya, "lagian yang belum nikah itu belum tentu masih perjaka loh, Va. Banyak juga kok yang udah nggak perjaka padahal status ktp belum nikah. Jangan salah lo."

"Itu mah elo, Bang," balas gue sambil berdecak.

"Iya emang, gue emang gitu dulu. Namanya juga penasaran, wajar kok. Yang penting gue nggak maksa, gue ngelakuinnya atas dasar suka sama suka, mau sama mau. Terus yang paling penting gue main aman, nggak ngebuntingin anak orang sebelum ada sorakan sah setelah gue ngucap ijab qobul," balas Bang Bima masih membela diri dengan ekspresi jumawanya.

Ck. Dasar manusia.

Gue hanya mendengkus bosan sambil menggeleng sebagai respon. Setelahnya, gue memilih mengangkat bahu gue cuek dan kembali fokus ke layar ponsel gue.

"Gue kasih, ya?" izin Bang Bima sekali lagi. Nada bicaranya terdengar gemas dan tak sabaran.

Namun, jawaban gue masih sama. "Enggak boleh," tegas gue tak ingin dibantah, "nanti deh, kalau prospek yang ini nggak nguntungin menjurus ke arah gagal. Gue mau lo jodohin sama dia," imbuh gue kemudian. "Deal, Bang?"

Bang Bima langsung berdecak tidak setuju dan mengumpat. "Sialan, keburu dapet janda kembang dia, bego!"

Gue kembali mengangkat bahu gue cuek. "Ya udah, berarti dia emang bukan jodoh gue, Bang. Simple kan?"

Bang Bima mendengkus dan berdiri. Sebelah tangannya dimasukkan ke dalam celana bahannya, sementara tangan kanannya masih ia gunakan untuk mengapit rokoknya yang kian memendek.

"Serah lo, Va. Stres gue mikirin jodoh lo," desis Bang Bima sebelum meninggalkan ruko.

"Ck. Siapa juga yang nyuruh lo mikirin jodoh gue," seru gue tak terima sambil berdiri.

Bang Bima hanya melambaikan tangan kanannya. Yang gue tebak dia sedang membatin kata 'bodo amat' di dalam hatinya

"Sialan," umpat gue sambil menghempaskan bokong gue kembali di kursi.

Tak lama setelahnya, ada notifikasi WhatsApp masuk ke ponsel gue. Yang ternyata chat dari Shirin.

Shirin.E:

Pulang kerja mampir ke rumah dongzzz🙏🙏

Me:

Emang di rumah lo ada Kakak lo?

Shirin.E:

Oh, jadi gitu. Mau ke rumah gue cuma kalo ada Kakak gue doang. Fine.😏😒

Me:

Hidup aja ada tujuannya, masa ke rumah lo enggak😆😂

Shirin.E:

😧😬

Pokoknya pulang kerja ke rumah gue.

Titik.

Gk ada penolakan.

Me:

Lihat nanti deh😋

Tanpa menunggu balasan dari Shirin, gue meletakkan ponsel gue di laci. Kemudian menyambut seorang pemuda dengan tampilan klimis yang memasuki ruko.

"Assalamualaikum, Mbak!" sapa pemuda itu dengan logat Jawa yang kental.

"Wa'allaikumussalam. Ada yang bisa saya bantu, Mas?"

Pemuda itu tidak langsung menjawab pertanyaan gue. Kedua matanya malah menjelajahi seisi ruko yang luasnya tidak seberapa.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" ulang gue sekali lagi.

Pemuda itu langsung menghentikan kegiatannya menjelajahi seisi ruko, dengan gerakan sedikit tersentak karena kaget. Ia kemudian menoleh ke arah gue.

"Piye, Mbak?" tanyanya dengan wajah polosnya, yang reflek membuat gue tersenyum.

Wow, mukanya boleh juga. Polos-polos ngegemesin gitu.

"Masnya ada perlu apa ke mari? Mau daf--"

"Ini agen travel kan, Mbak?" potong pemuda itu membuat gue terkejut.

Apa tadi dia bilang?

Agen travel?

"Bukan, Mas. Ini tempat kursus mengemudi bukan agen travel," kata gue menjelaskan.

Ekspresi pemuda itu tampak terkejut dengan jawaban gue meski hanya beberapa saat. "Oalah, tak kiro agen travel," gumannya tampak kecewa, "ya sudah, saya permisi, Mbak. Maaf mengganggu," lanjutnya kemudian langsung berpamitan.

Gue hanya mengangguk canggung lalu mempersilahkannya pergi. Kasian juga, masih muda, kalem, ganteng pula, tapi seperti tersesat di ibukota kita yang kejam ini.

"Siapa, Va?"

Gue langsung terlonjak kaget saat tiba-tiba mendengar suara Bang Bima. Ini Bapak-bapak datengnya kayak hantu aja, tahu-tahu nongol dan bikin orang kaget. Untung gue nggak punya riwayat penyakit jantung, coba kalau punya. Udah lewat deh. Kelar semua impian dan juga khayalan yang gue bangun.

"Kaget?" kekeh Bang Bima dengan wajah tanpa dosanya.

Gue hanya mendengkus kasar sebagai respon, lalu mengabaikan pertanyaannya begitu saja.

"Siapa yang tadi, Va? Oke juga mukanya, meski--"

"Enggak usah ngejudge orang yang nggak lo kenal, Bang. Nambah-nambah dosa aja," ujar gue menyela ucapan Bang Bima. Gue lirik pria ini sedang menaikkan kedua alisnya bingung.

"Su'udzon aja kerjaan lo, Va. Pantes jodoh lo masih abu-abu," gerutu Bang Bima sambil meraih rokok dan korek apinya yang tadi tergeletak di atas meja, lalu memasukkannya ke dalam saku kemejanya, "ngomong- ngomong lo nggak balik nih?" Dagunya terangkat, seperti mengintruksi gue untuk menengok jam dinding yang ada di belakang gue.

Dengan gerakan spontan, gue menengok ke arah jam dinding. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, waktunya menutup ruko dan pulang ke kostan.

"Ya, baliklah," jawab gue ketus. Kesel aja gitu status gue dijadiin bercandaannya.

"Bareng aja, yuk," ajak Bang Bima membuat gue tertawa, tertawa garing lebih tepatnya. Emang suka bercanda ini Bapak satu. Orang jelas-jelas arah kostan gue sama rumahnya aja berlawanan mau ngajakin bareng.

"Thanks deh, Bang. Next time, mungkin."

"Halah, daripada nggak ada yang jemput. Kan mending bareng gue."

"Mending bareng lo gimana, kalau kenyataannya arah rumah lo sama arah kostan gue berlawanan gini. Yang ada gue nggak sampai kostan, Bambang!"

Dengan wajah tanpa dosa dan tanpa rasa bersalahnya, Bang Bima memasang wajah cengengesannya. Sebelum akhirnya berkata, "Gue siap aja kok nganterin lo dulu. Ya, selagi 'pelicinnya' beneran licin, ya."

Gue langsung berdecak. "Enggak ada! Buruan sana, balik! Udah ditungguin bini lo pasti. Gue nggak butuh lo anterin, gue bisa gue pulang sendiri."

"Cih, sok mandiri mentang-mentang jomblo," ejek Bang Bima langsung berlari keluar dari ruko saat mendapati gue mengepalkan tangan kanan gue.

Cih. Cemen. Gitu aja kabur. Gerutu gue sembari membereskan barang-barang gue ke dalam tas. Haha, barang-barang, padahal cuma charger sama hape doang loh. Setelah semua beres gue langsung menutup ruko dan berjalan menuju pangkalan ojek. Maklum, hari ini Honda Vario gue ngadat, minta dimanja Mas-mas montir, jadi hari ini gue kudu pulang dianterin Abang-abang tukang ojek pengkolan. Kenapa nggak ojol aja? Ya, karena tempat kursus gue lumayan deket sama ojek pangkalan, masa iya gue malah mesen ojol. Kan nggak enak.

Dengan diiringi senandung lagu entah milik siapa yang sedang gue nyanyiin saat ini, gue berjalan menuju pangkalan ojek. Nyanyian dan langkah kaki gue terhenti otomatis saat melihat sebuah motor metic yang baru saja melintas diikuti sebuah mobil sedan mewah di belakangnya. Dan tahu-tahu, Brakkk. Kecelakaan pun tak terelakkan.

Sebenarnya gue tahu sih penyebabnya, apalagi kalau bukan karena si pengemudi yang kebetulan emak-emak ini salah menyalakan lampu sein. Beloknya ke kiri tapi lampu sein yang dinyalakan kanan. Ya, wajar kalau disenggol mobil.

Dengan langkah malas gue kembali melanjutkan langkah kaki gue, berjalan menuju ke pangkalan ojek. Mengabaikan teriakan emak-emak yang kecelakaan tadi sedang mengamuk pada si pengemudi mobil sedan itu. Namun, setelah gue tahu siapa si pengemudi mobil itu, gue langsung mempercepat langkah kaki gue, mendekat ke arah mereka. ****, si penabrak emak-emak tadi itu ternyata Arkan. Iya, Arkan. Arkana Narendra, Kakaknya Shirin. Calon gebetan gue.

"Arkan?"

Arkan langsung menoleh ke arah gue, keningnya langsung berkerut saat kedua mata kami bertemu.

"Lo oke?" tanya gue kemudian. Khawatir juga sih kalau seumpama dia kenapa-kenapa tapi malah kena sembur emak-emak yang kini sedang menatap tajam ke arah gue. Membuat gue gerah dan ikut menatap tajam ke arahnya.

"Ibu hati-hati kalau bawa motor dong, kalau terjadi sesuatu sama teman saya gimana? Emang--" Ucapan gue langsung dipotong ini emak-emak dengan raut wajah tak terimanya.

"Eeee, sembarangan aja itu mulutnya, ya! Mbak, Mbak lihat di sini siapa yang nabrak dan jadi korban? Enggak tahu kan? Makanya ja--"

Gue nggak mau kalah, enak aja si emak-emak ini pake acara ngatain gue nggak tahu apa-apa. Orang jelas-jelas gue melek dan liat kejadian tadi kok. Dengan perasaan tak terima gue, kini giliran gue yang langsung memotong kalimatnya. Masa bodo deh dengan yang namanya sopan santun dan tata krama. Gue udah terlanjur kesel soalnya.

"Enak aja, enggak tahu. Saya lihat ya tadi kejadiannya. Ibu yang salah nyalain lampu sein, jangan--"

"Loh, loh, kenapa jadi saya yang disalahin?" potong si emak-emak sekali lagi dan masih dengan wajah tak terimanya.

"Loh, emang benerkan, Ibu yang salah?" balas gue tak mau kalah.

"Enak aja, yang nabrak itu Masnya bukan saya. Gimana bisa saya yang salah?"

"Yang nabrak--"

"Stop!" Kini giliran suara Arkan menyela, kedua matanya melotot ke arah gue. Sumpah, serem banget cuy liat matanya yang melotot gitu. Serius. Gue aja jadi mendadak langsung bungkam seketika. Bahkan saking takutnya, gue sampai kayak nggak berani nafas. Tapi untung gue masih nafas ya, meski agak takut.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Adeeva?" bisik Arkan penuh penekanan.

Apa yang sedang gue lakukan? Ya, jelas bantuin lo lah. Ini orang ganteng-ganteng bego, ya. Untung gue suka.

"Gue cuma mau bantuin--"

"Saya nggak butuh, Adeeva. Karena yang kamu lakukan barusan bukannya bantuin, tapi malah membuat semuanya ribet," potong Arkan dengan wajah datarnya seperti biasa. Kemudian ia menoleh ke arah emak-emak tadi.

