Matahari sudah berada tinggi, namun Clarissa masih saja bergelayut manja dengan bantal. Rasanya malas sekali ia untuk melakukan pekerjaannya hari ini.
"Yuna," panggilnya dengan suara parau.
"Ya," sahutnya.
"Apa saja jadwalku hari ini?"
"Pemotretan di Arta Fashion," jawab Yuna.
"Jam berapa?" tanyanya lagi.
"Pukul 10 pagi."
"Bisakah diundur?" mohonnya.
"Rissa, kita tidak bisa mengundurkan jadwalnya," jawabnya. "Sekarang kau bangun, sarapan lalu kita berangkat," ucapnya lagi.
Dengan malas, Clarissa melangkah kakinya malas ke kamar mandi.
-
Gedung Arta Fashion
Tepat pukul 10 pagi, Clarissa dan timnya tiba di lokasi pemotretan. Asisten fotografer menghampirinya. "Nona, sepertinya pengambilan gambar diundur," ucapnya.
"Kenapa diundur?" tanya Clarissa.
"Tuan Raka tak bisa hadir karena lagi sakit," jawabnya.
"Jadi, bagaimana?" tanya Clarissa lagi.
Hilman yang saat itu ada di lokasi mendekati Clarissa dan asisten fotografer. "Kenapa kalian masih di sini?"
"Model pria sedang sakit," ucap Clarissa.
"Saya akan memberi tahu Presdir," Hilman pun pamit meninggalkan lokasi dan berjalan ke ruangan Devan.
Tak lupa ia mengetuk pintu sebelum masuk. "Permisi, Tuan!"
"Ada apa?" tanyanya yang sedang memainkan ponselnya.
"Pemotretan tidak bisa dilakukan hari ini," jawab Hilman.
Devan mengarahkan pandangannya pada Hilman, "Kenapa?"
"Model pria lagi sakit," jawabnya.
"Tinggal cari penggantinya," ucap Devan santai.
"Tapi, Tuan. Tidak semudah itu mencari seorang model," ujar Hilman.
"Kalian bisa menelepon manajemen artis," ucapnya kembali fokus memainkan ponselnya.
"Tuan, tidak bisa!" ucap Hilman dengan suara sedikit keras.
Devan menoleh dan menatap tajam sekretarisnya itu.
"Maaf, Tuan!" ucap Hilman pelan dan menundukkan pandangannya.
"Tunda saja!" ucapnya lagi.
"Nona Clarissa tidak mau, jadwal dia sangat padat," jelas Hilman.
"Kenapa baru bilang sekarang, kalau model pria lagi sakit?" Devan berdiri dan merapikan pakaiannya.
"Saya baru saja mendapatkan informasinya," jawab Hilman.
"Aku akan bicara pada Clarissa," ucap Devan keluar ruangan menuju studio pemotretan.
Devan menghampiri Clarissa yang sedang duduk di bangku khusus artis. Wanita itu mendongakkan kepalanya lalu berdiri.
"Jadwal pemotretannya akan ditunda," ucapnya.
"Tidak mau, ini jelas merugikan saya," ujar Clarissa.
"Jika kau mau menunggu kami akan mencari model pengganti," ucap Devan.
"Baiklah, aku akan menunggu sejam!"
"Hilman!" panggil Devan.
Sekretarisnya itu mendekatinya, "Iya!"
"Hubungi manajemen artis, sekarang juga. Kau harus mendatangkan model itu sebelum jam sebelas!" perintah Devan.
"Tuan, tidak mungkin kita mendatangkan model secara mendadak begini," Hilman berusaha memberi alasan.
"Saya tidak peduli!" Devan pun pergi meninggalkan studio.
Clarissa kembali duduk sambil membaca majalah.
-
Sejam kemudian, model pengganti belum juga datang. Yuna sebagai manajer Clarissa mendatangi Hilman di meja kerjanya. "Tuan, ini sudah lewat sejam. Jadi tidak pemotretannya?"
"Hmm, Nona. Modelnya belum kami dapatkan, mereka tidak bisa menerima secara mendadak begini," ucap Hilman bersalah.
"Clarissa tetap tidak mau, jika pemotretannya ditunda," ucap Yuna lagi.
"Saya akan katakan pada Presdir," ujarnya. Hilman pun ke ruangan Devan dan mengatakan yang sebenarnya. Hal itu membuat pria itu marah dan kecewa dengan kinerja karyawannya.
Devan berjalan keluar dengan langkah cepat menuju studio. Hilman yang tahu, Presdir sedang marah segera menyuruh orang-orang yang berada disekitar Devan dan Clarissa menjauh. Mereka pun paham.
"Kenapa Tuan?" tanya Clarissa.
"Kenapa kau menolak jadwal diundurkan?" tanya Devan menatap tajam wanita yang ada didepannya.
"Bukankah kau sudah tahu apa alasanku, Tuan?"
"Tidak ada pilihan lagi, pemotretan harus diundurkan!" ucap Devan tegas.
"Kalau begitu, kau harus ganti rugi karena waktuku terbuang," ujar Clarissa.
Devan mengeraskan rahangnya dan menatap geram Clarissa yang menantangnya.
"Bagaimana, Tuan?" Clarissa mengangkat tangannya dan hendak ke wajah Devan namun dengan cepat pria itu memundurkan langkahnya.
"Aku tidak mau!" tolaknya.
"Bagaimana kalau anda saja yang menjadi model pengganti?" usul Clarissa. "Wajah yang anda miliki cukup tampan," ucapnya tersenyum genit.
"Aku tidak mau juga," ucap Devan menolak.
"Ayolah, Tuan. Biar iklan ini segera ditayangkan," mohon Clarissa.
"Aku tidak mau," tolaknya lagi.
"Kalau begitu, anda harus membayar ganti rugi saya hari ini," ucap Clarissa.
Tanpa menjawab, Devan berlalu meninggalkan studio. Hilman pun mengikuti langkah atasannya. Sementara yang lain masuk ke dalam studio dan bertanya-tanya pada Clarissa.
Di dalam ruangan kerja, Hilman berdiri sambil memperhatikan Presdir berjalan mondar-mandir sambil memegang kepalanya.
"Apa semua wanita keras kepala?" tanyanya pada Hilman.
"Sa..saya kurang tahu, Tuan!" jawabnya terbata.
"Apa kau tidak memiliki saudara perempuan atau kekasih?" tanyanya.
"Saya memiliki kekasih, Tuan!" jawabnya.
"Apa dia keras kepala?"
"Ya."
"Clarissa sungguh keras kepala," ucapnya.
Hilman hanya diam dan bingung mau berkata apa lagi.
"Dia meminta ku menjadi model pengganti," ucap Devan membuat Hilman terkejut dan tak percaya. "Kalau tidak mau, dia menuntut ganti rugi," ucapnya lagi.
"Menurut saya, Tuan harus mau menjadi model pengganti agar iklan ini segera selesai," Hilman memberanikan diri memberikan masukan.
"Apa!"
"Itu sih' terserah Tuan saja," ucap Hilman.
"Segera transfer uang ke rekening Clarissa sebesar tiga puluh juta, sekarang!" pintanya pada Hilman.
"Baik, Tuan!" Ia pun pamit pergi.
Sementara itu di studio beberapa orang masih menunggu keputusan Presdir.
"Kita sudah tiga jam di sini tapi belum ada keputusan sama sekali," ucap Tina.
Tak lama ponsel Clarissa berbunyi, ia membukanya dan tersenyum melihat pesannya.
Dua menit kemudian Hilman datang ke studio dan mengatakan kalau pemotretan ditunda.
"Apa Nona Clarissa setuju?" tanya Vani.
"Saya setuju," jawabnya.
Semua akhirnya bisa bernafas lega. Mereka pun membubarkan diri dan membereskan peralatan serta perlengkapan foto.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi saja jika setuju pemotretan diundurkan?" tanya Yuna namun Clarissa tidak mau menjawabnya.
-
-
"Ternyata Presdir itu orangnya tidak cukup pintar," ucap Clarissa di dalam mobil saat perjalanan pulang.
"Maksudnya?" tanya Yuna.
"Aku meminta ganti rugi darinya dan ia mengirimkan langsung uangnya," jawab Clarissa.
"Trik apa yang kau lakukan sampai ia mau mentransfer uang?" tanya Tina penasaran.
"Aku memintanya untuk jadi model pengganti," jawab Clarissa tertawa.
"Kau benar-benar berani, Rissa!" ucap Yuna tak menyangka.
"Jadi dia menolaknya dan mengirimkan kau sejumlah uang," Tina menerka.
"Ya, benar sekali!" ucapnya.
"Aku takut kau semakin terjerat padanya, kontrak kita baru dua bulan," jelas Yuna.
"Ini balasan karena dia memotong honor ku sebesar dua puluh persen," ucap Clarissa.
"Itu semua salahmu," celetuk Tina.
Sementara itu Rey di ruangannya, mendengar kabar kalau pemotretan ditunda. Ia pun bertanya alasannya pada Vani. Namun, karyawan Devan itu hanya menjelaskan model pria lagi sakit serta penolakan awal Clarissa yang tidak ingin ditunda dan akhirnya mau menerima pengunduran hari.
"Kenapa bukan aku saja yang menjadi model penggantinya?" gumamnya sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments