Clarissa mengelilingi hotel dengan memakai piyama tidur. Ia berjalan mencari kamar Devan. Langkahnya terhenti saat melihat orang yang dicari sedang berdiri menikmati angin di sebuah taman sekitaran tempat mereka menginap. Ia pun mendekatinya.
"Tuan, belum tidur juga!" sapa Clarissa membuat Devan membalikkan badannya.
"Kenapa kau belum tidur juga?" Devan malah balik bertanya.
"Saya belum mengantuk," jawabnya.
"Besok pagi ada syuting, pergilah berisitirahat!" ucap Devan kembali membuang wajahnya.
"Sebentar lagi, saya akan tidur!" Clarissa berdiri disampingnya. "Apa Tuan sering ke sini?" ia mengarahkan pandangannya pada Devan.
"Dulu sering, hampir setahun sekali ke sini!" jawab Devan.
"Pasti tempat ini menyimpan memori yang indah," tebak Clarissa.
"Ya, sangat indah!"
"Apa anda memiliki kekasih?" Entah kenapa tiba-tiba Clarissa bertanya seperti itu.
"Apa perlu aku menjawabnya?" tetap tidak melihat Clarissa.
"Biar saya tahu saja, Tuan. Kalau belum, berarti kesempatan saya untuk mendekati anda!" Clarissa berucap tanpa rasa malu.
Devan mengulum senyumnya. "Kau begitu semangat untuk menaklukkan aku!"
Clarissa terkekeh mendengar ucapan Devan. "Harus tetap semangat, Tuan!"
"Apa alasanmu menyukaiku?" Devan menatap Clarissa.
"Saya tidak memiliki alasannya, Tuan."
"Kau tidak mengincar hartaku, kan?" Devan bertanya terus terang.
"Mungkin bisa jadi, Tuan!" jawabnya.
"Aku tidak suka wanita matre sepertimu!"
"Semua orang menyukai uang, Tuan!" ucap Clarissa.
Devan terdiam mendengar ucapan Clarissa.
"Tuan, aku menyukaimu!" Clarissa tersenyum manis menatap wajah Devan.
Eheem....suara batuk kecil membuat keduanya menoleh ke arah suara.
"Maaf, Tuan. Nyonya besar menelepon!" ucap Hilman.
Devan melangkahkan kakinya ke kamarnya dan diikuti oleh Hilman. Sementara itu Clarissa masih berdiri dan tersenyum mengingat ucapannya beberapa menit yang lalu.
...----------------...
Pagi ini semuanya bersiap melakukan syuting iklan disekitar hotel, para model sedang dirias sementara itu Devan masih menikmati sarapannya di kamar.
Pengambilan gambar pun dimulai, ada sekitar sepuluh orang model dilibatkan untuk proyek kali ini. Mereka menari bersama di taman hotel. Namun, saat adegan melompat kaki Clarissa mengalami kram dan terjatuh.
Semua orang yang berada di lokasi berteriak dan berlari menghampirinya.
Devan yang melihat dari jarak jauh, bergegas mendekati Clarissa yang memegang kakinya yang sakit. Ia pun menggendong wanita itu untuk mendapatkan perawatan medis.
Yuna dan Tina mengikuti Devan membawa Clarissa begitu juga dengan Hilman.
"Tuan, kau baik sekali!" ucap Clarissa saat dalam gendongan Devan.
"Jangan banyak bicara!" ujar Devan dingin.
Sesampainya di rumah sakit terdekat, tim medis memeriksa kondisi kaki Clarissa.
"Tuan, Nona Clarissa cuma cedera kecil. Tapi anda terlihat khawatir sekali," ucap Hilman yang berdiri di samping Devan dengan suara pelan.
"Dia adalah tanggung jawabku. Kalau terjadi apa-apa dengannya kau mau penjualan kita menurun," tutur Devan memberi alasan.
"Ya, saya tahu. Tapi kulit anda kenapa tidak memerah?" tanya Hilman penasaran.
Devan melihat tangannya dan memegang wajahnya.
-
-
Sementara itu, Clarissa harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan kaki diperban. "Huh, aku benci tempat ini!" keluhnya.
Yuna dan Tina yang menunggu dirinya mengulum senyum.
"Kalian senang aku begini?" omelnya.
"Kau bisa saja 'ya mencari perhatian Presdir," celetuk Tina.
"Hei, ini sungguhan. Kau pikir aku pura-pura jatuh," protesnya.
"Ya, kami tahu ini sungguh benar. Tapi lihat tadi, bagaimana wajah panik Presdir saat kau terjatuh," ujar Yuna.
"Dua kali Presdir menggendong kau," ucap Tina.
"Aku bisa minta tolong!" pinta Clarissa.
"Tolong apa?" tanya Yuna.
"Aku ingin menembak Presdir," jawabnya.
"Kau gila, Rissa!" tolak Yuna.
"Iya, kami tidak mau," Tina juga menolaknya.
"Kebetulan Presdir belum memiliki kekasih. Ini kesempatan untukku," ucap Clarissa semangat.
"Di mana harga dirimu sebagai wanita?" tanya Yuna.
"Yuna, baru kali ini aku merasa jatuh cinta. Dia itu sangat berbeda," jawab Clarissa memegang pipi dan tersenyum.
"Sepertinya kau harus lebih lama di rumah sakit ini," sahut Tina.
"Kenapa?" tanya Clarissa.
"Biar Dokter memeriksa otakmu itu!" jawab Tina.
"Perasaan ini wajar. Apa kalian tidak pernah jatuh cinta?" Clarissa melihat wajah kedua temannya.
"Wah, kau benar sudah parah. Apa tadi jatuh tidak mengenai kepalamu?" tanya Yuna memegang kepala Clarissa.
"Hei, aku tidak apa-apa. Kalian mau kalau aku memendam perasaan ini," ucapnya.
"Bagaimana kalau ia menolakmu?" tanya Tina.
"Tidak mungkin dia menolak aku," jawab Clarissa penuh percaya diri. "Mau 'kan kalian menolongku?" mohonnya.
"Baiklah, kami akan membantumu!" ucap Yuna.
"Tapi, kau harus cepat sehat. Biar kita selesaikan iklan ini," ujar Tina.
-
Hotel Mekar
Sementara itu syuting iklan tetap dilanjutkan meski tanpa Clarissa. Semua berjalan dengan lancar.
Rencananya Clarissa besok akan kembali syuting. Itu atas permintaan sang artis yang kondisinya baik-baik saja.
Clarissa dan kedua temannya kini berada di dalam kamarnya. Model yang lain sudah berpulangan. Tinggal para kru dan sutradara yang harus menunggu sehari lagi.
...----------------...
Clarissa sudah berdiri tegak di depan kamera. Waktunya ia berakting, naskah terpaksa diubah.
Sutradara memberikan aba-aba pada Clarissa, ia pun melakukannya dengan baik. Hanya dua jam saja proses syuting berlangsung.
"Kau melakukannya sangat baik!" puji Sutradara.
"Terima kasih, Tuan!"
"Sampai jumpa di iklan selanjutnya," ucap Sutradara lagi.
"Semoga saja, Tuan!" Clarissa mengulurkan tangannya dan di sambut Sutradara.
Jadwal kepulangan Clarissa dan kedua temannya esok hari, ia memiliki waktu semalam lagi menginap di hotel. Devan juga masih berada di tempat yang sama.
Ia ingin melaksanakan rencananya, ia meminta kedua temannya untuk membujuk Hilman agar mau diajak kerja sama.
-
"Tuan, anda tidak ingin jalan-jalan?" tanya Hilman saat makan malam.
"Tidak!"
"Mumpung kita di sini," ucap Hilman. "Ada kafe terkenal di sini, Tuan. Di sosial media ramai dibicarakan, apa anda tidak berniat ke sana?" tanyanya lagi.
"Tidak!"
"Nona Clarissa pergi juga ke sana. Kata temannya sih' dia mau menjumpai seorang pria," ucap Hilman berbohong.
"Biarkan saja!"
"Bagaimana kalau pria itu berbuat jahat pada Nona Clarissa?" tanya Hilman.
"Bukan urusan kita."
"Kalau media tahu, bagaimana? Penjualan kita akan turun, Tuan!"
"Suruh dia pulang!" ucap Devan.
"Saya mana bisa menyuruhnya pulang, Tuan. Lagian syuting juga sudah selesai," tutur Hilman memanasi hati Devan.
Devan meletakkan sendoknya, mengambil tisu mengelap bibirnya, ia mendorong kursinya ke belakang dan berdiri. "Kita ke sana sekarang!"
"Baik, Tuan!" Hilman mengulum senyumnya. Ia mengirimkan pesan pada Yuna bahwa Presdir sudah berangkat ke kafe.
Di kafe tak jauh dari hotel, Clarissa kini terlihat cemas. Ia tak sabar menunggu Devan.
"Kau yakin dengan rencana gila ini?" tanya Yuna.
"Aku yakin," jawabnya.
"Apa kau siap patah hati juga?" tanya Tina.
"Siap!" jawab Clarissa penuh keyakinan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like, komen, poin dan vote🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments