Mbak Lastri menyiapkan makan malam di atas meja.
Mawar membantu menyiapkan teh untuk pak kyai dan istrinya.
"Buk, aku gak sabar ingin sekolah lagi", ucap Mawar sambil meletakkan teh di meja makan.
"Insyaallah ya sayang, Allah sudah punya rencananya sendiri", ucap mbak Lastri yang sibuk menata piring di meja makan.
Pak kyai dan istrinya telah pulang dari jamaah di masjid, itu hal rutin yang pasutri itu lakukan setiap harinya, anak anak mereka telah berumah tangga, mereka tinggal di Jakarta bersama keluarga kecil mereka sendiri, hanya di hari lebaran mereka pulang berkunjung ke rumah orang tuanya.
Oleh karena itu pak kyai dan istrinya lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dan terkadang menginap beberapa hari di pesantren mereka, setidaknya itu bisa membuat mereka tak kesepian.
Sebenarnya mereka senang mbak Lastri dan Mawar tinggal di rumah mereka, tetapi jika mereka tetap tinggal, akan sangat berbahaya bagi Mawar.
Bisa bisa ibu kandung Mawar membawa Mawar kembali ke rumah Bordil.
"Assalammualaikum", ucap pak kyai dan istrinya memasuki rumah.
"Walaikumsalam", ucap Mawar menghampiri mereka dan mencium punggung tangan pak kyai dan istrinya.
"Mana ibumu ..??", ucap pak kyai tak melihat adanya mbak Lastri.
"Ibuk sedang menyiapkan makan malam pak kyai", ucap Mawar.
"Ya sudah ayo kita makan, emmm baunya sampai sini, ibuk jadi laper", ucap istri pak kyai mengajak Mawar ke meja makan.
"Mari pak kyai", ucap Mawar.
"Pak kyai ke kamar dulu ya, kalian duluan", berlalu menuju kamarnya.
"Mbak Lastri masak apa..??", ucap istri pak kyai mendekati mbak Lastri yang masih sibuk mengelap meja makan.
"Ehh ibukk, mari silahkan, makan malam sudah siap", ucap mbak Lastri menatakan kursi untuk istri pak kyai.
Semua orang duduk di kursinya masing masing, pak kyai pun sudah ikut duduk bersama yang lain.
"Alhamdulillah, nikmat dari Allah, ayo ayoo kita makan", ucap pak kyai memimpin doa.
Semua makan dengan lahapnya, memang tak ada yang bisa menolak masakan mbak Lastri.
Bahkan saat di rumah bordil pun, meskipun sudah ada tukang masak di rumah besar, para gadis, terlebih Gea lebih sering meminta Mbak Lastri memasak untuk mereka.
Mereka tak pernah memuji masakan mbak Lastri, tapi dari cara mereka makan, sudah terlihat bahwa mereka sangat menyukai masakan mbak Lastri.
"Mawar, kamu dah siap berangkat ke pesantren..??", ucap Pak kyai.
"Insyaallah pak kyai", ucap Mawar merasa sangat senang dan memegang tangan ibunya.
" Ibuk bakal rindu kamu Mawar, baru sehari rumah ini berasa ramai, sekarang kamu dan mbak Lastri sudah mau pergi", ucap istri pak kyai.
" Kita akan sering sering berkunjung buk", ucap pak kyai.
" Iya pak, nanti kita menginap juga di sana ya", ucap istri pak kyai.
"Iyaaaa buk", ucap pak kyai tersenyum, karna baru sehari istrinya kenal dengan Mawar, tapi ia sudah sangat dekat dan menyayangi Mawar.
Pantas saja ada seorang wanita seperti mbak Lastri yang menyayangi Mawar bahkan merawatnya sampai sekarang ini.
Mbak Lastri bisa saja meninggalkan Mawar kapanpun ia mau, ia juga bisa menikah dan memiliki anak sendiri, tapi ia lebih memilih menjadi ibu bagi Mawar.
Bagaimana nasib Mawar, dan bagaimana jadinya ia sekarang jika tak ada mbak Lastri yang mengasuhnya.
___
Tok..tok..
"Sudah siap Mawar..??", ucap pak kyai mengetuk pintu kamar Mawar.
"Sudah pak, pak boleh saya membawa al quran ini..??", ucap Mawar sambil memeluk al quran di dadanya.
"Boleh Mawar, silahkan, ambillah....., ya sudah ayo kita berangkat, ibumu sudah menunggu di luar", ucap pak kyai.
" Baik pak", ucap Mawar menutup pintu kamar dan mengikuti pak kyai menuju teras rumah.
"Hati hati ya Mawar, mbak Lastri jaga Mawar ya", ucap istri pak kyai memeluk Mawar sekali lagi.
"Kami pamit buk, makasih untuk semuanya", ucap mbak Lastri bersalaman dengan istri pak kyai.
Mobil pun melaju menuju pesantren milik pak kyai Usman, jaraknya hanya 3 jam perjalanan dari desa mereka.
Hanya saja, pak kyai mengantar mereka pada malam hari agar ibu kandung Mawar tak mengetahui kepergian mereka, dan kemana mereka akan pergi.
3 jam berselang, malam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Mobil pak kyai memasuki halaman pesantren.
Di depan gerbang tertulis plakat nama Pesantren Ummar.
Saat memasuki halaman, pandangan Mawar tertuju pada teras pesantren yang ramai akan anak anak pesantren, ada yang sedang bersholawat, bersendau gurau dengan teman teman.
Mawar sangat senang akhirnya ia bisa sampai kesini dan akan menjadi bagian dari mereka.
Mawar ingin membagi rasa senangnya pada ibunya, hal apa yang telah ia lihat, tapi saat menoleh ke arah ibunya, mbak Lastri masih tertidur saat itu.
Pesantren cukup luas, dari gerbang depan, mobil pak kyai masih belum berhenti, butuh 5 menit untuk sampai ke pondok yang akan menjadi tempat tinggal kami.
"Buk, ayo bangun, sudah sampai", ucap Mawar membangunkan ibunya.
Mbak Lastri terbangun dan melihat kesekeliling.
Agak gelap, hanya ada lampu di depan pondok kecil yang menerangi teras.
Pondok itu terbuat dari bambu, terlihat nyaman untuk ditinggali.
Cukup untuk ditinggali 2-3 orang.
"Nah, ini bagian belakang dari pesantren, Mawar, mbak Lastri, tempat ini dekat dengan dapur pesantren dan kebun sayur milik kami, kalian bisa tinggal disini, apa kalian suka..?", ucap pak kyai mengajak Mawar dan mbak Lastri masuk ke pondok.
"Assalammualaikum", ucap pak kyai membuka pintu pondok.
Mawar dan mbak Lastri merasa senang dengan pemandangan yang ada dirumah itu.
Terlihat sederhana, asri, tetapi terasa sangat nyaman dan damai.
Terlebih pondok ini ada di dalam lingkungan pesantren.
Setiap waktu kita bisa mendengar lantunan ayat suci dan sholawat para anak anak pesantren.
"Trima kasih ya pak kyai", ucap mbak Lastri dengan mata berkaca kaca.
"Semoga kalian betah, dan untuk Mawar, manfaatkan fasilitas pesantren untuk belajar agama lebih dalam lagi ya", ucap pak kyai.
"Insyaallah pak kyai", ucap Mawar.
"Saya akan ke tempat para pengurus, untuk mengabarkan bahwa kalian akan tinggal di sini, dan mbak Lastri mulai besok pagi sudah bisa mulai memasak di dapur, semuanya nanti akan di ajarkan oleh pengelolah dapur, saya pamit dulu, Assalammualaikum", ucap pak kyai menuju mobilnya dan berlalu pergi.
"Walaikumsalam", ucap Mawar dan mbak Lastri.
Mawar memeluk ibunya dengan eratnya.
"Pondok kita, rumah kita, atap baru kita buk", ucap Mawar bahagia.
"Alhamdulillah sayang, alhamdulillah, Allah tak pernah tidur dan senantiasa menolong hambanya yang kesulitan", ucap mbak Lastri memandang Langit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Sena judifa
muara cinta kita mampir thor
2023-10-14
1