Sepasang Cincin Bagian 4

Tidak disangka olehnya tiba saat dirinya menatap batu nisan dengan nama itu. Tanah pekuburan yang masih basah, air matanya tidak ada henti-hentinya mengalir satu-satunya anggota keluarganya telah pergi. Foto lusuh wanita itu masih terlihat dengan dikelilingi bunga dari rekan kerja supermarket serta rekan kerja Rain di kantornya. Tidak ada yang menyangka ini akan terjadi.

Foto berukuran 5R tersenyum, bagaikan tidak ada tangis di dalam hidupnya. Buket bunga Krisan putih diletakkannya, terisak menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.

"Rain... ikhlaskan..." salah seorang rekan kerjanya, menepuk bahunya.

Ikhlas? Apa dapat semudah itu merelakannya? Dirinya tidak memiliki apa-apa lagi, istri dan calon anaknya telah pergi.

Hingga orang-orang mulai meninggalkannya sendiri. Namun, tidak dengan seseorang, Dara berdiri di belakangnya, diam-diam tersenyum sejenak, dengan payung hitam di tengah hujan gerimis yang menerpa.

"Rain... relakan dia, lupakan dia perlahan. Kamu pasti bisa bangkit..." ucapnya menyentuh bahu Rain seakan ikut berduka.

"Pergi..." kata pertama yang keluar dari mulutnya, dalam isakan tangisannya.

"Rain?" Dara mencoba lebih mendekatinya.

"Pergi... aku tidak butuh jabatan manager dari perusahaan kalian. Apa yang kamu katakan pada Krisan sebelum kematiannya, jika aku tau mungkin aku akan mengirim wanita murahan sepertimu ke neraka..." ucapnya tertunduk, dapat mengira-ngira apa yang terjadi, dari koper yang dibawa Krisan saat kecelakaan.

"Wanita murahan? Aku bisa memecatmu..." kata-kata Dara disela, pemuda itu tetap tertunduk, mengusap foto istrinya.

"Aku menjadi penjilat, mengerjakan semua tugas dengan cepat, bahkan memegang proyek-proyek besar, memberikan keuntungan bagi perusahaan kalian, pura-pura tertawa bersama kalian. Kamu tau untuk apa? Untuk mendapatkan jabatan lebih tinggi, untuk mengumpulkan uang lebih banyak, agar bisa membahagiakannya..." ucapnya tersenyum dalam tangisannya.

"Aku berhenti... besok aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku," lanjutnya.

"Rain?" Dara kembali mendekat.

"Pergi, jangan pernah muncul di kehidupanku lagi. Aku muak melihat wajahmu..." pemuda itu tetap tertunduk, menatap foto almarhum istrinya yang diletakkan di depan batu nisan marmer yang kokoh.

Dara akhirnya berjalan pergi beberapa langkah, mengenyitkan keningnya terlihat kesal."Mencintai orang mati yang buruk rupa? Dasar pria bodoh..." cibirnya, kembali melangkah.

Hujan deras kembali mengguyur, bunga Krisan putih yang diletakkannya mulai dibasahi air hujan yang menerpa. Bunga Krisan yang pada akhirnya menemukan hujan.

"A...aku mencintaimu, maaf tidak pernah mengatakannya... Krisan..." air mata yang bercampur air hujan. Menyertai dirinya yang masih tertunduk berusaha tersenyum di hadapan foto istrinya.

***

Rambutnya masih basah, namun pakaian hitamnya telah berganti. Duduk di sofa seperti kala dirinya baru pulang dari bekerja.

"Krisan... bantu aku..." panggilnya berharap akan ada seseorang yang datang dari dapur. Sudah mengetahui tidak akan ada yang datang, namun tetap saja terlalu merindukannya.

Air matanya tidak ada henti-hentinya mengalir, namun sedikitpun isakan tangisnya tidak terdengar. Diam tanpa ekspresi...

Pemuda itu mulai bangkit, berjalan menuju lemari es, kue moka dengan hiasan yang indah dilihatnya. Perlahan dikeluarkannya, duduk seorang diri di meja makan. Lilin-lilin indah dinyalakannya, hingga sinar-sinar kecil yang indah terlihat dari lilin.

Meja makan yang semula kosong, namun kini tidak. Fatamorgana istrinya, duduk disana, kursi yang biasanya diduduki, wanita hamil yang tersenyum padanya.

"Tolong caci aku. Kamu terlalu sabar menghadapiku, salahkan aku... Krisan. Tinggallah disini, jangan mati, jangan pergi lagi. Karena aku mencintaimu..." lilin itu ditiupnya, bersamaan dengan fatamorgana istrinya menghilang. Kursi itu kembali kosong.

Sendok besar diraihnya, memakan makanan terakhir buatan wanita yang dicintainya. Air matanya mengalir, terisak memakan kue moka yang disukainya. Menghargai setiap krim yang dioleskan Krisan, kue terakhir buatannya.

***

Kamar yang kosong, matanya menelisik tidak ada satu pakaian pun yang tersisa. Semua sudah dirapikan pihak kepolisian, ketika kecelakaan terjadi.

Hingga pandangannya beralih, terdapat buku tabungan dan sepucuk surat diatas meja. Surat yang mulai dibacanya, tulisan terakhir dari Krisan...

'Rain, selamat ulang tahun. Setiap tahun kita selalu merayakannya bersama. Tapi tahun ini mungkin tidak bisa, aku menyerah... karena membuatmu mencintaiku. Itu sulit,'

'Setiap gaji yang kamu berikan, aku menabungnya. Sebenarnya ini untuk anak-anak kita kelak. Namun, mungkin jika kamu menikah dengan Dara nanti, kamu akan lebih memerlukannya untuk anak yang ada dalam kandungannya,'

'Belajarlah untuk mandiri, jalani hidupmu dengan baik. Aku akan merawat malaikat kecil kita dengan baik, menyayangi dan menjaganya. Tidak perlu mencemaskanku,'

'Yang mencintaimu,'

'Krisan'

"Agghhh..." Rain berteriak, mencengkram tulisan tangan terakhir istrinya. Sakit benar-benar menyakitkan rasanya. Tidak memiliki apapun lagi, satu-satunya anggota keluarganya telah menyerah padanya. Krisan yang dicintainya, kini pergi membawa malaikat kecil yang mereka nantikan. Tenang berada di sisi-Nya.

***

Hingga 2 tahun berlalu...

"Terimakasih sudah berkunjung," ucapnya tersenyum, dengan pakaian swalayan tempat dulu Krisan bekerja.

Sepasang cincin yang dulu dipesannya, digunakan sebagai bandul kalung. Penyemangat hidupnya menjalani hari-harinya yang sepi. Tidak bekerja di perusahaan lagi? Bukannya tidak bisa, dirinya terlalu merindukan Krisan, mungkin dengan memakai seragam yang serupa dengan yang dahulu dikenakan Krisan, sedikit rasa rindunya akan terobati.

Peralatan bayi, pakaian yang dipesannya dahulu secara online untuk istrinya, bahkan rumah dan mobil semua disumbangkan pada panti asuhan dan yayasan sosial olehnya. Tinggal seorang diri di rumah susun murah.

"Seperti biasa, bungkus semuanya..." ucapnya membawa karung putih di hadapan seorang kakek tua pedagang gulali.

"Beli banyak begini untuk siapa!?" tanyanya yang memang merupakan langganan Rain setiap bulannya, kala pemuda itu mendapatkan gajinya yang tidak seberapa.

"Untuk anak-anakku..." jawab Rain tersenyum.

"Anak-anakmu pasti akan senang menerimanya," ucapnya, yang telah memasukkan semua dagangannya ke dalam karung milik Rain.

"Tidak istri dan anakku akan membenciku jika bertemu dengan mereka lagi..." Rain merogoh sakunya, membayar gulali yang dibelinya. Mulai berjalan meninggalkan pria tua yang tertegun menatap kepergiannya.

Pria tua yang tiba-tiba tersenyum aneh,"Tuhan dapat mengirim malaikatnya dalam semua wujud untuk melakukan apa saja..." gumaman dari bibir yang dikelilingi kulit keriputnya.

Gulali yang dibelinya, semua dibagikan pada anak panti. Menghibur dirinya sendiri dengan melihat senyuman manis dari malaikat-malaikat kecil yang tidak memiliki keluarga. Sama seperti dirinya dan Krisan dahulu.

Hari itu tiba juga akhirnya, 3 Juli 2024, tepat pada hari ulang tahunnya...

Hujan gerimis mengguyur, samar-samar terdengar suara teriakan histeris dari balkon rumah susun yang disewanya. Rain berjalan cepat, seorang anak berusia 3 tahun tersangkut hampir terjatuh. Orang tuanya, berusaha menolongnya namun sulit menjangkau.

Pemuda yang sebenarnya takut akan ketinggian, memberanikan dirinya. Menaiki tralis balkon, tubuh anak itu diraihnya,"Jangan menangis..." ucapnya mendorong sang anak sedikit keatas, agar dapat meraih tangan orang tuanya.

Hingga bertepatan tangan sang anak diraih oleh sang ibu. Menangis memeluk sang anak, bersamaan dengan itu juga, hujan yang turun menyebabkan tralis licin. Rain salah melangkah, tubuhnya tertarik gravitasi.

Terjatuh dari lantai 9 kamar tempatnya tinggal. Darah mengalir dari kepala, dan tubuhnya. Tidak dapat bergerak, mungkin hampir semua tulangnya patah.

Rain hanya terdiam, menatap tetesan air hujan, membasahi dirinya. Orang-orang mulai berkerumun, mengambil gambar, serta menghubungi ambulance. Benar-benar terdengar bising...

Hingga tiba-tiba suasana menjadi hening, bulir air hujan mengapung. Semua orang kaku bagaikan tidak dapat bergerak, apa waktu terhenti? Entahlah...

Hanya seorang kakek tua pedagang gulali yang bergerak, berjalan mendekatinya."Setelah ini, temui istri dan anakmu...katakan perasaanmu dengan benar..."

Rain hanya terdiam, napasnya terasa sesak sesaat...

Gelap, tiba-tiba benar-benar gelap. Matanya perlahan terbuka dengan napas terengah-engah. Menatap keadaan sekitarnya, kamar yang ditempatinya 12 tahun lalu, ketika SMU, dengan kalender yang menunjukkan tanggal 3 Juli 2012.

Perlahan meraba area lehernya, kalung dengan bandul cincin pernikahan masih melingkar di lehernya.

"Krisan..." racaunya, air matanya mengalir,"Aku tidak akan menjadi beban bagimu lagi. Aku akan membahagiakanmu, mengatakan perasaanku dengan benar, tidak akan membiarkan ada orang yang menghinamu..."

"Mempertaruhkan apapun untuk memiliki status sosial yang lebih tinggi, hingga aku dapat menghancurkan orang-orang yang menghinamu..." janjinya, jika dapat menatap wajah itu lagi. Jemari tangannya mengepal, menggenggam bandul kalungnya.

Beberapa puluh menit berlalu, Rain berjalan menuju sekolah SMU tempatnya belajar dahulu. Hingga wajah itu kembali terlihat, kala dirinya menerima tawaran beasiswa di ruang guru. Wajah yang dirindukannya, wajah wanita yang dicintainya, masih sama cantiknya.

Tidak akan ada yang lebih cantik dari Krisan di matanya dari dulu hingga sekarang...

***

Saat ini...

Sang supir keluar dari mobil, mulai memayungi majikannya, yang hendak memasuki hotel berbintang di hadapannya.

Sedangkan satu orang lagi, telah menunggu di lobby membawa dua buah dokumen lengkap. "Hotel sekaligus restauran akan segera berpindah tangan atas nama anda..." ucap sang asisten menunduk pada majikannya.

"Aku sudah kembali..." gumam Rain, tersenyum sinis meraih dokumen, kata-kata yang entah tertuju pada siapa.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Retno Isma

Retno Isma

😭😭thor sy udah baca 2 karyamu dan disitu ga berhenti ketawa to cerita yg ketiga ini bikin mewek ga berhenti2 😭😭.

2025-01-20

0

Nadila Fathania Alfi

Nadila Fathania Alfi

padahal baru episode 7 loh tapi dada ku sesak bacanya, air mata gak berhenti jatuh 😭😭

2025-02-17

0

ahjuma80

ahjuma80

kebayang sakitnya rain

2024-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!