Acara selanjutnya di Balairung Istana adalah laporan pertanggung jawaban tentang kerja para pejabat selama dua bulan.
Namun saat acara itu hendak dimulai, Dhafin meminta ijin untuk meninggalkan Balairung Istana. Karena dia tidak punya kepentingan lagi di istana. Dan Raja Darian yang murah hati itu memberi ijin.
Setelah berlutut memberi takzim kepada Yang Mulia Raja, Dhafin berdiri. Menatap wajah raja yang tampan penuh wibawa sejenak sambil melangkah mundur. Terus berbalik hendak tinggalkan tempat itu.
Sebelumnya dia sudah minta ijin kepada Jenderal Felix dan berpesan sesuatu padanya. Namun baru tiga langkah kakinya berjalan, tiba-tiba terdengar bentakan Pangeran Adrian menghentikan langkahnya.
"Bocah Rendah! Berhenti!"
Dhafin tahu siapa pemilik suara kecil namun kasar penuh penghinaan itu. Dia sebenarnya ingin memberi pelajaran pangeran angkuh itu karena begitu gampangnya menghinanya. Tapi Dhafin masih bisa menahan kesabaran dan terus melangkah tanpa menghiraukan bentakannya.
"Bocah Rendah! Berani kamu tidak hormat padaku?"
Pangeran Adrian Carel membentak lagi dengan kasar. Dia sudah berdiri di pinggir panggung singgasana dengan angkuh. Semua orang memandang heran pangeran angkuh itu. Termasuk ayahnya yang bukan cuma heran tapi cemas Putra Mahkota-nya ini bikin ulah dengan Dhafin.
Rupanya Pendeta Noman, Pejabat Penasehat Istana tidak mencegah perbuatan Pangeran Adrian. Bukan tidak sempat tapi seperti membiarkan. Membiarkan Pangeran Adrian bisa apa terhadap Dhafin yang dia tahu punya tenaga batin.
"Kamu mau apa, Pangeran?" tanya Pendeta Noman tanpa berdiri dari kursinya. Nada suaranya seperti tidak khawatir akan tindakan pangeran angkuh itu.
"Aku mau memberi pelajaran kepada bocah sombong itu, Guru!" ucapnya mendengus geram.
"Kamu bukan tandingannya, Pangeran," kata Pendeta Noman mengingatkan.
"Apa hebatnya bocah yang cuma pandai bermain kata-kata itu?" dengus Pangeran Adrian jelas meremehkan.
Melihat Dhafin terus melangkah tanpa menghirau peringatan Pangeran Adrian, Pendeta Noman memanggilnya agar tidak segera meninggalkan Balairung Istana.
"Dhafin, berhentilah sebentar! Pangeran Adrian ingin berkenalan denganmu."
Dhafin terpaksa berhenti melangkah. Bukan karena menghiraukan keangkuhan Pangeran Adrian, tapi menghormati pendeta yang berjiwa arif itu. Terus dia berbalik dan menghadap ke arah Pangeran Adrian.
"Sepertinya ada pertunjukan yang lebih menarik lagi ini," gumam Pangeran Brian Darel bernada cukup pelan sambil tersenyum dan memandang Dhafin. Saking pelannya, Pejabat Keegen yang duduk di sebelahnya tidak mendengar.
"Pendeta Noman, kenapa kamu tidak mencegah muridmu itu?" tanya Raja Darian seperti menegur, tapi dia tidak berusaha mencegah anak sulungnya itu.
"Biar Pangeran Adrian mendapat pengalaman baru, Yang Mulia," sahut Pendeta Noman sambil tersenyum penuh arti.
Kemudian Raja Darian Cashel kembali memandang putranya. Dilihatnya Pangeran Adrian sudah melompat turun dari panggung singgasana. Dan mendarat cukup ringan tidak jauh dari anak tangga pertama panggung singgasana.
Belum lama kedua kakinya menginjak lantai, Pangeran Adrian langsung melangkah lebar. Begitu sudah tujuh langkah, kaki kirinya digenjot ke lantai. Dan seketika tubuhnya melenting ke depan cukup tinggi seraya melayangkan kaki kanan siap menendang wajah Dhafin.
Sebentar lagi kaki kanan Pangeran Adrian sampai ke wajah Dhafin. Segera anak itu menggeser kaki kanannya ke belakang satu langkah. Begitu kaki kanan Pangeran Adrian dua jengkal lagi sampai, dengan cepat tangan kirinya diangkat menyilang di depan wajahnya. Sehingga....
★☆★☆
Tak!
Mantap sekali dan kokoh tangan kanan Dhafin menangkis tendangan terbang Pangeran Adrian. Tendangan itu bukan tendangan kosong, melainkan berisi tenaga dalam cukup tinggi. Namun Dhafin dapat menangkisnya dengan mudah, tanpa kakinya bergeser sedikitpun.
Adegan cukup hebat itu disaksikan semua orang yang ada di Balairung Istana. Semua pejabat tahu siapa Pangeran Adrian. Pangeran yang memiliki bakat beladiri dan tenaga dalam yang hebat untuk tingkatan umur seusianya.
Bahkan dikabarkan saat ini dia sudah memiliki ilmu kesaktian. Dia juga termasuk dalam jajaran beberapa anak bangsawan terhebat di kotaraja.
Namun Dhafin yang belum banyak yang tahu siapa anak itu, mereka menyaksikan dengan mudahnya tendangan Pangeran Adrian ditangkisnya. Bahkan kedua kakinya begitu kokoh, tak bergeming sedikitpun.
Sementara itu Pangeran Adrian, menyaksikan tendangannya ditangkis dengan mudah memanglah amat kesal. Tapi dia tidak kehilangan jurus. Hampir bersamaan kaki kanannya ditangkis, kaki kirinya bergerak maju menghujam dada Dhafin dengan cukup keras.
Namun Dhafin sudah membaca gerakan pangeran angkuh itu. Sebelum telapak kaki kiri Pangeran Adrian sampai ke dadanya, dengan cepat tinju kanannya menghantam telapak kaki kiri Pangeran Adrian. Dengan kekuatan lebih yang dibaluri tenaga dalam cukup tinggi.
Plaaak!
Cukup keras juga tinju kanan Dhafin menghantam telapak kaki kiri Pangeran Adrian, membuat sang pangeran terlontar ke belakang dua tombak.
Namun Pangeran Adrian masih bisa menguasai daya lontar tubuhnya. Diawali berjumpalitan dua kali di udara. Lalu kedua kakinya didaratkan dengan ringan ke lantai. Tapi masih juga dia tetap sedikit sempoyongan.
Sepasang matanya yang sedari tadi menyorotkan kebencian, kini semakin beringas menatap Dhafin. Lalu muntahlah makiannya dari mulut kotornya.
"Keparaaat!"
Nampak jelas ketidakpuasan serta rasa penasaran dari raut wajah angkuhnya. Kemudian mengambil kuda-kuda hendak menyerang Dhafin lagi. Namun sebelum dia bergerak menyerang, dengan cepat Dhafin menahannya dengan suara cukup keras.
"Tahan, Pangeran...!"
"Haaakh...! Apa kamu sudah tidak punya nyali lagi melawanku, Bocah Rendah?" geram Pangeran Adrian seraya menatap nyalang dengan mengangkat dagu angkuhnya.
"Kita tidak pernah bermusuhan, kenapa harus berkelahi?" kata Dhafin mencoba berdamai. Sikapnya tetap tenang.
"Hari ini kita bermusuhan! Puaaas?!" kata Pangeran Adrian bernada dingin penuh kebencian.
"Maaf, Pangeran," kata Dhafin masih tetap tenang. "Saya tidak ingin bermusuhan dengan siapa pun, termasuk dengan Pangeran."
"Huh! Banyak alasan!" dengus Pangeran Adrian bernada sinis. "Bilang saja kamu takut! Kalau kamu takut, kemari berlutut di kakiku, biar kuinjak kepalamu!"
"Pangeran sudah keterlaluan menghinaku," kata Dhafin bernada dingin. Meski sikapnya masih tenang, tapi sudah mulai tampak gelagat aneh pada wajahnya.
Dihina sebegitu rendahnya siapa yang tidak geram?
Sementara itu, Jenderal Felix yang sejak tadi tak pernah lepas memperhatikan adegan di tempat persembahan hormat kepada raja itu, mulai khawatir. Bukan khawatir Pangeran Adrian akan menghajar Dhafin, karena dia yakin Dhafin bukalah tandingan Pangeran Adrian. Tapi dia khawatir Dhafin akan membuat pangeran itu seperti menghajar Letnan Fidell.
"Lantas kamu sudah bisa menerima tantanganku?" sinis Pangeran Adrian masih mengangkat dagu angkuhnya.
★☆★☆
Dhafin tidak menggubris sikap angkuh Pangeran Adrian. Dia lalu memandang pada Raja Darian Cashel, lalu memohon untuk menjadi penengah.
"Yang Mulia, hamba memohon untuk mencegah pertarungan ini. Hamba tidak ingin menjalin permusuhan di sini."
"Anak itu keras kepala, Dhafin," kata Raja Darian Cashel seperti tidak meluluskan permohonannya. "Kamu layani saja kemauannya. Hitung-hitung menambah pengalamannya."
"Yang Mulia hendak mengadu hamba dengan Pangeran?" tanya Dhafin masih menginginkan jalan damai.
"Tidak," kata Raja Darian lembut tapi tegas. "Aku hanya ingin agar anak itu bisa melihat dunia yang luas ini, bahwa masih ada orang-orang yang hebat selain dirinya."
"Baiklah."
Lalu Dhafin melangkah lebih ke tengah karena posisi berdirinya ini agak dekat dengan deretan kursi para pejabat. Tak lama kemudian, dia berhenti melangkah, lalu menghadap ke arah Pangeran Adrian.
Rupanya Pangeran Adrian juga sudah merubah posisi berdirinya. Dan kini juga menghadap ke arah Dhafin. Maka tampaklah mereka saling berhadapan berjarak dua tombak di tengah-tengah tempat persembahan hormat.
"Kamu pikir bisa mengalahkanku, Bocah Rendah?" kata Pangeran Adrian sinis sekaligus dingin.
"Baik, aku terima tantanganmu," kata Dhafin tetap tenang. "Tapi pertarungan ini cuma sampai tiga jurus saja...."
"Kenapa kamu musti mengaturku, Bocah Rendah?" geram Pangeran Adrian merasa diremehkan. "Apa kamu pikir dalam tiga jurus bisa mengalahkanku? Bahkan aku bisa membuatmu terkapar kurang dari tiga jurus."
"Dalam tiga jurus itu," kata Dhafin tanpa menghiraukan ucapan sesumbar pangeran angkuh itu, "siapa yang terkena pukulan atau tendangan satu kali saja, dialah yang kalah. Apa Pangeran sepakat?"
"Kurang dari tiga jurus pun aku bisa mengalahkanmu," kata Pangeran Adrian masih meremehkan.
"Sepakat dulu aturannya, Pangeran, baru kita bertarung. Kalau Pangeran tidak sepakat, aku tidak mau bertarung."
"Hah! Kamu selalu saja cari alasan untuk menutupi rasa pengecutmu," dengus Pangeran Adrian tidak mengindahkan ucapan Dhafin. "Hiyaaat...!!!"
Pangeran Adrian seketika bergerak dengan cepat ke depan. Cuma tiga helaan napas saja dia sudah sampai di hadapan Dhafin. Tanpa berlama-lama langsung menyerang Dhafin dengan brutal bagai hendak menghabisi nyawa Dhafin.
Memang tidaklah salah pangeran angkuh ini dimasukkan dalam jajaran anak bangsawan terhebat. Ilmu bela dirinya sudah terbilang lihai. Dan tenaga dalamnya sudah tergolong hebat.
Setiap gerakannya dalam memainkan jurus cukup baik dan amat cepat. Setiap pukulan dan tendangannya menguarkan tenaga dalam berhawa panas.
Akan tetapi lawannya kali ini adalah Dhafin. Seorang anak yang berguru dengan siluman. Dalam lima tahun belajar sudah mencapai tingkat ke enam dari 12 tingkat ilmu kebatinan serta kesaktian.
Bukan saja mempelajari ilmu bela diri dan tenaga dalam, bahkan kekuatan ghaib diajarkan pula oleh Siluman Kalyan. Dalam tubuh anak itu mengalir tiga esensi kekuatan. Inti Panas, Inti Dingin, serta Inti Penyembuh.
Pada jurus pertama Pangeran Adrian menyerang Dhafin dengan ganas, cepat, disertai jurus-jurus yang mematikan. Seakan-akan pangeran itu hendak menumbangkan Dhafin dengan cepat pada jurus pertama ini.
