"Apa!" Hilman terkejut mendengarnya
"Kenapa kau kaget?" tanya Devan menatap sekretarisnya itu.
"Kenapa mendadak begini, Tuan?"
"Aku juga tidak tahu," jawab Devan.
"Apa Tuan tidak baca berita gosip hari ini?" tanya Hilman dengan suara pelan.
"Aku tidak tertarik dengan berita itu," Devan kembali memijit kepalanya.
"Nona Clarissa dikabarkan menjual perhiasannya untuk melunasi utang ayahnya," ucap Hilman.
"Utang?" tanya Devan tak percaya.
"Iya, salah satu komentar di akun sosmed manajer Yuna menyinggung Nona Clarissa tentang utang ayahnya,". jawab Hilman lagi.
"Apakah benar ini uang menjual perhiasannya?" tanyakan dalam hati.
"Jika memang Nona Clarissa butuh uang, kenapa ia harus memutuskan kontrak dengan kita?" tanya Hilman.
"Kembalikan uang ini padanya dan ancam dia agar tidak membatalkan kontrak," titah Devan.
"Baik, Tuan!"
-
Clarissa memukul meja saat mendengar Hilman akan menuntutnya ke jalur hukum membuat keempatnya dan pengunjung lainnya yang hadir di kafe tersebut terkejut.
"Aku yang sudah dirugikan di sini, kenapa malah kalian yang menuntutku!" ucap Clarissa dengan marah.
"Nona, tenanglah. Saya hanya mengikuti perintah Presdir," Hilman terlihat ketakutan apalagi kedua teman Clarissa menatapnya tajam.
"Aku sudah mengganti kerusakan mobilnya tapi kenapa dia begitu?" Clarissa terduduk dan membenamkan wajahnya di meja sambil terisak.
"Nona saya minta maaf!" ucap Hilman bingung dan panik.
"Aku ingin bertemu dengannya sekarang!" Clarissa mengangkat kepalanya.
"Tapi Tuan sudah pulang," ucap Hilman.
"Di mana alamat rumahnya?" tanya Clarissa.
"Saya tidak bisa memberitahunya," jawab Hilman terbata.
Yuna menarik kerah baju Hilman. "Cepat katakan di mana alamat rumahnya?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Ba..baiklah, saya akan menelepon Presdir dulu!" ucapnya ketakutan.
Yuna melepaskan tarikannya dengan kasar membuat Hilman memegang lehernya yang sakit. Ia pun menghubungi Devan.
"Halo Tuan, tolong aku!" ucap Hilman sambil melihat ketiga wanita yang ada didekatnya.
"Tolong apa?" tanya Devan dari kejauhan.
"Mereka meminta bertemu dengan anda," jawab Hilman.
"Baiklah, suruh mereka datang!" Devan menutup teleponnya.
"Baiklah kita berangkat sekarang!" ajak Hilman.
-
Hari menjelang sore, mereka tiba di kediaman Devan. Sebelum masuk mereka harus menunggu di ruang tamu.
Seorang pelayan menghampiri keempatnya. "Hanya Nona Clarissa saja yang boleh menemui Tuan Muda," ucapnya.
Mereka pun menyetujuinya.
Clarissa berjalan mengikuti langkah pelayan menemui Devan.
"Nona, silahkan masuk!" ucap pelayan. Clarissa memasuki sebuah ruangan kerja, tak lupa membuka sandalnya. "Sebentar lagi, Tuan Muda akan menemui anda!" ucapnya lagi.
"Ya, terima kasih!" ucap Clarissa. Setelah pelayan pergi ia melihat sekeliling ruangan. Ia berjalan ke arah foto Devan saat kecil namun belum sempat di lihat. Pria itu muncul dan mengejutkannya.
"Jangan sentuh barang yang ada di ruangan ini!" ucapnya dengan dingin.
"Baiklah," ucap Clarissa santai.
"Apa Hilman belum menjelaskannya padamu?" tanya Devan tanpa berbasa-basi.
"Sudah, tapi aku tidak terima!" jawab Clarissa.
"Kontrak belum habis, kau seenaknya saja memutuskan kerja sama. Memangnya cari pengganti itu gampang?" tanya Devan duduk dengan santai.
"Tapi anda memperkerjakan aku tidak manusiawi," jawab Clarissa.
"Hei, memangnya aku menyiksamu!"
"Ya, tidak juga. Tapi jadwal yang tak tentu membuat pekerjaanku yang lain berantakan," jelas Clarissa.
"Aku tidak peduli!"
Clarissa mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
"Aku tak suka dengan ekspresimu itu!" ucap Devan.
"Kau sangat menyebalkan!" geramnya. Clarissa pun berlalu meninggalkan ruangan itu.
-
-
"Aku harus bagaimana?" Tangis Clarissa meledak sesampainya di apartemen.
"Kami juga bingung," ucap Yuna menggigit jarinya.
"Bagaimana kau goda saja dia?" usul Tina.
"Ide gila macam apa itu?" tanya Yuna.
"Presdir belum memiliki kekasih, jika kalian dekat bukankah itu mudah untukmu melunasi utang padanya," Tina menjelaskan idenya.
"Aku tidak yakin bisa mendekatinya," ucap Clarissa menghapus air matanya.
"Benar juga ide Tina, mungkin Presdir sebenarnya menyukaimu. Dia tak mau kau dekat dengan Raka dan ia juga mengancam kau agar tetap menjadi model produknya," sambung Yuna menjelaskan.
"Tapi dia mengatakan padaku karena sulit mengganti model," ucap Clarissa.
"Rissa, mereka memiliki uang banyak. Bahkan mereka juga bisa membayar artis luar negeri untuk produknya," tutur Yuna.
"Benar juga kau bilang," ucap Clarissa tersenyum.
...----------------...
Akhirnya Clarissa mau melanjutkan kontraknya dengan Arta Fashion. Hari ini tepat empat bulan kerja sama mereka. Ia mengundang Devan untuk makan malam dengannya melalui Hilman.
"Tuan, Nona Clarissa mengundang anda makan malam!" ucap Hilman di ruangan kerja milik Presdir.
"Baiklah," jawab Devan dengan cepat. "Permainan apa yang kau buat, Clarissa!" dalam hatinya.
-
Malam harinya, di sebuah restoran khusus sesuai standar Devan inginkan yang pengidap Mysophobia. Ia menggunakan sarung tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan Clarissa.
Wanita itu telah menunggunya di meja yang sekitarnya dipenuhi bunga-bunga yang cantik dan disuguhkan pemandangan yang indah di malam hari.
Clarissa berdiri menyambutnya dengan senyuman. Ia mendekati Devan dengan berjalan anggun. "Terima kasih, sudah menerima undangan makan malam ini!"
"Aku tidak mengerti, rencana apa yang ingin kau lakukan?" tanya Devan menatap wajah Clarissa.
"Seburuk itukah aku di matamu?" Clarissa menunjukkan wajah sedihnya.
"Aku tahu kau adalah pemeran yang handal, jadi jangan tunjukkan wajah sedih itu!" ucap Devan membuang wajahnya.
Clarissa pun tersenyum lalu ia mengalungkan tangannya di lengan Devan dan menariknya untuk duduk. "Aku tahu makanan kesukaanmu dari Hilman. Jadi makanlah, aku tidak menaruh apapun didalamnya!" ucap Clarissa. Ia memotong daging beberapa bagian untuk Devan. Lalu ia duduk di kursinya dan menikmati hidangan yang dipesan.
Devan pun mulai memakan daging yang telah dipotong Clarissa. "Apa tujuanmu mengundangku makan malam?" tetap fokus dengan makanan.
"Aku ingin meminta maaf karena telah merusak mobilmu dan membantah ucapanmu. Aku akan menjalankan kontrak itu dengan baik," jawab Clarissa.
"Apa benar kau menjual perhiasan untuk membayar utang ayahmu?" tanya Devan.
Pertanyaan itu membuat Clarissa menghentikan makannya. "Ya."
"Lalu uang yang kau beri sebagai ganti rugi kerusakan mobil, dari mana?"
"Aku menjual diri pada pria kaya," jawabnya berbohong.
Devan meletakkan sendok lalu menatap Clarissa. Wanita itu malah terkekeh. "Kenapa kau tertawa?"
"Aku berbohong, uang itu hasil penjualan perhiasan milikku. Ayah memang memiliki utang, empat tahun ini aku bekerja keras untuk membayarnya," jelas Clarissa.
"Lalu di mana Ayahmu?" Devan menatap iba
"Dia sudah meninggal," jawab Clarissa dengan wajah sendu. "Maaf, aku malah jadi curhat!" ucapnya tersenyum.
Devan pun melanjutkan makan malamnya setelah mendengarkan cerita Clarissa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments