Hari ini Mawar menatap ke cermin berulang kali, ia tak bosan melihat seragam sekolah yang ia kenakan tuk yang pertama kalinya ini.
Sejak sehabis shalat subuh, Mawar bersemangat menata tas dan bukunya.
Hari ini keinginannya jadi nyata.
Ia bisa berbaur dengan teman sebayanya di luar rumah, belajar dan bermain bersama mereka.
Sejak tadi malam Mawar sudah membayangkan hal itu terjadi.
Sejak bayi sampai usianya 4 tahun Mawar tak pernah mengenal sosok lain selain penghuni rumah ini.
Semoga banyak orang baik lagi seperti pak Usman yang masuk ke kehidupan Mawar, doa mbak Lastri dalam hati.
Mbak Lastri sudah memasak sejak pagi, ia menyiapkan bekal makanan untuk Mawar ke sekolah.
Dengan perasaan senang, ia memasak makanan kesukaan Mawar, agar Mawar tak kelaparan di sekolahnya nanti.
"Buk, ayo berangkat..!!", ucap Mawar meminum susunya dan bergegas berdiri dari tempat makannya.
"Pelan pelan sayang, ibuk kan udah ajarin, kalau makan harus pelan dan duduk dengan tenang, agar tidak didatangi setan", ucap mbak Lastri mengelus rambut Mawar.
"Oh ya buk, maaf ya, soalnya aku gak sabar mau ke sekolah", ucap Mawar kembali duduk dan menghabiskan susunya.
"Pinterrr", ucap mbak Lastri mengambil tas sekolah Mawar.
"Dah habis buk", ucap Mawar menunjukkan gelas susunya.
"Ya udah, yuk berangkat..!!", seru mbak Lastri menggandeng tangan Mawar.
Saat mbak Lastri dan Mawar melewati serambi belakang rumah besar, terlihat para gadis menatap ke arah Mawar.
Gea yang sedang asyik mendengarkan musik, kemudian mematikan radio di dekatnya, menghampiri Mawar dan mbak Lastri.
Mbak Lastri yang tau bahwa Gea mendekati mereka, mempercepat langkah kakinya.
"Ehh, ehh tunggu...!!", ucap Gea memasang badan di hadapan mbak Lastri dan Mawar.
"Maaf mbak, biarkan kami lewat", ucap mbak Lastri dengan menundukkan pandangannya.
Gea melirik ke arah Mawar, yang ketakutan dan bersembunyi di belakang mbak Lastri.
Gea terkekeh setelah melihat Mawar yang telah rapi dengan seragamnya.
"Mawar, mawar, kamu mau cari apa ke sekolah haaaaa..!!!", bentak Gea, membuat Mawar semakin takut.
"Maaf mbak Gea, boleh kami lewat", ucap mbak Lastri memberanikan diri berbicara pada Gea.
"Buru buru amat sih, main dulu sini sama mbak Gea, mbak Gea juga pinter lhooo, tapi pinternya mbak Gea tuh cari duit malem", ucap Gea mendekatkan wajahnya pada Mawar.
Mawar hanya terdiam bersembunyi di balik ibunya, ia masih sangat kecil untuk mengerti semua ini.
"Mbak saya mohon, Mawar masih kecil", ucap mbak Lastri dengan wajah yang terus menunduk, tak berani menatap Gea.
"Lama lama kamu ngeselin ya mbak...!!!", bentak Gea.
Mawar menangis melihat ibunya dibentak.
Mbak Lastri pun tak berkutik.
Melihat Mawar menangis, Gea pun tersenyum.
"Oke oke kalian boleh pergi, tapi diam di sini sampai aku bilang pergi, pahammmm..!!", ucap Gea sambil mengambil rokok dari sakunya.
"Tapi mbak", ucap mbak Lastri dengan nada ketakutan.
"Kalau gak mau ya udah, gak usah pergi sekalian juga gpp", ucap Gea menyalakan rokoknya.
"Iyaaa mbak kami menurut", ucap mbak Lastri tak punya pilihan lain, ia hanya berharap Mawar tak terlambat di hari pertamanya masuk ke sekolah.
Gea mengelilingi mbak Lastri dan Mawar dengan menikmati rokoknya.
Huffff........
Gea menyembulkan asap rokok di badan Mawar.
"Mbak Jangan", ucap mbak Lastri.
"Diammmm..!!, aku bilang diam ya diam..!!", ucap Gea membentak mbak Lastri sambil kembali menghisap rokoknya.
Sementara Mawar terbatuk beberapa kali dan menangis.
Gea terus mengulangi kebulan asap rokoknya di badan Mawar dengan terkekeh kekeh.
Setelah puas dengan aksinya, ia berhenti di depan Mawar dan jongkok.
"Emmmm, ini baru harum khas rumah kita, sana kalian boleh pergi..!!", ucap Gea sambil tertawa dan berlalu pergi.
Mbak Lastri mengusap air matanya yang jatuh dan berusaha kuat.
"Sayang, kita ganti baju dulu yukk", ucap mbak Lastri memegang tangan Mawar.
"Mawar gpp kok buk, mawar pakai baju ini aja, nanti Mawar bisa telat lagi", ucap Mawar mencoba tak menangis lagi di hadapan ibunya.
Mbak Lastri pun mengantarkan Mawar sampai ke sekolah.
Mereka mencoba tak memperlihatkan kesedihan mereka akibat ulah Gea.
Tetapi sebenarnya dalam hati, masih terasa menyakitkan.
Senyum Mawar terlihat lagi ketika melihat banyak anak anak seusianya.
Bergandengan dengan ibu mereka masuk ke halaman sekolah.
Langkah mbak Lastri berhenti di teras kelas Mawar.
"Sayang, ibuk mau bertemu guru kamu dulu ya, jangan nakal", ucap mbak Lastri mencolek hidung Mawar dan meninggalkannya untuk mengurus pendaftaran Mawar sebagai murid ajaran baru di Taman kanak kanak itu.
Mawar berjalan memasuki kelasnya, seketika para ibu ibu teman sekelas Mawar melihat ke arah Mawar dengan tatapan sinisnya.
Mereka berbisik dan berkata perkataan jelek tentang Mawar.
Seketika senyum Mawar memudar, ia hanya menunduk dan berjalan ke arah bangku kosong.
Terdengar banyak hal dari mulut mereka.
Tapi Mawar masih terlalu kecil untuk mencernanya.
Kupu kupu malam, anak haram, rumah bordil, kata kata itu yang sering Mawar dengar akhir akhir ini, entah, belum terpikirkan olehnya untuk mengetahui arti semua kata kata itu.
"Kenapa dia harus sekelas sama anak anak kita sih", ucap seorang wanita di salah satu gerumbulan para ibu ibu.
"Iyaa, anak kotor, hihhhh jijik aku liatnya", ucap wanita lainnya.
"Bawa pengaruh buruk aja", ucap seorang wanita lain lagi, mereka saling bersahut sahutan menghina Mawar.
Mawar hanya tertunduk dengan mata berkaca kaca mendengar perkataan mereka yang seolah sangat tak menyukai Mawar.
"Heee kamu..!!, kamu ngapain sekolah di Tk ini, gak ada sekolahan lain apa ya..??", ucap seorang wanita mendekati Mawar dengan berkacak pinggang.
Mawar hanya memandang dengan ketakutan.
"Ibukkkkk...!!", ucap Mawar ketakutan memanggil ibunya.
"Ibuk..!!!, ibukk..!!, ibukkk aja dari kemarin, muak saya dengernya, dia tuh bukan ibu kamu, ibu kamu tuh si Geyna itu, anak harammmm..!!", ucap seorang wanita tiba tiba datang makin mendekati Mawar.
"Oh ya, denger denger kamu mau dijadiin primadona di sana juga ya..??, ya ampun, minggat aja deh kamu sama si Geyna itu dari kampung ini, malu malu in tau..!!, tuhhh cium baunya buk ibuk, bau rokok", ucap Wanita lainnya.
"Emmm iyaaa, bau rokok", ucap wanita di depan Mawar sambil menutup hidungnya.
Mawar semakin menangis sejadi jadinya.
Dari luar mbak Lastri yang telah selesai mendaftarkan Mawar, berlari mencari Mawar yang terdengar menangis.
Ia masuk ke kelas dan memeluk Mawar yang sedang dikerumuni ibu ibu wali murid lainnya.
"Ya Allah Mawar..!!", teriak mbak Lastri memeriksa keadaan Mawar dan memandang ke arah orang orang yang mengerumuni Mawar.
"Apa kamu liat liat..!!, toh bener kan ia tuh cuma anak Haram", ucap wanita didepannya.
Mbak Lastri pun tak tahan diam, ia berdiri dan menunjukkan jarinya pada wanita itu.
"Buk..!!, tolong jaga bicaranya, Mawar masih kecil, ia tak tahu apa apa tentang semua yang kalian bicarakan, biarkan dia hidup normal seperti anak lainnya", ucap mbak Lastri meneteskan air mata.
"Sok suci..!!", ucap wanita lain menarik jilbab mbak Lastri.
"Buang buang tenaga ngomong sama dia buk ibuk, mungkin dia juga udah di jual sama Geyna di rumah itu, tapi berlagak sok suci di depan kita", ucap wanita di depan mbak Lastri sambil berlalu pergi.
"Astagfirullah", ucap mbak Lastri mengelus dada dan menenangkan Mawar.
"Buk, kenapa mereka benci Mawar..??, Mawar cuma ingin sekolah", ucap Mawar masih sesenggukan.
"Udah Sayang, mereka cuma asal bicara aja, mereka kan belum kenal Mawar, anak ibuk yang paling pinter ini", ucap mbak Lastri mengusap air mata Mawar.
Cringggg..cringgg...
Bel tanda masuk sudah berbunyi, mbak Lastri meninggalkan Mawar di kelas.
Mawar terlihat menuruti semua nasehat mbak Lastri, tapi dalam hatinya masih banyak pertanyaan yang ia ingin tau jawabannya.
Ia hanya tak ingin membuat ibunya khawatir.
Dalam bayangan Mawar, hari ini adalah hari yang membahagiakan untuknya.
Untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki ke sekolah.
Tapi sebelum ia memulai pelajaran pertamanya, bahkan sebelum ia sampai di sekolah.
Semua sudah terasa menyakitkan bagi Mawar.
Hari yang seharusnya menyenangkan, menjadi hari terburuk baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
neng ade
yang sabar ya Mawar.. semoga kelak kam jadi anak shalehah pinter dan jadi kebanggaan ibu Lastri 😢😢
2023-12-13
1
Sena judifa
tetap semangat ya mawar
2023-10-04
1