Angkutan umum dinaikinya, tidak beristirahat sama sekali usai perjalanan panjangnya. Hanya Randy yang kini ada di fikirannya, anak yang ditinggalkannya untuk mengejar sebuah kesuksesan.
Uang yang ada di tabungannya seakan tidak berguna lagi, ibu yang dicintainya telah meninggal. Banyak yang Mansur ceritakan sebelum dirinya pergi ke rumah Salma.
Randy yang putus sekolah, berkebun dan mencari kayu bakar setiap hari bersama Warijah. Hingga terkadang menahan laparnya kala hutang di warung telah menumpuk dan tidak ada singkong yang dapat dipanen.
Mansur dan beberapa tetangga lain sering memberikan nenek dan cucunya itu makanan sisa. Air matanya mengalir saat dirinya dapat memakan nasi berlaukkan tahu, putra dan ibunya harus menerima makanan sisa pemberian tetangga.
Ayah sekaligus anak yang buruk itulah dirinya. Tidak ada saudara-saudara Sakha termasuk Salma yang peduli dengan almarhum Warijah. Dirinya dengan bodoh mengira kakak-kakaknya dan Salma yang tinggal satu desa akan memperhatikan ibu mereka, namun kenyataannya tidak.
Ternyata ini hanya kebohongan dari ibunya. Sebelum dirinya bercerai dengan Melani, setiap pulang kampung Sakha akan memberikan sejumlah uang pada Warijah, walaupun tidak banyak. Namun, hanya setengah yang akan diterima dengan alasan anak-anaknya yang lain termasuk Salma memperhatikannya, merawatnya kala sakit, memberikan makanan dan beras.
'Simpan setengahnya untuk anak dan istrimu, kehidupanmu di kota lebih sulit dari ibu,' itulah kata-kata yang keluar dari mulut ibunya yang mencemaskannya. Saat dirinya tinggal di kota kecil beberapa jam perjalanan dari desa mereka dengan Randy dan Melani dahulu.
Mempercayai bahwa saudara-saudaranya yang tinggal di kampung begitu memperhatikan Warijah sehingga dirinya jarang pulang ke kampung halaman. Tapi berbeda dengan penuturan Mansur, hanya Sakha yang sering memberikan ibunya uang walaupun tinggal di tempat yang jauh. Sedangkan saudara-saudaranya yang lain walau tinggal dekat hampir tidak pernah berkunjung.
"Ibu..." lirihnya dalam penyesalan, menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.
Hanya Randy yang dimilikinya kini putra kebanggaannya yang cerdas. Mungkin putranya benar-benar telah sampai di rumah Melani, itulah harapannya.
Satu-satunya keluarga yang akan menerima kasih sayangnya, mendengar keluh kesahnya. Air mata yang mengalir tiada henti dihapusnya. Menghirup napas dalam-dalam berusaha menenangkan diri, mobil mainan yang dahulu diinginkan putranya diliriknya. Sudah dua tahun tidak bertemu dengan Randy. Apa Randy akan membencinya?
Hingga angkot berhenti di dekat sebuah rumah besar. Kompleks perumahan elite di kota tersebut. Bel rumah ditekannya, berharap wajah putranya akan terlihat. Hingga seorang ART membukakan pintu gerbang rumah.
"Maaf cari siapa?" tanyanya.
Tangan Sakha mengepal perasaan pada mantan istrinya masih ada, dirinya dahulu bahkan keluar dari sekolah penerbangan, hanya untuk menikahi Melani. Ibu kandung dari putranya Randy."Apa Melani ada, saya ingin bertemu dengan putranya..."ucapnya.
Sang ART membukakan pintu, mempersilahkan Sakha masuk. Pria itu mulai dapat tersenyum, tidak ada yang dikatakan oleh sang ART, berarti putranya memang disini.
Minuman mulai disajikan, Sakha duduk di sofa besar yang mungkin berharga mahal. Dengan sabar menunggu Randy, tetang Melani dirinya akan menghargai setiap keputusan sang mantan istri.
Namun, bukan Randy yang turun, tapi anak sambung Melani, seumuran dengan Randy diikuti Melani dan Ari (Suami Melani) yang menggedong bayi berusia sekitar satu dua tahun.
Tangan Sakha gemetar, menatap anak perempuan yang wajahnya mirip dengan suami Melani saat ini. Itu artinya Melani bercerai dengannya dalam keadaan mengandung anak dari hasil perselingkuhannya.
Namun itu tidak penting, dimana Randy? Kenapa tidak turun bersama dengan Melani dan Ari?
"Mau apa kamu kesini!?" tanya Ari menatap tajam, mulai duduk di sofa yang berhadapan dengan Sakha, didampingi istri dan anak-anaknya.
"Aku ingin menemui Randy, menjemputnya untuk tinggal denganku," jawabnya dengan nada suara bergetar, mulai ragu dengan keberadaan putranya di rumah mantan istrinya.
"Alasan! Padahal hanya ingin mengganggu rumah tanggaku kan? Randy tidak ada disini!" cibir Melani tersenyum sinis.
"Tapi Ringgo bilang dia pergi ke sini satu tahun lalu, setelah ibuku meninggal..." ucapnya. Sakit tentu saja, dirinya mulai ketakutan, akan ketidak beradaan putranya.
"Jangan berakting, aku muak pada pria sepertimu yang selalu mencari cara untuk kembali. Bahkan memanfaatkan Randy, untuk kemari..." Melani menatap sinis, merasa kehidupannya yang bergelimang harta telah bahagia kini. Tidak ingin melihat ke belakang, tidak merasa iba atau bersalah pada mantan suami dan putranya.
"Jadi Randy sempat kemari, dimana dia sekarang?" tanya Sakha antusias.
"Jangan mengharapkan dengan memanfaatkan Randy kita dapat kembali bersama. Karena semenjak pengadilan mengetuk palu perceraian kita. Randy bukan lagi putraku..." kata-kata ambigu dari Melani.
"Di... dimana putraku?" pertanyaan yang sama diulangi Sakha, berharap yang ada di fikirannya tidak benar.
"Aku tidak mengijinkannya masuk. Kamu hanya mengirimnya untuk menggagu rumah tanggaku dengan Ari. Tapi dia keras kepala tetap bertahan di gerbang rumah, aku bersyukur ada *njing tetangga yang mengigitnya hingga anak yang hanya kamu manfaatkan, pergi seperti gelandangan..." kata-kata menjijikkan keluar dari mulutnya.
Perasaan cinta selama bertahun-tahun lenyap begitu saja, kandas tanpa sisa. Bahkan Melani terlihat begitu rendah dimatanya saat ini.
Plak...
Satu tamparan dilayangkannya pada wanita yang dulu dicintainya.
"Ini rumahku! Pergi!! Jangan macam-macam kamu! Aku bisa menghubungi petugas kepolisian!!" bentak Ari, mengusir pria di hadapannya.
Sakha tersenyum, "Laporkan, maka kita akan dipenjara bersama-sama. Anak perempuan itu berasal dari perselingkuhan kalian bukan? Dari usianya saat Melani bercerai denganku, dia sudah mengandung anakmu,"
Ari mulai duduk, kehilangan kata-kata. Menatap penuh kebencian ke arah Sakha.
"Putra kita fobia terhadap *njing kamu mengetahuinya bukan!? Maaf salah, Randy hanya putraku..." Sakha meraih koper dan tasnya, hendak pergi,"Aku meninggalkan putraku di kampung agar dapat mengumpulkan banyak uang. Ingin kita kembali bersama, tapi aku berubah fikiran. Bahkan wanita malam yang membuka pahanya demi uang lebih terhormat darimu..."
"Sakha!!" Melani yang kesal, tidak dapat menerima dirinya direndahkan, melempar vas bunga, hampir mengenainya.
"Apa!?" bentak Sakha dengan nada suara tinggi,"Aku akan mengingat ini seumur hidupku. Putra yang aku sayangi dilukai oleh ibunya sendiri!! Aku salah mengatakannya lagi, mantan ibu, kamu sendiri yang tidak mengakui putramu, bukan!?"
Mata Sakha menelisik mengamati rumah mewah yang ditempati mantan istrinya,"Ada saatnya aku akan membalas perlakuanmu pada putraku. Membuatmu mengemis untuk naik ke ranjangku,"
Ari tertawa kecil,"Tidak akan pernah terjadi, orang miskin sepertimu yang hanya bekerja serabutan..."
Namun Sakha hanya tersenyum,"Ini bukan hanya sekedar kata-kata, tapi kutukan untuk ibu yang bahkan membiarkan putranya ketakutan, mengusirnya, menertawakan luka gigitan di tubuh putranya,"
"Wanita yang akan mengemis padaku, menjadi lebih rendah dari wanita penghibur, membuka pakaiannya berharap aku sentuh..." lanjutnya, menyeret kopernya tidak berbalik lagi.
Air matanya mengalir, wanita yang diperjuangkannya untuk kembali, hanyalah wanita keji. Meninggalkan putranya pada ibunya yang renta. Adalah keputusan salah yang dahulu diambil Sakha.
"Randy..." ucapnya dengan nada suara bergetar, air matanya mengalir, membayangkan betapa sakit perasaan putra yang selalu dibanggakannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ana Stenli
kok aku jadi nangis bnget ya part ini😭😭😭😭😭😭
2023-08-11
3
Putri Nunggal
😢😢😢😢ko tega ya ibu macam dia
2022-08-12
2
Putri Nunggal
ibu biadab masa sama anak sendiri gak mau ngakuin
2022-08-12
2