Hilman menunjukkan hasil foto di atas meja kerja milik Devan yang beberapa hari yang lalu diambil sebelum di iklankan di media cetak maupun elektronik.
"Aku tidak suka, ulangi!" perintah Devan saat melihat salah satu foto yang dibukanya dari amplop berwarna cokelat.
"U..ulangi, Tuan?" Hilman kelihatan bingung. "Kenapa harus diulang, Tuan? Ini kelihatan bagus dan menarik," jelasnya dengan hati-hati. Ia mengambil amplop cokelat yang terletak di atas meja lalu mengeluarkan isinya dan melihatnya satu persatu.
"Ini terlalu jelek!" ucapnya.
"Tuan, mereka berdua model profesional. Masa jelek 'sih?" Hilman balik bertanya.
"Aku bilang ulangi, ya harus diulangi!" ucap Devan lagi.
"Tuan, kalau kita mengulang lagi. Itu akan menambah biaya lagi," jelas Hilman.
"Aku tidak peduli," ucapnya mengambil salah satu foto lalu mencampakkannya di atas meja.
"Tuan, anda tidak sedang cemburu 'kan?" tanya Hilman hati-hati walau ia sangat takut.
"Cemburu?" Devan kelihatan gugup. "Mana mungkin saya cemburu, memangnya dia siapa saya," ucapnya berusaha tenang dan santai.
"Kalau begitu salah foto ini di mana, Tuan?" tanya Hilman kembali.
"Aku tidak ingin mereka terlalu dekat begini," jawab Devan memberi alasan walau tidak masuk akal.
"Bagaimana kalau Tuan saja yang jadi modelnya?" usul Hilman asal.
"Kau ingin dipecat!" sentaknya.
"Tidak, Tuan!" ucap Hilman menunduk.
"Kalau begitu, ulangi lagi!" titahnya.
"Kapan kita mengulang jadwal pemotretannya, Tuan?"
"Besok!" ucap Devan.
Sementara itu Clarissa yang sedang bersiap untuk melakukan syuting video klip. Tiba-tiba mendapatkan kabar dari Yuna kalau pemotretan kemarin diulang.
"Mau dia apa sih'?" geram Clarissa.
"Entah, padahal foto-foto yang ditunjuk fotografer sangat bagus," jawab Yuna.
"Nona, syuting segera dimulai," panggil asisten sutradara.
"Iya, baik." Clarissa pun menjalankan pekerjaannya.
-
Syuting video klip berakhir pukul 7 malam, Clarissa harus pergi ke stasiun televisi untuk mengisi acara talk show pada pukul 9 malam. Ia harus sampai tepat sejam sebelum acara dimulai. Karena acara akan berjalan secara langsung.
Tepat pukul 12 malam, Clarissa dan tim tiba di apartemen miliknya. Pukul 2 pagi, ia baru tertidur karena sebelumnya ada rapat bersama untuk mengatur ulang jadwal tampilnya.
Pukul 9 pagi, ia harus mengisi acara lagi di salah satu kafe tak jauh dari Arta Fashion. Ia diundang untuk peresmian kafe sekaligus jumpa fans.
Pukul 11 siang, ia baru tiba di Arta Fashion. Clarissa terlambat sejam untuk pemotretan ulang hari ini. Karena jadwalnya saling terbentur. Ia tak mempedulikannya dan siap menanggung resiko.
"Nona, kenapa terlambat?" tanya Vani.
"Pekerjaan aku bukan cuma ini, katakan pada atasanmu jangan sesuka hatinya mengubah jadwalku!" jawab Clarissa menekankan kata-katanya.
"Maaf, Nona!" ucap Vani tertunduk merasa bingung juga dengan sikap atasannya itu.
Hilman segera ke ruangan Presdir untuk menyampaikan kalau Nona Clarissa sudah datang. Ia pun melangkah ke studio pemotretan.
Devan memantau dari jauh ia sudah menginstruksikan kepada fotografer agar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Benar saja, Clarissa dan Raka berfoto dengan jarak 30 centimeter.
Sejam kemudian pemotretan pun selesai dilaksanakan. Clarissa menghampiri Devan, sekretaris Presdir mengetahui akan terjadi perdebatan diantara keduanya menyuruh orang yang ada di studio untuk keluar. "Sekali lagi anda menyuruh untuk mengulanginya. Jangan harap saya akan mau!" ucap Clarissa tegas.
"Apa lupa dengan kontrak yang kau tandatangani?" Devan balik bertanya.
"Setelah kontrak ini berakhir, jangan harap kita bisa bekerja sama lagi," ujar Clarissa.
"Kau pikir aku mau bekerja sama dengan wanita aneh sepertimu. Masih banyak artis diluar sana yang lebih cantik, terkenal dan mempunyai sikap sopan," jelas Devan.
"Lalu kenapa kau memilihku?"
"Karena kau masih memiliki utang padaku!"
"Baiklah, ini terakhir aku bekerja untukmu. Minggu depan ku ganti kerugian semuanya," Clarissa menyenggol bahu Devan dan berlalu.
Sesampainya di apartemen, Clarissa mengeluarkan beberapa perhiasan miliknya dari lemari rahasia dan menunjukkannya pada temannya.
"Untuk apa kau mengeluarkan ini?" tanya Yuna.
"Aku akan menjualnya untuk membayar utang pada pria itu," jawab Clarissa.
"Kita masih ada kontrak dengannya jadi untuk apa kau membayarnya?" tanya Tina.
"Aku ingin memutuskan kontrak kerja sama dengannya," jawabnya. "Apa masih ada pekerjaan di bulan depan?" tanyanya pada Yuna.
"Ada, untuk tiga bulan ke depan. Masih ada pekerjaan untukmu," jelas Yuna.
"Apa ini dijual cukup?" tanyanya pada kedua temannya.
"Aku tidak tahu, coba saja jual," jawab Tina.
Clarissa dan kedua temannya pun pergi ke toko perhiasan untuk menjualnya. Selama perjalanan ke toko, Yuna membuka sosial media miliknya. Salah satu postingan dirinya dan Clarissa ada salah satu komentar yang membuat ia geram.
"Rissa, lihatlah! Apa kau mengenal akun ini?" tanyanya pada Clarissa yang duduk disampingnya.
Clarissa pun melihatnya. "Aku tidak mengenalnya," jawabnya.
"Tapi dia menyinggung tentang utang ayahmu," ujar Yuna.
"Biarkan saja," ucap Clarissa tak mau ambil pusing. Ia sudah memiliki banyak masalah, saat ini ia hanya memikirkan melunasi utang pada Devan.
Sementara itu sore harinya, Oma Fera mengajak Devan mengobrol santai di taman halaman depan rumah.
"Oma dengar kau melakukan pemotretan ulang?" tanya Fera.
"Iya, Oma."
"Kenapa?" Oma mengambil teh lalu menyeruputnya.
"Hasil fotonya tidak memuaskan," jawabnya.
"Oma lihat hasilnya bagus," ucap Fera.
"Devan rasa tidak, Oma."
"Selain itu apa alasannya?" tanya Fera menyelidik.
"Karena tidak bagus saja, Oma." Devan tampak mulai gugup.
"Kau tidak menyukai wanita itu, kan?" Fera menatap cucunya sambil menyunggingkan senyumnya.
"Tidak mungkin, Oma."
"Oma pikir kau cemburu karena dia dipeluk pria lain," tebak Fera.
"Tidaklah, Oma."
...----------------...
Keesokan paginya, Clarissa datang bersama Yuna ke Arta Fashion untuk menemui Devan. Ia akan memutuskan kontrak dengan perusahaan itu.
Hilman hanya mengizinkan Clarissa saja yang masuk dan Yuna menunggu di luar. Mereka berdua pun menyetujuinya.
"Kenapa kau senang sekali datang pagi-pagi ke kantorku?" tanya Devan tanpa menatap Clarissa.
Clarissa mencampakkan amplop coklat di atas meja. "Itu surat pemutusan kontrak!"
Dengan cepat Devan menoleh ke arah Clarissa. "Kontrak belum berakhir, kau bisa saja dituntut!"
Clarissa mengeluarkan amplop berisi uang dari tasnya
dan meletakkannya di atas meja juga. "Ini uang untuk pembayaran ganti rugi kerusakan mobil anda, jika kurang saya akan mentransfernya dalam bulan ini," ucapnya.
"Kau ingin menghinaku!" ucap Devan dengan nada dingin.
"Saya tidak mau diatur sesuka hati anda," Clarissa pun pergi meninggalkan ruangan Presdir.
"Kenapa sekarang dia dengan mudahnya memberikan uang?" tanyanya dalam hati.
Devan menelepon Hilman untuk ke ruangannya. "Ada apa, Tuan?"
"Kau hitung uang itu!" perintahnya.
Hilman melihat dua amplop cokelat di atas meja Presdir. "Uang siapa, Tuan?"
"Clarissa, dia memutuskan hubungan kontrak dengan kita," jawab Devan sambil memijit pelipisnya.
"Apa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments