"Ternyata wajah Pangeran yang asli tampan juga ya."
"Benar, bekas lukanya membuat wajah Pangeran terlihat kejam dan mengerikan."
Pelayan saling bergosip di istana Constain. Tanpa sadar, orang yang dibicarakan mendengar percakapan mereka. Ian berdeham hingga terdengar ke telinga pelayan yang bergosip itu. Pelayan-pelayan yang terpegoki menunduk lalu segera kembali mengerjakan tugas bebersih.
Bibir Ian melengkung. Ia tidak perlu dipandang jijik atau pun dikasihani lagi karena bekas lukanya. Dengan bangga ia dapat berjalan-jalan di istana dan bertemu dengan siapa pun.
Semua ini berkat ajaran dari Julliane. Semula Ian pergi ke pesta debutante hanya untuk menyelamatinya, tetapi pulang dari sana ia mendapat pelajaran baru. Pelajaran yang sangat berguna baginya.
Penyesalan saat datang ke debutante berubah menjadi rasa syukur. Kebahagiaan yang disegel ketat berhasil terlepas kembali.
Ian melanjutkan perjalanannya menuju lapangan latihan. Ia berlatih sampai semua keringatnya bercucuran. Dari kejauhan gadis-gadis bangsawan mengamati pangeran dari balik pilar. Terlena karena ketampanan dan kekerenan Ian, ada beberapa yang pingsan.
Ian merasa kesal akan gangguan ini. Tangannya meraih handuk, menyeka seluruh keringat di wajahnya. Bekas lukanya terpampang kembali. Mata Ian berkilat-kilat menatap gadis-gadis itu. Gadis-gadis bangsawan itu terkesiap. Mereka kabur begitu melihat wajah asli Ian.
Ian tidak menyukai gadis-gadis bangsawan itu. Dari merekalah rumor buruk tentang dirinya tersebar. Mereka datang ke sini karena memerlukan topik baru untuk dibicarakan.
Namun, ada satu yang masih bertahan. Gadis itu mulai keluar dari tempat persembunyiannya, mendekati Ian. Wajah gadis itu merah merona.
Gadis itu memberi salam kepada Ian. Ian menerima salamnya karena keberanian gadis ini. Ia menghormati setiap orang yang tidak lari dan merasa jijik begitu melihat wajah aslinya.
"Kenapa Anda masih di sini, Nona?" tanya Ian.
"Saya menyukai Pangeran. Apakah Pangeran ingin berkencan dengan saya?" Gadis itu menatap Ian lekat-lekat.
"Maafkan saya, Nona. Saya tidak bisa menerima perasaan Anda. Terima kasih karena telah menyukai saya. Semoga Anda dapat bertemu dengan orang yang mencintai Anda," tolak Ian dengan lembut.
Air mata membasahi pipi gadis itu. Gadis itu menatap Ian dengan tatapan terluka. Gadis itu segera berbalik, pergi meninggalkan Ian.
Gadis itu dianggap sebagai angin lalu bagi Ian. Tak ada yang menarik hatinya selama ini. Semua gadis sama saja menurut Ian, manja, banyak maunya dan cengeng.
Ian melangkah ke kamarnya menutup bekas lukanya kembali. Suara ketukan pintu terdengar.
Seorang pelayan masuk sambil menunduk hormat. "Ada surat untuk Anda, Pangeran."
'Pasti dari gadis-gadis yang ingin menemuiku. Ini menyebalkan,' batin Ian.
"Terima kasih, kamu bisa kembali." Ian menerima surat itu. Pelayan itu keluar.
Begitu sendirian, Ian mengamati surat itu. Lebih tepatnya, segel lilin yang tertera di amplop berwarna kuning itu. Setelah menyadari orang yang mengirim surat itu, ia segera membukanya.
Kata demi kata ia baca. Bibirnya tersenyum. Niat sebenarnya dari surat ini dapat ditangkap oleh Ian. Julliane meminta bantuannya dengan dalih membantu Ian membalas Beckett.
'Sungguh pandai merangkai kata-kata.'
Ian meraih pena menuliskan balasan untuk Julliane. Ia akan ke Kerajaan Yuvinere, membalas penghinaan pada dirinya di pesta. Alasan sebenarnya adalah Ian ingin bertemu dengan Julliane lagi.
Ian bangkit menuju ruang kerja Raja. Raja yang berkutat dengan dokumen-dokumen negara menghentikan pekerjaannya begitu melihat putranya datang. Ratu yang sedang berkunjung di ruang kerja Raja, segera menoleh ke arah Ian. Mereka berdua tersenyum melihat Putra tersayang mereka yang tidak bersedih lagi.
"Salam kepada Raja dan Ratu." Ian menunduk hormat pada orang tuanya.
"Tidak perlu seformal itu, Ian. Duduklah, apa yang ingin kamu bicarakan?" Raja berdiri, menuju kursi di samping istrinya. Ia ingin melihat putranya lebih dekat.
Ian segera duduk di hadapan ayah dan ibunya. Tanpa basa-basi ia menyatakan tujuannya. "Aku ingin berkunjung ke Kerajaan Yuvinere, Ayah, Ibu."
Raja segera mengepalkan tangannya dengan erat, menahan amarahnya. "Untuk apa? Apa yang kunjunganmu sebelumnya masih belum cukup? Kami melarangmu sebelumnya tetapi kamu tetap pergi. Mereka sangat lancang dan tidak tahu terima kasih. Aku tidak setuju."
Benar, Ian pergi diam-diam ke Kerajaan Yuvinere karena penasaran dengan sikap Julliane padanya. Apakah Julliane masih takut dan membencinya? Ataukah malah melupakan Ian? Tidak ada yang benar. Julliane malah mendekatinya berusaha menghiburnya, bahkan membuatnya serasa hidup kembali.
"Ibu juga tidak setuju, Ian. Niat baikmu untuk menyelamati Putri Pertama dan Kedua malah dibalas dengan hinaan dan caci maki. Pasti kunjunganmu kali ini akan sama saja," timpal Ratu.
"Tidak kali ini pasti akan berbeda. Julliane berada di pihakku."
"Putri yang membuat wajahmu terluka? Dia bahkan tidak mau melihatmu saat kamu sedang kritis. Aku tidak akan mengizinkanmu." Raja tetap bersikukuh pada pendiriannya.
"Dia sudah berubah Ayah. Dialah orang yang mengajariku menutupi bekas lukaku."
"Bagaimana jika dia mempunyai niat tersembunyi, Ian?" tanya Ratu khawatir.
"Itu tidak mungkin, Ibu. Jika dugaanku salah aku akan segera kembali. Aku hanya ingin membalas orang-orang yang menghinaku. Setelah kembali aku berjanji akan setuju menjadi Putra Mahkota."
Ian selalu menunda penobatannya sebagai Putra Mahkota. Ketidak percayadirian menggerogoti hatinya. Ia takut akan pendapat rakyat tentang Raja masa depan yang buruk rupa. Semua itu tidak penting lagi, ia sudah tahu cara untuk jalan keluar dari masalah-masalah itu.
Raja dan Ratu saling bertatapan. Lalu menoleh ke arah Ian. Mereka merasa tidak bisa menang dari Ian. Mereka bingung sifat keras kepalanya ini berasal dari siapa.
"Baiklah sebulan saja. Kalau kamu sudah tidak betah berada di sana segera pulanglah," ujar Raja mengalah.
"Baik, terima kasih, Ayah, Ibu." Ian tersenyum lalu berpamitan. Ia segera mengirimkan surat balasan Julliane.
Dengan semangat Ian mempersiapkan semuanya. Keesokan harinya ia berangkat dengan kereta kuda. Raja dan Ratu melepas kepergian Sang Pangeran dengan berat hati. Ian menatap keluar jendela. Ia tidak sabar bertemu dengan Julliane.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Naraa 🌻
Kayaknya Ian ini yg cinta sejati Julie
2023-06-03
2
nia kurniawati
makin seru
2022-05-19
1
Lee
Mampir lgi ya kak othor.
2022-04-01
1