"Mari, silahkan, anak manis, namanya siapa..??", ucap lelaki itu membuka pintu tokonya.
"Mawar pak, kalau bapak siapa..??", ucap Mawar.
"Panggil saya pak Usman ya", ucap lelaki itu membawa mbak Lastri dan Mawar ke tumpukan seragam sekolah.
"Buk, bajunya bagus bagus..!!", ucap Mawar menunjuk kegirangan.
Mbak Lastri hanya tersenyum melihat Mawar sangat senang kali ini.
"Pak ini berapa..??", ucap Mbak Lastri mengambil sebuah seragam untuk Mawar.
"Ini saja.??, tas nya tidak .??, ini sepatunya, buku dan perlengkapan lainnya", ucap Pak Usman.
"Iyaa pak bolehh, kami memang membutuhkannya", ucap mbak Lastri.
Mawar berkeliling dan berhenti di rak buku kumpulan surat surat pendek.
Ia terlihat membaca surah itu dengan nada lirih. Tak di sadari pak Usman tertarik dengan bacaan Mawar.
"Mawar bisa membaca al quran..??", tanya pak Usman membungkus belanjaan mbak Lastri.
"Alhamdulillah pak, sedikit sedikit", ucap mbak Lastri mengambil dompet dari dalam tasnya.
"Buk beli ini ya..??", ucap Mawar membawa sebuah buku bacaan surah pendek.
"Ditambah ini, berapa semuanya pak..??", ucap mbak Lastri menyodorkan buku yang diinginkan Mawar.
"Tidak usah, saya ikhlas memberikannya pada Mawar, semoga bermanfaat", ucap pak Usman menolak uang pemberian mbak Lastri.
"Jangan begitu pak, kami membeli bukan meminta", ucap mbak Lastri berkaca kaca merasa di kasihani oleh pak Usman.
"Begini saja, bagaimana kalau uang ini saya terima sebagian saja, anggap saja saya beri diskon, dan sebagai syarat, saya minta Mawar belajar mengaji di Tpq saya, bagaimana..??", ucap pak Usman.
"Alhamdulillah, makasih ya pak makasih, Mawar memang ingin sekali belajar mengaji", ucap mbak Lastri sambil menangis.
"Alhamdulillah, besok sore saya tunggu di masjid ya Mawar", ucap pak Usman mengelus rambut Mawar.
"Makasih ya pak", ucap Mawar kegirangan.
"Mari pak Usman, kami pamit, assalammualaikum", ucap mbk Lastri.
"Walaikumsalam", ucap Pak Usman.
Pak Usman meneteskan air mata, dan mengelapnya.
Ia iba dengan Mawar dan mbak Lastri.
Keberadaannya tidak di terima di masyarakat.
Bukan salah mereka hidup di rumah itu.
Mawar anak tak berdosa, astagfirullah, gumam pak Usman dalam hati.
____
Sore itu, Mawar sudah bersiap berangkat ke Masjid.
Mawar berangkat saat jam para wanita penghuni rumah besar sibuk bersiap dan ber make up untuk nanti malam dan Mawar pulang saat para tamu sedang ramai di dalam. Sehingga tak ada yang menyadari kepergian mereka dari rumah.
"Buk Mawar cantik kan pakai jilbab..??, kayak ibuk", ucap Mawar berkaca di cermin dan sudah siap dengan tas mengajinya.
Mbak Lastri sangat bahagia saat Mawar memakai jilbab, tetapi ia segera sadar bahwa fatal jika mami mengetahui bahwa Mawar berjilbab.
"Sayang, jilbabnya taruh tas ya, nanti kalau dah sampai masjid baru di pakai", ucap mbak Lastri melepas jilbab Mawar.
"Kenapa buk..??", ucap Mawar tak mengerti.
"Nanti malah mami gak bolehin kita keluar rumah lagi, mami nanti marah lagi gimana..??", ucap mbak Lastri mencoba mencari alasan yang tepat.
"Tapi Mawar pingin berjilbab kayak ibuk", ucap Mawar menunduk.
"Nanti kalau Mawar udah besar, ibuk sendiri yang memasang jilbab untuk Mawar ya", ucap mbak Lastri menghibur Mawar.
Mawar mulai tersenyum dan mengangguk.
"Anak ibuk memang pinter, yuk berangkat..!!", ucap mbak Lastri mencium kening Mawar dan bergegas ke masjid menemui pak Usman.
Mawar sangat riang berjalan bersama mbak Lastri.
Ia tak pernah berjalan jalan santai di luar halaman rumah besar.
"Buk, itu pak Usman..!!", teriak Mawar membuat semua ibu ibu menoleh padanya.
"Pak Kyai, kok ada anak itu sih di sini...??", ketus seorang ibu salah satu murid pak Usman.
"Dia Mawar, dia akan mengaji juga di sini", ucap Pak Usman.
Mbak Lastri memberi salam pada ibu ibu lain, tetapi hanya mendapat cibiran dari mereka dan tatapan sinis, banyak juga yang langsung memalingkan mukanya.
"Gak boleh dong pak, nanti anak anak kita tertular dosanya lagi", ucap seorang wanita.
"Astagfirullah, gak baik seperti itu buk, derajat seseorang hanya Allah yang menentukan, kita itu sejatinya sama, manusia penuh dosa", ucap pak Usman menasehati ibu ibu di sana.
"Ya udah, kalau pak kyai masih mau mengajari dia, lebih baik kita kita aja yang pindah.
Pokoknya kalau dia datang kita langsung pergi, ya gak ibuk ibuk..??", ucap seorang wanita dengan lantang.
"Ya pak kyai, lebih baik anak saya mengaji di luar jam mengaji anak itu", ucap seorang wanita mengajak anaknya pulang, di ikuti oleh semua wanita di sana.
Hanya tersisa Mawar, mbak Lastri dan Pak Usman.
"Astagfirullah, maafkan ya buk", ucap pa Usman.
"Tak apa pak kyai, kami sudah terbiasa dengan perkataan pedas orang orang", ucap mbak Lastri berkaca kaca mencoba untuk tegar demi Mawar.
"Ya sudah, ayok kita mulai mengaji Mawar", ucap pak Usman mempersilahkan mereka duduk.
Suara lantunan ayat suci al quran pun terdengar di halaman masjid.
Suara Mawar dan pak Usman saling bersahut sahutan dengan merdunya.
Mbak Lastri yang melihatnya meneteskan air mata.
Mawar kesayangannya akhirnya bisa belajar dan mengaji.
Semoga Allah melindungimu nak, gumam mbak Lastri dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
neng ade
Alhamdulillah.. yg sabar ya mbak Lastri demi Mawar hrs kuat .. 😢😢
2023-12-13
1
Sena judifa
amin semoga km ngga jd kayak simbok kamu mawar
2023-10-04
1