"Mohon maaf ya, Bu. Saya janji akan ganti semua kerusakan pada motor dan juga barang belanjaan Ibu," ucap Arkan sambil tersenyum manis.

****, bisa senyum juga. Manis pula kek gula Jawa, jadi pengen jil--oh, oke. Otak gue terlalu kotor sepertinya.

"Ya, jelas. Memang harusnya begitukan? Kamu yang nabrak, masa iya, saya yang disalahin," ucap si emak-emak tadi dengan nada emosi.

Membuat gue ikut emosi. Udah tahu salah tapi nggak mau disalahin. Hih, gemes banget gue rasanya.

"Tapi Ibu em--"

"Iya. Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Ini ada sedikit uang untuk mengganti kerusakan, mungkin nggak seberapa."

Gue langsung melongo saat melihat Arkan kembali memotong kalimat gue, dan yang lebih bikin gue melongo, karena Arkan tampak memberikan beberapa lembar seratus ribuan ke emak-emak itu yang langsung diterima si emak-emak itu dengan senang hati. Ya iya lah, seneng dikasih duit gitu loh. Siapa yang nggak seneng?

"Iya, lain kali kalau belum bisa bawa mobil mending jangan nyetir sendiri, bahaya. Mending sewa supir, kasian mobil bagus-bagus baret gara-gara kecerobohan sendiri."

Hah, apa?

Ini emak-emak luar biasa banget, ya. Pake acara ngasih saran pula. Dan kenapa ini si Arkan pake acara mangguk-mangguk sambil tersenyum.

"Iya, terima kasih atas sarannya, Bu," ucap Arkan lalu membantu mendirikan motor emak-emak tadi, plus membereskan belanjaan emak-emak ini yang jumlahnya sebenarnya tidak seberapa. "Oh, iya. Ini kartu nama saya, Bu. Kalau-kalau kerusakan motor Ibu perlu dibenerin dan butuh biaya, bisa langsung hubungi saya lewat nomor itu," lanjutnya sambil mengeluarkan kartu namanya.

****, enak banget nasib emak-emak ini. Dapet duit, senyuman manisnya, dan dapet kartu nama Arkan. Fix. Menang banyak emak-emak ini, bikin ngiri aja.

Tbc,

Terpopuler

Comments

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

definisi the power of emak"

2022-12-13

0

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

iri bilang bos, wkwkwk 🤣🤣🤣

2022-04-23

1

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎

ganteng² kok pe-a 😆🤭🤭🙈

2022-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 Adore You! : s a t u
2 Adore You! : d u a
3 Adore You! : t i g a
4 Adore You! : e m p a t
5 Adore You! : l i m a
6 Adore You! : e n a m
7 Adore You! : t u j u h
8 Adore You! : d e l a p a n
9 Adore You! : s e m b i l a n
10 Adore You! : s e p u l u h
11 Adore You! : s e b e l a s
12 Adore You! : d u a b e l a s
13 Adore You! : t i g a b e l a s
14 Adore You! : e m p a t b e l a s
15 Adore You! : l i m a b e l a s
16 Adore You! : e n a m b e l a s
17 Adore You! : t u j u h b e l a s
18 Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19 Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20 Adore You! : d u a p u l u h
21 Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22 Adore You! : d u a p u l u h d u a
23 Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24 Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25 Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26 Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27 Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28 Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29 Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30 Adore You! : t i g a p u l u h
31 Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32 Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33 Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34 Pemberitahuan
35 We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36 We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37 We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38 We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39 We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40 We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41 We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42 We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43 We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44 We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45 We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46 We're Getting Married : |12| The Engagement
47 We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48 We're Getting Married : |14| Cemburu?
49 We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50 We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51 We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52 We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53 We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54 We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55 We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56 We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57 We're Getting Married : |23| Pertemuan
58 We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59 We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60 We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61 We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62 We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63 We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64 We're Getting Married : |30| Prasangka
65 We're Getting Married : |31| Kondangan
66 We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67 We're Getting Married : |33| Kacau
68 We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69 We're Getting Married : |35| The Last Part
70 promo cerita baru
71 promo cerita baru lagi
72 cerita baru lagi
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Adore You! : s a t u
2
Adore You! : d u a
3
Adore You! : t i g a
4
Adore You! : e m p a t
5
Adore You! : l i m a
6
Adore You! : e n a m
7
Adore You! : t u j u h
8
Adore You! : d e l a p a n
9
Adore You! : s e m b i l a n
10
Adore You! : s e p u l u h
11
Adore You! : s e b e l a s
12
Adore You! : d u a b e l a s
13
Adore You! : t i g a b e l a s
14
Adore You! : e m p a t b e l a s
15
Adore You! : l i m a b e l a s
16
Adore You! : e n a m b e l a s
17
Adore You! : t u j u h b e l a s
18
Adore You! : d e l a p a n b e l a s
19
Adore You! : s e m b i l a n b e l a s
20
Adore You! : d u a p u l u h
21
Adore You! : d u a p u l u h s a t u
22
Adore You! : d u a p u l u h d u a
23
Adore You! : d u a p u l u h t i g a
24
Adore You! : d u a p u l u h e m p a t
25
Adore You! : d u a p u l u h l i m a
26
Adore You! : d u a p u l u h e n a m
27
Adore You! : d u a p u l u h t u j u h
28
Adore You! : d u a p u l u h d e l a p a n
29
Adore You! : d u a p u l u h s e m b i l a n
30
Adore You! : t i g a p u l u h
31
Adore You! : t i g a p u l u h s a t u
32
Adore You! : t i g a p u l u h d u a
33
Adore You! : t i g a p u l u h t ig a
34
Pemberitahuan
35
We're Getting Married : |1| Maju Selangkah, yuk!
36
We're Getting Married : |2| Tak Seindah Rencana
37
We're Getting Married : |3| Usaha Untuk Berbaikan
38
We're Getting Married : |4| Mengakui Masa lalu
39
We're Getting Married : |5| Kejujuran Yang Menyakitkan
40
We're Getting Married : |6| Hal Yang Pantas Aku Dapatkan
41
We're Getting Married : |7| Perempuan Ajaibku
42
We're Getting Married : |8| Bahas Lamaran
43
We're Getting Married : |9| Menuju The Engagement part 1
44
We're Getting Married : |10| Menuju The Engagement part 2
45
We're Getting Married : |11| Menuju The Engagement part 3
46
We're Getting Married : |12| The Engagement
47
We're Getting Married : |13| Sedang Mesra-mesranya
48
We're Getting Married : |14| Cemburu?
49
We're Getting Married : |15| Wajengan Dari Irin
50
We're Getting Married : |16| Ijab Qobul
51
We're Getting Married : |17| Malam Pertama Yang Gagal
52
We're Getting Married : |18| Adeeva & Perasaan Bersalahnya
53
We're Getting Married : |19| Menikmati Peran Baru
54
We're Getting Married : |20| Berita Mengejutkan
55
We're Getting Married : |21| Berbincang-bincang
56
We're Getting Married : |22| Pertengkaran Pertama
57
We're Getting Married : |23| Pertemuan
58
We're Getting Married : |24| Sesuai Dugaan
59
We're Getting Married : |25| Berkunjung Ke Rumah Nenek
60
We're Getting Married : |26| Perpisahan? Secepat Inikah?
61
We're Getting Married : |27| Olahraga Pagi
62
We're Getting Married : |28| Kena Prank?
63
We're Getting Married : |29| Kami Baik-baik Saja
64
We're Getting Married : |30| Prasangka
65
We're Getting Married : |31| Kondangan
66
We're Getting Married : |32| Bukan Suplemen?
67
We're Getting Married : |33| Kacau
68
We're Getting Married : |34| Fakta Baru
69
We're Getting Married : |35| The Last Part
70
promo cerita baru
71
promo cerita baru lagi
72
cerita baru lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!