Ketika Istriku Menyerah

Ketika Istriku Menyerah

Krisan Menuggu Hujan

...Apa cinta adalah sebuah pengorbanan? Aku tidak meyakininya. Tapi menjalani dalam senyuman......

...Atau lebih tepatnya pura-pura tersenyum......

Krisan...

Berasal dari panti asuhan yang sama, besar dan tumbuh perlahan tanpa orang tua, namun memiliki rupa tidak serasi begitulah mereka.

Krisan dan Rain, nama tidak secantik rupanya, bunga Krisan yang indah, berbeda dengan gadis bernama Krisan. Seorang gadis yang memiliki rupa kurang menarik, kulitnya kusam, rambut yang kurang terawat.

Pemuda yang dicintainya? Itulah Rain, pemuda rupawan, cerdas yang tengah bermain basket mendapatkan sorakan dari semua orang. Tidak ada satupun ulang tahun Rain yang dilupakannya. Termasuk hari ini, gadis itu membawa sebuah kue ulang tahun menggunakan seluruh tabungannya dari hasil bekerja paruh waktu. Di hari kelulusan mereka ketika SMU, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2012...

"Rain, aku menyukaimu..." ucapnya mendapatkan sorakan dari semua orang. Mulai mencibir seorang gadis yang tidak melihat cermin, tidak melihat tinggi rendah. Menyatakan perasaannya pada pemuda yang memiliki rupa dan kecerdasan yang sempurna.

"Krisan akan ditolak..."

"Wanita tidak tau diri..."

"Beruntung jika Rain tidak melempar kue ke wajahnya..."

Aku mempermalukan Rain lagi ... air mata gadis polos itu mengalir.

Namun tanpa diduga, Rain menariknya dari lapangan basket. Membawanya ke kelas kosong yang lebih sepi.

"Rain?" dirinya bagaikan bertanya menatap sorot mata tajam pemuda di hadapannya.

"Kue ini, aku terima, jangan melakukan hal itu lagi..." ucapnya masih menatap tajam.

"Ja... jadi kita pacaran?" tanyanya, dijawab hanya dengan anggukan oleh Rain pemuda yang tidak pernah membalas kata-katanya, untuk mengatakan mencintainya juga.

Dengan cepat Krisan memeluk tubuh tinggi Rain, menyambut perasaan bahagianya. Satu-satunya tempatnya bersandar di masa kecilnya yang hanya bagaikan berdua dengannya, hingga sekarang mereka beranjak dewasa. Orang tua, saudara, teman dan kekasih itulah Rain baginya.

"Lepas ..." Rain melepaskan pelukan Krisan. "Aku harus kembali bermain basket,"ucapnya berjalan cepat meninggalkan ruangan kelas yang kosong tanpa satu orangpun di sana.

"Dia mau jadi pacarku!!" Krisan berteriak melompat-lompat kegirangan.

Kebahagiaan yang indah baginya, tidak menyadari ucapan 'Aku mencintaimu juga' tidak berbalas oleh Rain.

Hingga dua tahun berlalu...

Kampus biasa yang tidak begitu elite, tempat mereka meneruskan pendidikan selama ini, Krisan tidak pernah berubah, mencintai Rain sebagai satu-satunya orang di hatinya. Satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

Pemuda yang selalu dikagumi semua orang karena kecerdasan dan wajahnya yang rupawan. "Ini..." ucap Krisan menyodorkan handuk kecil.

"Mana airnya?" Rain menadahkan tangannya.

"Maaf aku lupa..." Krisan segera berlari ke kantin dengan cepat, wajahnya tetap tersenyum berusaha agar Rain yang menyatakan cintanya sekali saja.

Dengan napas terengah-engah, Krisan menyodorkan botol air mineral dingin padanya."Ini airnya..."

Rain meraihnya, meminumnya dengan cepat. Sedikit melirik ke arah Krisan entah apa yang menarik perhatiannya.

Hingga satu pertanyaan keluar dari gadis itu,"Rain saat akan lulus SMU, kamu sempat mendapatkan beasiswa ke luar negeri yang diajukan guru. Kenapa tidak mengambilnya?" tanyanya.

Rain menghela napas kasar,"Otakmu bodoh ya!? Aku yang tidak mengambil beasiswa!! Kenapa kamu yang mengurusi hidupku!!"

Krisan tertunduk mengepalkan tangannya, tidak ada kata-kata manis selama menjalani hubungan dengan Rain. Bahkan dari dulu, namun hanya Rain miliknya, satu-satunya keluarganya.

Pemuda itu terdiam sejenak,"Aku menolak beasiswa, karena ingin menjadi pemain basket..." ucapnya menatap ke arah lapangan.

Sang gadis menoleh ke arah kekasihnya,"Jadi itu cita-citamu. Aku akan mempertaruhkan hidupku untuk mewujudkannya..."

Kata seorang gadis muda, gadis yang mungkin akan menyesali semua kata-katanya.

***

Beberapa bulan berlalu, Krisan mengemasi barang-barang di lokernya satu persatu dimasukkannya ke dalam kotak kardus.

"Kamu berhenti kuliah?" Rain yang baru datang berlari menatap kekasihnya.

Krisan mengepalkan tangannya, tersenyum pada Rain."Iya, kita tidak mendapatkan beasiswa, tidak memiliki orang tua. Jadi aku akan mengalah. Aku akan menambah perkerjaan paruh waktuku, supaya kamu bisa kuliah. Akan menggantungkan hidupku padamu ketika kamu wisuda nanti... jadi belajarlah dengan baik..." ucapnya berjalan sembari tertunduk, menelusuri lorong.

Mengubur semua harapan dan cita-citanya. Namun, tidaklah mengapa karena Rain adalah hidupnya. Satu-satunya hal yang anak yatim sepertinya miliki.

Hingga kata-kata itu terdengar juga,"Aku akan membahagiakanmu..." suara Rain terdengar dari belakang tubuhnya yang menelusuri lorong membawa buku-buku perkuliahannya.

***

Aku mencintaimu...Tapi bagaimana dirimu? Samakah dengan perasaanku? Namun, aku adalah bunga Krisan yang akan tersenyum menerima terpaan hujan (Rain) yang aku cintai...

Tahun demi tahun berlalu, pasangan kekasih yang perlahan menjalin ikatan yang disebut dengan pernikahan. Bukan rumah mewah, hanya rumah biasa, terkadang atapnya bocor. Tapi itu semua tidak masalah baginya. Karena Rain ada bersamanya.

Bahkan kala sepasang cincin pernikahan mereka harus dijual untuk tambahan uang pembelian rumah, juga tidaklah mengapa.

Sudah beberapa tahun pernikahan mereka, kini Rain menjabat sebagai supervisor sebuah perusahaan Asing. Gaji yang didapatkannya? Cukup besar, namun semua itu ditabung oleh Krisan tidak berdandan, hanya memakai pakaian seadanya. Tidak ingin membebani punggung suaminya yang kelelahan bekerja.

Menabung sedikit demi sedikit untuk buah hati mereka. Buah hati? Krisan tengah mengandung, sesuatu yang belum dikatakannya pada Rain.

Pemuda itu datang dari tempatnya bekerja,"Krisan!!" panggilnya melonggarkan dasinya, melempar tas kerjanya ke sembarang arah.

"Iya..." Krisan yang baru datang dari pekerjaannya sebagai kasir swalayan, segera keluar dari dapur.

"Lepaskan dasi dan sepatuku," ucap Rain sembari memainkan game di handphonenya.

Krisan menghela napas kasar, melepaskan dasi dan sepatu suaminya... Suatu saat nanti dia akan lebih dewasa dan mandiri... harapannya.

Sepatu, dasi dan tas dibawanya ke kamar, kemudian kembali memasak ke dapur. Beberapa puluh menit berlalu, dengan memakai seragam kasir Krisan menyajikan beberapa jenis makanan diatas meja. Sayur sup dengan sayap ayam, serta tahu dan tempe.

"Kenapa cuma ini!! Apa uang bulanan yang aku berikan terlalu sedikit!?" Rain membentak dirinya. Menatap tajam padanya.

"Bu... bukannya begitu mulai sekarang kita harus berhemat. Gajimu aku tabung sepenuhnya, gajiku sebagai kasir untuk keperluan sehari-hari..." Krisan tertunduk menjelaskan.

"Kamu tidak cukup dengan uang bulanan yang aku berikan. Jika begitu, setiap malam lebih baik aku..." kata-kata Rain terhenti.

Krisan menggeleng padanya,"Karena kita akan segera tinggal bertiga, banyak keperluan yang harus dibeli...aku hamil..."

"Kamu hamil?" Rain tersenyum, memeluk tubuhnya,"Kita tidak akan tinggal berdua lagi, anggota keluarga kita bertambah..." air mata Rain mengalir dalam tawa kebahagiaannya.

***

Ada satu titik, dimana aku merasa tidak pantas bersanding denganmu... Begitu juga dirimu yang mungkin merasakan hal yang sama...

Satu titik dimana aku masih mencintaimu, namun hatimu mungkin... jenuh....

Perut Krisan semakin membuncit kini kandungannya menginjak bulan ke tujuh. Anak adalah rezeki? Mungkin istilah itu benar kala Rain diangkat menjadi manager marketing.

Perayaan kecil-kecilan diadakan, hanya mengundang beberapa staf makan bersama. Krisan menyiapkan hidangannya seorang diri, menghidangkannya satu-persatu.

Daster lusuh dipergunakannya, sibuk di dapur sedari tadi. Rambut diikatnya sembarang, namun wajah berminyaknya tetap berusaha tersenyum.

Hingga ada kata-kata yang tidak sengaja didengarnya...

"Rain, kenapa mempekerjakan pembantu hamil?" salah seorang teman kantornya berucap.

"Dia istriku..." Rain menjawab, wajah Krisan perlahan tersenyum hanya dengan kata-kata diakui sebagai istri.

"Istri? Aku kira pembantu, badanmu bagus, wajah mengalahkan artis, jabatan manager. Aku kira istrimu cantik bodynya bagus. Tapi malah seperti pembantu, kain kucel..." cibirnya.

"Mungkin aku kena pelet..." Rain tertawa, bagaikan bergurau dengan rekan kerjanya.

Sedangkan Krisan kembali ke dapur, air matanya mengalir tidak terkendali. Hal yang ada di fikirannya? Dirinya memang tidak pantas untuk Rain. Dirinyalah yang pertama menyatakan cinta, dirinya juga menjalani perasaan ini. Namun, Rain tetaplah satu-satunya dalam hidupnya, menjadi tujuan hidupnya.

***

Ada kala dimana aku ingin mengorbankan segalanya untukmu. Tidak tega menatap punggungmu yang kelelahan. Namun, sebuah pengorbanan yang hanya berakhir dengan kesia-siaan.

Malam mulai menjelang, semua tamu telah pergi. Rain berjalan menghampirinya yang berada di kamar, menggeledah lemari, melempar satu-persatu pakaian yang berada di sana. Tidak banyak pakaian hanya delapan potong daster dan beberapa pakaian santai yang sudah tidak muat di tubuh Krisan.

"Kamu mau mempermalukanku!?" bentaknya dengan intonasi tinggi."Seorang manager tidak bisa membeli pakaian untuk istrinya!!"

"Ma... maaf...tapi aku hanya ingin mempersiapkan lebih banyak untuk anak kita nanti!!" ucap Krisan hampir menitikan air matanya.

Rain memijit pelipisnya sendiri, berjalan ke tempat tidur, untuk pertama kalinya memunggungi istrinya.

Krisan perlahan bergerak, memeluk tubuh suaminya dari belakang,"Maaf...Aku mencintaimu," ucapnya lirih. Namun, Rain tidak bicara apapun berjalan meninggalkannya menepis jemari tangan yang memeluknya. Meraih bantal, memutuskan untuk tidur di ruang tengah.

Sakit? Tentu saja, untuk pertama kalinya Rain tidur terpisah dengannya. Beberapa jam berlalu, hari semakin larut.

Krisan mulai berjalan menuju ruang tengah, membawa sebuah selimut. Layar phonecell suaminya nampak bersinar berbunyi beberapa kali tanda ada pesan yang masuk. Entah dari siapa.

Wanita hamil itu, menyelimuti tubuh suaminya yang nampak kelelahan. Mengecup keningnya,"Aku mencintaimu..." ucapnya untuk kesekian kalinya. Meninggalkan Rain satu-satunya miliknya kembali ke dalam kamar.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Evi Marena

Evi Marena

baru baca smpi part ini,tp hati q rasanya sudah seperti dicubit dgn sikap Rian😔

2024-08-05

0

Royani Arofat

Royani Arofat

mungkin karna dibesarkan d panti asuhan dg ekonomi terbatas makanya krisan spt itu.tp menurutku kurang bijak,harus nya kamu jg merawat diri.toh suamimu bertanggung jawab menafkahi.kl kamu bisa merawat diri akan lbh baik.tidakkah kau takut pelakor di luar sana banyak???

2023-11-09

1

ρʝ OFF ¢ᖱ'D⃤ ̐

ρʝ OFF ¢ᖱ'D⃤ ̐

mampir ka

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!