Namun Dhafin melayani Pangeran Adrian pada jurus pertama ini hanya dengan menangkis atau menghindar. Sebagian besar orang yang ada di Balairung Istana itu mengira Dhafin keteteran menghadapi serangan Pangeran Adrian.
Tapi siapa sangka pada jurus pertama ini Dhafin mempelajari semua jurus pangeran angkuh itu. Merasakan tingkat tenaga dalamnya, kecepatan jurusnya, serta ketepatan memainkan jurus dan mengeluarkan tenaga dalam.
Maka pada jurus pertama ini Dhafin sudah bisa menilai bahwa tingkat ilmu Pangeran Adrian masih berada di bawahnya.
Melangkah jurus kedua Dhafin mulai menyerang. Dan kejadian ini membikin kaget semua orang. Pada jurus pertama dia keteteran hampir kalah. Bagaimana pada jurus kedua ini dia balik menyerang dengan hebat? Bahkan membuat Pangeran Adrian tercengang-cengang.
Memang pada jurus ke dua ini Pangeran Adrian masih bisa menyerang, tapi Dhafin lebih banyak menyerang. Bahkan Pendeta Noman melihat sebenarnya Dhafin sudah menang pada jurus ke dua ini kalau dia mau. Karena banyak serangan Dhafin yang hampir bersarang di tubuh Pangeran Adrian, tapi Dhafin seakan menahannya.
★☆★☆
Melangkah jurus ke tiga, di sinilah kenaasan Pangeran Adrian. Dalam suatu adegan pertarungan Pangeran Adrian amat bernafsu sekali ingin mengalahkan Dhafin. Sehingga kecepatan gerak tubuhnya hampir tidak terkontrol.
Tinju kanannya diisi tenaga dalam tinggi, lalu dilesatkan dengan cepat dan kuat ke arah wajah Dhafin. Namun Dhafin yang sudah hapal semua gerakan sang pangeran dengan mudah serangan itu dihindari dengan memiringkan tubuhnya ke kiri seraya menggeser kaki kanan ke belakang.
Karena Pangeran Adrian amat bernafsu sekali dalam menyerang, maka tubuhnya bergerak amat cepat ke depan terlambat sedikit untuk berhenti. Maka kaki kiri Dhafin dengan cepat melayang dan telak menghantam belakang punggungnya.
Dugh!
Begitu kerasnya tendangan Dhafin menghantam punggung belakang Pangeran Adrian, sehingga pangeran itu bukan lagi terlesat ke depan tanpa kendali, malah setelah itu dia jatuh terjerembab ke depan. Cukup keras juga tubuhnya jatuh menimpa lantai ubin.
"Kamu sudah kalah, Pangeran," kata Dhafin yang sudah berdiri menghadap Pangeran Adrian mengingatkan.
Pangeran Adrian segera bangkit. Jelas dia tidak terima kekalahan ini. Dengan wajah beringas dan amarah yang memuncak, dia melesat ke arah Dhafin dengan cepat.
Begitu hampir sampai di depan Dhafin, seketika kedua telapak tangannya yang berisi tenaga dalam tinggi serta energi sakti berhawa panas didorong ke depan dengan cepat dan kuat.
Namun Dhafin tidak tinggal diam. Dengan cepat diangkat kedua telapak tangannya yang berisi tenaga sakti aneh berikut tenaga dalamnya, menyongsong kedua telapak tangan Pangeran Adrian. Sehingga bertemulah dua pasang telapak tangan itu pada satu titik tengah.
Dummm!
"Aaakh...!"
Maka terdengarlah dentuman cukup keras menghasilkan gelombang ledakan yang sedikit menggetarkan Balairung Istana, membuat semua orang yang ada di situ terkejut bukan main.
Lebih terkejut lagi Raja Darian Cashel karena menyaksikan Pangeran Adrian terlempar ke belakang cukup jauh sambil menjerit kesakitan.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
aku
yg penting,.sikat biar tau,..
2024-10-23
1
Putra_Andalas
sayang sekali Pemirsa tidak ada yg tau nama Ilmu & Jurus apa saja yg dimiliki Dhafin.. tau nya berantem aja 🤔
2023-12-12
1
Sri Bayoe
semangattt
2023-04-11
2