Julliane menghitung jumlah orang yang berkerumun di gerbang. Semua jarinya termasuk jari kaki tidak mampu menghitung orang-orang itu. Jumlah surat yang diterimanya tidak sebanding dengan orang yang berdiri di luar gerbang. Sungguh lancang bila datang tanpa pemberitahuan sebelumnya ke istana. Kemungkinan orang-orang itu ada yang ingin bertemu dengan Ellaine.
"Bukankah kamu bilang kalau debutantemu dan Ellaine kacau?" tanya Letta.
"Memang benar. Ian Constain datang ke sini lalu terjadi keributan," jelas Julliane yang masih memandang lautan manusia.
"Bisa dibilang debutante kalian berhasil. Manusia-manusia itu siapa yang ingin kamu temui duluan?"
"Entahlah aku tidak tahu."
"Kalau tidak mendesak, jangan pernah memanggilku." Letta memasang raut muka jijik sambil memandang manusia-manusia yang seperti lalat pengganggu.
Sifat Raja Roh menurun pada roh-roh lain. Mereka tidak menyukai manusia. Bagi mereka manusia hanyalah makhluk lemah yang meminta bantuan mereka. Namun, mereka akan setia dan menjadi teman dengan manusia yang dapat memanggil roh. Hal itu dikarenakan, manusia yang bisa memanggil roh memiliki hati yang murni.
"Baik, Letta."
Letta menghilang dari bahu Julliane. Suara helaan napas Julliane terdengar keras. Ia menepuk-nepuk pipinya untuk menyemangati dirinya. Kakinya melangkah menuju lautan manusia itu. Sayembara Ellaine dimulai sesaat setelah pesta debutantenya. Pastinya ia juga merasa lelah harus menemui orang-orang sebanyak ini setiap hari.
Beckett menerjang orang-orang yang ada di sana hingga berdiri paling depan. Ia menyapa Julliane pertama kali. "Selamat pagi, Putri Julliane. Kita pernah berdansa sebelumnya, apakah Anda ingin menghabiskan waktu dengan Saya?"
Orang-orang lain mengikutinya. Mereka saling berdesakan di depan Julliane. Julliane merasa lelah mendengar orang yang berbicara seperti nyamuk yang berdengung. Darahnya naik sampai ke ubun-ubun.
"Hentikan!" teriak Julliane.
Sontak bangsawan yang ada di sana terkesiap mendengar kemarahan Putri Pertama. Mereka langsung terdiam. Julliane menatap tajam mereka semua.
"Aku hanya akan bertemu dengan tiga orang tercepat sampai ke depan istana. Jadi berjuanglah. Lombanya dimulai dari sekarang." Julliane memberi aba-aba sambil berlalu.
Mereka semua berlarian. Beberapa saling menjatuhkan satu sama lain. Ada yang tersandung hingga membuat orang yang dibelakangnya terjatuh. Ada juga yang tidak tertarik malah berlarian dengan santai.
Orang yang sampai di depan istana duluan adalah Beckett, Kyler dan Lionel. Sesuai perkiraan Julliane karena mereka adalah kandidat tokoh utama. Keringat mereka bercucuran. Ketiganya terlihat tampan.
Julliane segera membuyarkan lamunannya. Ia berpidato di depan mereka semua. "Mulai besok, aku akan bertemu dengan orang yang kubalas suratnya. Jangan pernah datang menemuiku kalau tidak diundang. Kalian akan kupermalukan jika berani-berani melanggarnya," ancam Julliane.
Bangsawan-bangsawan yang gagal pulang dengan kecewa. Namun, beberapa dari mereka menyatu dengan kumpulan manusia yang ingin bertemu dengan Ellaine. Julliane akan mengingat wajah orang-orang yang mudah berpaling itu.
Kepala Julliane mengarah pada ketiga kandidat tokoh utama. Senyumnya merekah. "Saya akan menemui Pangeran Beckett terlebih dahulu, Duke Orsin, dan Tuan muda Crowley secara berurutan. Mohon menunggu dengan sabar."
"Terima kasih, Putri Julliane." Beckett menyodorkan lengannya agar Julliane menggandengnya.
Meski sempat terkejut, Julliane merangkul lengan Beckett. Mereka berbincang-bincang di taman istana ditemani oleh pelayan.
"Tolong bawakan camilan dan teh," pinta Beckett pada pelayan.
Julliane mengernyitkan dahi.
Bukannya seharusnya aku yang memintanya? Kenapa dia malah mendahuluiku?
"Oh ya, tolong bilang pada pengawalku untuk membawakan barang dari kereta kudaku," tambah Beckett pada pelayan tadi sebelum pergi.
Pelayan itu menuruti perintah Beckett meski bukan majikannya. Dikarenakan Beckett adalah pangeran dari negeri lain yang harus dihormati.
Beckett tersenyum ke arah Julliane. Dengan terpaksa Julliane membalasnya. Tak lama teh dan camilan datang begitu pula barang yang diminta Beckett. Ternyata sebuah buket bunga.
"Terimalah ini, Putri Julliane." Beckett menyerahkan buket itu sambil bersujud.
Julliane menerimanya dengan malu-malu. Rasa kesalnya mulai berkurang. "Terima kasih, Pangeran Beckett."
Namun, parameter kesalnya naik kembali. "Tolong suapi aku, Putri Julliane." Beckett membuka mulutnya lebar-lebar.
Apa-apaan pangeran ini? Kenapa manja sekali?
"Maaf Pangeran, waktu Anda sudah habis. Aku harus bertemu dengan tamu lain. Anda bisa bertemu denganku esok hari," tolak Julliane dengan halus.
Sebenarnya ia ingin menjejalkan semua camilan itu ke mulutnya, tetapi diurungkan karena statusnya sebagai putri kerajaan. Beckett berpamitan pulang tanpa mengeluh.
Julliane meminta pelayan memanggil Kyler. Tak lama, Kyler datang. Pelayan yang diminta memanggil Kyler, mengikutinya dalam jarak yang cukup jauh karena merasa takut.
Kyler duduk hingga membuat suara hentakan yang keras. Sorot matanya menunjukkan kekesalan.
"Maaf karena membuat Anda menunggu, Duke Orsin," ucap Julliane untuk menenanglan Kyler.
"Benar Anda membuat saya menunggu. Seharusnya Putri Julliane mendahulukan saya yang berasal dari Kerajaan ini," ujar Kyler geram. Kyler bersendekap sama sekali tidak melihat Putri Pertama yang ada di hadapannya.
Julliane mengatur napasnya untuk menenangkan diri. "Sekali lagi maaf, Duke Orsin. Anda bisa memakan camilan ini."
"Saya tidak mau makan makanan yang sama dengan pangeran tadi. Bawakan yang baru," jawab Kyler ketus.
Kasar sekali orang ini. Tiba-tiba marah-marah. Kenapa dulu aku bisa memfavoritkan Kyler?
Meski begitu Julliane tetap meladeninya. Kyler memakan semua camilan baru sampai habis lalu pulang tanpa sepatah kata pun. Julliane mengepalkan tangannya dengan erat. Meminta pelayan memanggil orang terakhir.
Semoga sikap Lionel lebih normal.
Lionel datang dengan senyum lembutnya. Ia duduk dengan perlahan. Sungguh sikap seorang bangsawan. Napas lega terhembus dari hidung Julliane.
"Maaf, apakah Anda menunggu lama Tuan Muda Crowley?"
"Tidak Putri Julliane, Anda bisa memanggil saya Lioney saja."
"Baiklah, Lioney."
"Apa Anda suka permata Putri? Saya membawakan permata seharga ratusan ribu koin emas. Permata ini berasal dari tambang saya. Bukan cuma itu, saya juga mempunyai banyak mutiara yang indah."
Mata Julliane berkedut.
Kali ini orang yang suka pamer. Apakah tidak ada orang yang normal di dunia ini?
"Begitu ya, terima kasih." Senyum palsu disunggingkan Julliane.
Mereka berbincang-bincang tetapi tidak ada satu pun yang diingat Julliane. Lioney hanya membicarakan semua kekayaannya. Begitu Lioney pergi Julliane mendesah berat. Kelakuan ketiga kandidat tokoh utama ternyata sangat buruk.
Julliane beristirahat di kamarnya menggerutu sambil memegangi kepalanya.
“Argh…”
Sifat mereka tidak seperti di novel. Apa memang dunia ini berbeda dengan novel?
Suara ketukan pintu terdengar. Pelayan masuk dengan raut muka yang tidak karuan. Wajahnya penuh keringat dan napasnya pendek-pendek.
“Tuan Putri, Putri Ellaine diculik.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mentari.f.v
Semangat thor 💪
salam 3 Serangkai 😁
2022-04-26
1
Aerik_chan
Langsung membayangkn btapa tampannya Ian...
jangan lupa mampir " Presdir Kamu Akan Menyesal"
2022-03-19
1