Hari telah menjelang subuh.
Terlihat seorang gadis telah selesai menunaikan shalat subuh.
Ia melipat mukenahnya dan beranjak menuju ke depan cermin.
Ia merapikan jilbabnya sekali lagi, lalu bersiap menuju dapur pesantren, ia berhenti di depan pintu menyaksikan seorang wanita yang sedang sibuk di depannya.
Nampak seorang wanita yang sudah mulai semakin menua sedang memasak di tungku, ia terlihat sudah selesai dengan masakannya yang terakhir.
"Mawar...??, kamu dah selesai shalatnya..??", ucap wanita itu yang ternyata ialah mbak Lastri.
"Ibuk..!!, tau aja kalau aku dah di sini",.ucap Mawar menghampiri ibunya dan mengambil semangkok masakan terakhir yang telah matang di tangan ibunya.
"Ibukk ini kamu kira siapa..??, anak ibuk lagi apa juga ibuk pasti tau", ucap mbak Lastri dengan senyum di wajahnya yang sudah nampak keriput.
"Ibuk bisa aja", ucap Mawar mulai menata sarapan untuk anak anak pesantren di meja makan.
Mbak Lastri mendekati Mawar yang tengah sibuk menata meja makan.
Ia memegang tubuh Mawar, ia tatap dalam dalam anaknya itu.
Matanya mulai berkaca kaca, mbak Lastri meraba jilbab dan wajah Mawar.
"Kenapa buk..??", ucap Mawar keheranan dengan sikap ibunya.
"Kami sudah besar sayang, makin sholehah dan cantik, tak terasa sudah 6 tahun kita di sini.
Hidup sesuai dengan yang kita harapkan", ucap mbak Lastri.
Mawar memandang wajah ibunya yang sudah menua, Mawar mengingat perjuangan ibunya dalam memperjuangkan dirinya.
Air mata Mawar menetes, bagaimana jika tidak ada ibu disampingnya di saat saat sulitnya waktu itu..??.
Mungkin dirinya sudah menjadi boneka mami nya sendiri, menjadi seorang kupu kupu malam seperti yang di cita citakan mami nya untuk Mawar.
Cita cita yang mungkin akan ditentang seorang wanita yang memiliki naluri keibuan, tapi tidak dengan Geyna, ibu kandung Mawar, hati nuraninya sendiri sudah tertutup sejak lama.
Karna kerasnya kehidupan, dan tak ada tempat untuk bersandar, Geyna tumbuh menjadi wanita tak punya hati.
Mungkin Mawar akan menjadi seperti itu tanpa asuhan Mbak Lastri
"Ibuk, makasih ya udah merawat Mawar sampai sebesar ini, Mawar tak minta apa apa lagi sama Allah, sudah cukup yang Mawar miliki sekarang, Mawar cuma minta untuk bisa selalu bersama ibuk", ucap Mawar memeluk ibunya.
"Amin sayang, doakan ibuk terus ya", ucap mbak Lastri.
"Pasti buk", ucap Mawar.
"Ya udah, kamu siapin semuanya, ibuk mau panggil anak anak dulu ya", ucap mbak Lastri berlalu pergi sembari mengusap air matanya.
___
"Mawar...??", panggil mbak Lastri membereskan meja makan.
" Iya buk", terus melanjutkan mencuci piring.
" Udah jam 8, kamu gak ngajar nak..??, nanti kesiangan", ucap mbak Lastri mengelap meja makan.
"Iya buk, ini juga udah selesai", ucap Mawar mematikan kran air cucian piring.
"Udah, tinggal aja, biar ibuk yang terusin", ucap mbak Lastri.
"Makasih ya buk, Mawar pamit dulu, assalammualaikum", ucap Mawar mencium punggung tangan ibunya dan mengambil tas serta al quran nya di meja dapur.
"Walaikumsalam", ucap mbak Lastri.
Sejak Mawar tinggal di pesantren.
Dalam waktu 3 tahun ia sudah menguasai apa yang diajarkan guru mengajinya di sana.
Terlebih Mawar sudah memiliki bekal ilmu dari ajaran pak kyai Usman waktu kecil sampai ia harus pindah ke sini.
Sekolah Mawar pun dilanjutkan di dalam pesantren, ia lulus dari Sekolah menengah kejuruan setahun yang lalu.
Ketika lulus, ia memilih menjadi relawan guru mengaji di pesantren, membagi ilmunya untuk murid pesantren lainnya.
Ia juga mendapat keahlian menjahit selama di pesantren.
Keahliannya itu ia manfaatkan untuk belajar merintis usahanya.
Di waktu senggang, ia sempatkan menjahit beberapa mukenah untuk dijual.
Ia memilih mukenah karna baginya itu sebuah barang yang bisa membuatnya terus mendapatkan pahala yang tak terputus jika seseorang memakai mukenahnya untuk ibadah, Masyaallah.
Di usia nya ke 20, ia sudah mulai mengamalkan agamanya dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dari ketekunannya.
Mawar menjadi contoh tersendiri bagi anak anak pesantren lainnya.
Mereka tak bisa memilih takdir mereka, tapi mereka bisa beriktiar merubah takdir itu.
Dalam hidup kita harus bisa mengandalkan tangan dan kaki kita sendiri, otak kita, bahkan tubuh kita.
Jika kita tidak bisa menolong dan menopang diri kita sendiri, orang lain pun enggan membantu bahkan menoleh kepada kita saat kita sedang kesusahan.
Kesuksesan akan lebih manis jika di mulai dari titik nol, dan selama usia kita masih muda.
Sehingga kelak jika kita tua, kita sanggup menopang diri kita menghadapi keras nya hidup di masyarakat.
Itulah yang menjadi prinsip Mawar.
Ia tak mau hidup aman dalam bayang bayang pesantren terus menerus.
Sekarang atau nanti ia harus melanjutkan hidup berbaur di masyarakat luas.
Ia mau saat keluar dari pesantren, ibunya sudah tak memikirkan bekerja lagi.
Sekarang tugas Mawar menjaga ibunya dan menjadi tulang punggung bagi ibunya di masa tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
neng ade
Semoga Mawar sukses dan bisa membahagiakan ibu nya..
2023-12-13
1
Sena judifa
sehat selalu mbak lastri
2023-10-23
0
Noviyanti
bener tuh, tidak bisa memilih takdir tapi bisa mengubah takdir agar jadi lebih baik ya mawar, 🥲🥲
2022-04-27
1