Devan memerintahkan Hilman untuk mencari informasi tentang Clarissa dan keluarganya. Ia begitu penasaran dengan kehidupan wanita itu.
"Apa kau sudah mendapatkan informasinya?" tanya Devan saat Hilman berada di ruangannya.
"Ini hasil penelusuran orang suruhan kita selama dua hari," jawab Hilman memberikan amplop cokelat berisi foto keluarga Clarissa.
Devan membuka amplop tersebut dan melihatnya.
"Gadis berbaju hijau itu adalah saudara tiri Nona Clarissa namanya Raya Ardiana, sebelahnya adalah ibu kandung Nona Clarissa dan kedua gadis kecil itu adalah adik kandungnya dari pernikahan ibunya dengan ayah sambungnya," jelas Hilman.
"Kenapa tidak ada foto Clarissa?" tanya Devan.
"Nona Clarissa jarang berkumpul dengan keluarga sambungnya, Nona Raya tidak menyukainya dan Nyonya Claudia lebih membela putri tirinya," jawab Hilman.
"Lalu ini? Ayah tirinya?" Devan menunjuk foto seorang pria baya.
"Iya, Tuan. Namanya Tuan Ardian, dia pemilik wahana permainan yang ada di kota B," jelasnya.
"Ayah kandung Clarissa?"
"Maaf, Tuan. Kami tidak dapat menemukan informasi tentang ayah kandung Nona Clarissa," jawab Hilman tertunduk.
"Ya sudah, kembalilah lanjutkan pekerjaanmu!" ucap Devan. Setelah Hilman keluar ia menyandarkan tubuhnya di kursi lalu ia memutarnya menghadap jendela. Ia mengingat kata-kata Oma Fera dan Hilman, jika ibu Clarissa seorang artis dan juga perebut suami orang. "Apa itu alasan saudara tiri Clarissa membencinya?" tanyanya dalam hati.
-
-
Sore ini, Devan sengaja mengajak berjumpa Clarissa di sebuah kafe. Wanita itu menggunakan dress kuning selutut dengan rambut di kuncir dan sepatu heels yang tidak terlalu tinggi. Ia tampak begitu ceria berjumpa dengan Presdir.
"Maaf, telah membuat anda menunggu!" ucap Clarissa tersenyum manis.
Devan melihat arlojinya, "Aku tidak suka menunggu!"
"Ya, aku tahu. Jalanan tadi cukup padat dan syuting harus di ulang karena ada insiden kecil," jelasnya dengan sumringah.
"Kau masih bisa tersenyum walau melakukan kesalahan," sindir Devan dengan wajah dingin.
"Aku sudah meminta maaf, Tuan Devan terhormat!" ucap Clarissa menekankan intonasinya lalu tersenyum.
"Sekali lagi kau melakukannya, aku tidak segan...."
"Memotong honormu!" sambung Clarissa dengan cepat.
Devan menarik sudut bibirnya.
"Ada apa mengajakku bertemu di sini?" tanya Clarissa kembali menunjukkan senyumnya.
"Kau jangan senang dulu karena aku mengajakmu di sini," jawab Devan.
"Baiklah, aku tidak akan senyum," ucap Clarissa terlihat serius menatap Devan walau yang ditatap membuang muka.
"Ini cek sebesar 50 juta untukmu," Devan menggeser selembar kertas bernilai di atas meja kepada Clarissa.
Clarissa melihat lembar cek tersebut lalu menatap Devan. "Apa ini?" tanyanya heran.
"Itu bonus untukmu!" jawab Devan dengan cepat Clarissa mengambil cek tersebut.
"Kenapa anda tidak mentransfernya pada Yuna?"
"Ya, karena aku ingin berbicara langsung denganmu," jawab Devan terbata mencari alasan.
"Tapi bukan karena anda rindu padaku, kan?" selidik Clarissa sambil melihat mata Devan yang selalu menghindar.
"Kau bicara apa?"
"Tuan, aku ini cantik. Ku dengar di luaran sana, kalau anda sebenarnya tidak menyukai wanita," jawab Clarissa.
Devan menatap Clarissa. "Kalau pun aku jatuh cinta tidak mungkin denganmu!"
"Benarkah, Tuan? Kau tidak akan marah jika aku berkencan dengan pria lain," ucap Clarissa menaikkan kedua alisnya.
"Aku tidak peduli dengan urusan percintaan dirimu. Ku berharap itu tidak menggangu penjualan," ujar Devan.
"Sepupu anda itu cukup tampan, sepertinya dia menyukaiku." Ucap Clarissa sengaja untuk melihat reaksi Devan. "Aku berterima kasih padamu, karena telah membuat makan malam yang romantis dengan Rey," lanjutnya.
Devan berdiri dari kursinya merapikan jas. "Pembicaraan kita selesai, semoga cek tersebut itu berguna," ia pun berlalu.
"Sekecil apapun uang itu pasti berguna untukku," gumam Clarissa melihat cek dengan tersenyum.
...----------------...
Sebulan ini Rey tidak pernah bertemu dengan Clarissa kebetulan wanita itu berkunjung ke Arta Fashion membahas foto produk selanjutnya.
"Clarissa, apa kabar?" sapa Rey.
"Baik," jawabnya singkat.
"Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Rey.
Belum menjawab lagi, Devan sudah ada dibelakang mereka. "Rapat akan segera dimulai!" ucapnya membuat keduanya meminggirkan tubuhnya agar Devan bisa lewat.
"Mereka sudah menunggu, sampai jumpa!" ucap Clarissa tersenyum.
"Sampai jumpa juga," ucapnya. "Coba saja kau tersenyum begitu tiap bertemu, bulan depan ku akan melamarmu!" ucapnya berkhayal.
Sepanjang rapat berlangsung, Clarissa terus tersenyum menatap Devan yang sedang fokus mendengar karyawannya berbicara.
Yuna yang ada disebelahnya selalu menyenggol tangannya agar Clarissa tidak terus menerus menatap Presdir.
Suara tepukan tangan bersahutan atas keberhasilan produk yang mereka keluarkan dan keberhasilan seluruh tim.
Devan menjanjikan liburan dan bonus bulan depan, jika penjualan produk semakin meningkat. Hal itu membuat karyawan yang mendengarnya begitu senang.
-
"Rissa, kau lihat tadi sikapmu membuat beberapa karyawan memperhatikanmu," ucap Yuna di dalam mobil saat perjalanan pulang.
"Biarkan saja," ucap Clarissa acuh.
"Kau sudah jatuh cinta pada pria itu?" tanya Tina yang duduk disampingnya juga.
Clarissa mengangguk pelan dengan tersenyum.
"Kalau dia menolak, bagaimana?" tanya Yuna.
"Aku akan terus mencobanya," jawab Clarissa santai.
"Semoga saja kau tidak akan patah hati," ucap Tina.
"Hei, bukankah kalian yang memberikan aku usul untuk mendekatinya?" tanya Clarissa.
"Iya, tapi tidak pakai hati," jawab Tina.
"Aku terlanjur pakai hati, bagaimana?" Clarissa memegang dadanya. "Senyum dia manis sekali," ucapnya bergumam senyum-senyum sambil mengkhayal kalau Devan menggenggam erat tangannya di sebuah tempat yang indah.
"Rissa!" panggil Yuna membuyarkan lamunannya.
"Ya," sahut Clarissa.
"Sudah jangan mengkhayal saja, beristirahatlah nanti malam ada acara penghargaan. Semoga saja kau menang," harap Yuna.
"Ya, semoga saja," ucap Tina dan Clarissa.
-
-
Malam ini adalah malam penghargaan untuk para pekerja di dunia hiburan. Clarissa menjadi salah satu nominasi sebagai bintang iklan terfavorit.
Seluruh tamu undangan seperti penerima penghargaan, tamu khusus dan para perwakilan perusahaan yang menjadi sponsor acara tersebut telah memenuhi gedung.
Sebelum memasuki gedung, beberapa tamu akan melewati karpet merah yang sisi kiri sudah dipenuhi para pencari berita. Clarissa yang hadir tak lupa jadi sorotan, pertanyaan hanya seputar nominasi dan pakaian yang ingin pakai. Tidak membahas tentang masalah pribadi karena panitia sudah memperingatkan para wartawan. Jika pun ingin mencari informasi lain dari itu hanya di perbolehkan di luar gedung atau sehabis acara.
Clarissa duduk bersama dengan para artis lainnya di deretan depan, sedangkan temannya duduk di bagian paling belakang.
Sementara itu Devan dan Rey juga hadir dalam acara itu. Disampingnya seorang wanita cantik yang tak lain putri pemilik brand kecantikan namanya Clara. Ia duduk bersebelahan dengan Presdir Arta Fashion.
Clarissa yang melihatnya dari kejauhan hanya tersenyum sinis. "Jadi wanita itu kekasihnya!" ucapnya membatin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
SELAMAT MEMBACA 🌹
Jangan lupa Like, Komen dan Vote
Terima kasih ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments