Malam harinya setelah bertemu dengan Siska di lokasi syuting. Devan mengajak Rey bertemu di salah satu kafe.
"Tumben sekali kau mengajakku bertemu di sini," ucap Rey.
"Aku juga terpaksa," ujar Devan.
"Sepertinya ada hal penting yang ingin kau bicarakan," Rey mensejajarkan tubuhnya dengan Devan yang berpegangan pada besi pembatas sambil menatap pemandangan kota di malam hari.
"Ada, ini tentang Clarissa!"
"Kenapa dengannya?" Rey penasaran.
"Ibumu mengetahui berita kedekatan kalian," jawab Devan.
"Iya, aku tahu. Dia juga sudah berbicara padaku," ucap Rey.
"Tadi sore ibumu datang ke lokasi dan menemui Clarissa," jelas Devan.
"Kenapa aku tidak tahu dia ke sana? Dia tidak melakukan apapun pada Clarissa, kan?" Rey menatap wajah temannya dan berharap ibunya tidak berbuat nekat.
"Tante Siska menampar Clarissa," jawab Devan tanpa menoleh.
"Mama keterlaluan!" geram Rey.
"Lebih baik kau menjauhi Clarissa!" ucap Devan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku samping celananya.
"Aku tidak bisa," tolak Rey.
"Rey, semakin kau mendekati Clarissa yang ada ibumu akan melukainya!" ujar Devan.
"Devan, aku jatuh cinta padanya. Tidak mungkin ku melepaskannya," ucap Rey.
"Kau ingin dia semakin terluka atau mempertahankan keegoisanmu!"
Rey pun diam dan berpikir. Sementara itu, Devan duduk dan menikmati makan malam sambil sesekali melihat sepupunya yang tampak gundah.
...----------------...
"Kenapa Mama menampar Clarissa?" tanya Rey yang keluar dari kamar menghampiri kedua orang tuanya yang lagi sarapan.
"Mama, hanya ingin menegurnya," jawab Siska.
"Tidak seharusnya Mama begitu," nasehat Robi.
"Gadis itu sudah keterlaluan mendekati anak kita, Pa!" jelas Siska.
"Rey tak suka cara Mama," ucapnya.
"Kau tidak bisa dilarang, jadi Mama berikan saja pelajaran pada gadis itu, agar ia segera sadar!" ungkap Siska.
Rey berdecak kesal dan memilih pergi ke kantor tanpa sarapan.
-
Gedung Arta Fashion
Tanpa sengaja Rey dan Clarissa bertemu saat berpapasan jalan, melihat pria itu ia dan Yuna mempercepat langkahnya.
Mengetahui Clarissa menghindari dirinya, Rey juga mengikuti langkah keduanya dengan cepat. "Rissa, aku ingin bicara padamu!"
Yuna menghentikan langkahnya dan menghadang Rey, sementara itu Clarissa mempercepat langkah kakinya ke ruangan tamu khusus Presdir. "Maaf, Tuan Rey. Artis saya menolak berbicara pada anda!"
"Aku ingin berbicara sebentar saja dengan dia!" ucap Rey.
"Tidak bisa, Tuan!"
-
-
Yuna menunggu di lobi lantai bawah, sementara Clarissa sedang mengobrol berdua dengan Devan di ruangan khusus tamunya.
"Ada hal apa Tuan memanggilku di sini?" tanya Clarissa.
"Ini tentang Rey!" jawab Devan. Ia duduk di sofa tamu tanpa menatap Clarissa.
"Kenapa dengan dia?" Clarissa melipat tangannya, menyandarkan tubuhnya di sofa dan menyilangkan kakinya.
"Jauhi dia!" Tetap membuang wajahnya.
"Dia yang mengejarku," ucap Clarissa santai.
"Aku tidak mau kedekatan kalian itu menjadi konsumsi publik," ujar Devan mengarahkan pandangannya pada sang artis.
Clarissa menutup mulutnya dan tertawa.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Devan.
"Tuan Devan, saya ini artis. Kau tahu bagaimana, kan? Aku jalan dengan seorang pria saja sudah dijadikan berita," ungkap Clarissa.
"Tapi aku tidak mau berita yang kau buat itu menurunkan penjualan kita," ucap Devan.
"Yang buat berita bukan saya, Tuan. Tapi para wartawan itu," ujar Clarissa.
"Tapi kalau kau bisa menjaga sikap pasti tidak akan berita buruk. Beruntung kejadian kemarin, media tidak ada yang tahu," tutur Devan
"Sikap saya yang mana dapat merugikan perusahaan anda?" Clarissa menurunkan kakinya yang satu dan duduk dengan tegak.
"Coba kau menolak Rey, pasti kejadian kemarin tidak akan terulang," jawab Devan kembali membuang wajahnya.
"Jadi menurut anda, saya menggoda dia. Bukankah anda sendiri yang mendekatkan kami?" Clarissa mengingatkan kembali Devan saat pria itu dengan sengaja mengajak makan malam dirinya, namun malah Rey yang datang.
"Kau bisa menolaknya, kan?" Devan tak mau disalahkan.
"Kalau tahu tentunya saya menolaknya," jawab Clarissa.
"Jadi, kau berharap aku yang datang," ceplos Devan.
"Iya, saya berharap anda yang datang," ucap Clarissa menekankan kata-katanya.
Devan menarik sudut bibirnya, ia menatap sinis Clarissa. "Apa sebegitu menariknya diriku di matamu?" tanyanya.
"Ya, anda sangat menarik!" Clarissa menunjukkan wajah manisnya.
"Wanita sepertimu ini pastinya hanya mengejar pria kaya saja," tuding Devan.
Clarissa berdiri dan melangkah pelan sambil mengurai rambutnya yang panjang, ia menampilkan senyum yang menawan dan menggoda. "Apa kau tidak tertarik padaku?"
Devan segera berdiri dan memundurkan langkahnya. "Rissa, jangan macam-macam denganku!" sentaknya. Keringat mulai bercucuran di dahinya.
Clarissa menghentikan langkahnya dan tergelak. "Aku tidak mungkin senekat itu!"
Devan mengambil tisu di atas meja dengan cepat dan mengelap keringatnya.
Clarissa memutar tubuhnya dan kembali duduk. "Apa aku begitu hina?" tanyanya menghembuskan nafas kasarnya. "Hanya Yuna dan Tina yang selalu ada untukku yang lainnya menjauhiku karena mereka berpikir aku seperti Ibu," lanjutnya bercerita dengan mata berkaca-kaca.
Devan menyodorkan tisu kepada Clarissa.
"Terima kasih," ucap Clarissa.
"Kau boleh pergi, aku akan memberikan tiket liburan untukmu!" ujar Devan.
"Bolehkah kalau tiketnya ditukar dalam bentuk uang?" pintanya.
Devan menoleh dengan cepat, meminta jawaban wanita itu.
Clarissa tersenyum nyengir. "Tiketnya cuma satu untuk apa aku liburan sendiri. Jika bersama anda, aku mau!"
"Tapi aku tidak mau berlibur denganmu," ucap Devan menolaknya.
"Semua pria menginginkan berlibur dengan ku," Clarissa sengaja mengucapkan itu.
"Aku tidak tertarik denganmu Nona Clarissa!" Devan menekankan kata-katanya.
"Benarkah?"
"Ya."
"Baiklah, kalau anda tidak mau. Saya akan pergi dengan Rey saja," ucap Clarissa berdiri dan ingin melangkah.
"Baiklah, tiket liburanmu aku ganti dengan uang!" Devan menghentikan langkah Clarissa.
Clarissa melangkahkan kakinya mendekati Devan.
"Hei, kau mau apa?" tanya Devan gemetaran.
"Terima kasih, Tuan!" Clarissa menundukkan sedikit kepalanya sambil tersenyum, ia pun berlalu meninggalkan ruangan.
Devan yang gemetaran terduduk di sofa sambil memegang dadanya.
Clarissa keluar dari ruangan dengan tersenyum senang menghampiri temannya yang menunggu. "Aku mendapatkan bonus!" ucapnya pelan.
"Wah, asyik!" sahut Yuna. "Memangnya apa bonusnya?" tanyanya.
"Ayo, kita pulang. Nanti ku ceritakan!" ajak Clarissa. Mereka pun meninggalkan Arta Fashion.
Selama perjalanan pulang Clarissa menjelaskan tentang Rey dan bonus yang ia terima.
"Kenapa tidak kau ambil saja tiket itu?" tanya Yuna.
"Kalian tidak bisa ikut untuk apa," jawab Clarissa.
"Mungkin saja perginya kalian berdua," tebak Yuna.
"Kalau dia mau, tentunya aku menerimanya," ucap Clarissa.
"Tapi ngomong-ngomong usul Tina kemarin agar kau mendekati Presdir cukup berhasil juga," ujar Yuna.
"Tapi sekarang aku benar-benar menyukainya, Yuna!"
"Tapi dia tidak menyukaimu, jangan beri hatimu untuk pria yang tidak tulus," ucap Yuna menasehati.
"Sudah terlanjur, bagaimana ini?" Clarissa memegang dadanya dan tersenyum menunjukkan wajah polosnya.
"Buang sekarang!" jawab Yuna. Mereka berdua tertawa bersama.
...----------------...
Selamat Membaca 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments