"Ibu ..." ucapnya kembali lirih.
Mencintainya? Apa gunanya mengatakan, jika tetap tidak dipercayai juga. Seorang anak yang terdiam dengan luka menganga di kakinya, yang terkoyak *njing besar peliharaan tetangga sang ibu.
Kenapa ibunya bertindak seperti ini? Entahlah, terdiam seorang diri, menangis mendapatkan perawatan seadanya dari puskesmas. Terdiam, dengan keadaan mental yang benar-benar buruk.
Keluarga bahagia yang dimilikinya telah lenyap, sang ayah yang menepis tangannya pergi kala dirinya mengatakan 'Randy menyayangi ayah,' sang nenek yang juga tetap meninggalkannya setelah mengatakan mencintainya. Ditambah dengan sang ibu, yang berbalik menatapnya kesakitan, mengatakan mencintai adalah hal yang percuma. Semua orang juga akan mengejar kebahagiaannya masing-masing, meninggalkan Randy seorang diri.
"Nak dimana orang tuamu?" tanya salah seorang warga.
Randy terdiam mengalami trauma psikologis yang membuatnya bisu sementara, hanya menggeleng dengan tatapan mata kosong.
"Bagaimana ibu bisa mengantarmu pulang? Namamu siapa?" Randy kembali hanya terdiam, dengan tatapan kosong.
Hujan deras mengguyur, begitu besar rasa sakitnya. *njing hewan yang ditakutinya dari dahulu, sang ibu mengetahuinya. Namun, tidak bersedia menolong dan memeluknya seperti dulu.
Tidak ada yang benar-benar mencintainya kecuali sang nenek. Randy menatap tetesan air hujan yang turun, bayangan wajah sang nenek masih teringat jelas. Wanita tua yang kehilangan nyawanya di usia 80 tahun.
"Kita bawa ke yayasan sosial, atau panti saja. Dilihat dari pakaiannya seperti gelandangan," usul salah satu warga.
***
Hari-hari yang menyakitkan baginya, hanya terdiam di panti tanpa bicara. Hingga seorang anak yang baru kehilangan kedua orang tuanya dibawa pengurus panti.
"Namaku Krisan," anak yang tersenyum canggung pada semua orang.
Randy hanya diam di sudut kamar, tidak tertarik untuk bicara dengan siapapun. Tidak peduli dengan apapun, mencintai seseorang berarti harus siap untuk kehilangannya. Betapapun mencintainya, betapapun mengemis mengatakan isi hatinya mereka akan pergi.
Tidak menyadari semua orang sudah pergi meninggalkan ruangan. Kecuali sang anak yang baru memasuki panti.
"Namamu siapa?" tanyanya, menyodorkan sebungkus coklat yang telah dimakan setengah olehnya.
Randy tidak menjawab, tertunduk diam.
"Tidak mau?" tanya Krisan kesal, menyumpal mulutnya dengan batangan coklat yang digigit setengah. Mendorong, bahkan menindihnya tetap bersikeras agar Randy memakan cokelat pemberiannya.
"Berhenti!! Aa...aa..." ucapnya memberontak, sama-sama masih anak-anak, perbedaan tenaga laki-laki dan perempuan masih sama. Membuat Krisan leluasa membuat mulut Randy belepotan.
"Aku akan bangun, tapi katakan dulu siapa namamu!?" tanya Krisan, yang berada di atas tubuh Randy.
Randy kembali diam, mengalihkan pandangannya dari anak yang berada di atas tubuhnya.
"Krisan, kemari," salah seorang petugas panti memanggilnya. Anak itu bangkit pada akhirnya, meninggalkan Randy.
"Dia kesulitan bicara, ayo dengan anak lain saja," sang penjaga panti menariknya.
Krisan awalnya menurut, Randy menatapnya tanpa berkedip. Mulai memakan potongan cokelat milik Krisan yang jatuh diatas tempat tidur.
Bukan dalam jangka waktu yang panjang kebisuan itu terjadi. Hanya beberapa minggu, yang menyembuhkannya? Tentu saja mulut cerewet Krisan.
Hingga kala hujan menerpa, gadis kecil itu duduk bersamanya yang menadahkan tangan. Tanpa diduga, Krisan berlari membiarkan tubuhnya terkena derasnya air hujan. Tersenyum tertawa, menghentakkan kakinya di tengah air hujan yang mulai menggenang.
"Kamu menyukai hujan?" tanya Randy pada Krisan.
"Aku menyukai hujan!!" Krisan berlari kesana-kemari lebih kencang.
"Kalau begitu namaku Rain (hujan) agar kamu menyukaiku," gumamnya dengan suara kecil, menemukan hal yang ingin dimilikinya, ingin dijaga olehnya.
Hingga satu kalimat yang tertahan, tidak ingin Krisan memalingkan wajah atau pergi seperti nenek, ayah, dan ibunya... Aku menyayangimu...
"Jangan hujan-hujanan bodoh!! Nanti kamu sakit!!" bukan kata itu yang keluar melainkan kata-kata lain.
"Ayo!!" Krisan malah menariknya, ikut menerima tubuh mereka yang diterpa hujan.
"Orang tuaku meninggal karena kecelakaan pesawat. Jadi mulai saat ini, kamu adalah ibu, ayah, teman dan saudaraku..." Krisan tersenyum padanya.
Rain terdiam, kemudian mengangguk... Kita hanya tinggal berdua, karena itu kamu adalah segalanya bagiku... Mulai hari ini aku bukan Randy lagi, tapi Rain (hujan) yang hanya ingin menerpa Krisan-ku... batinnya yang kesulitan mengatakan perasaan sesungguhnya.
Berharap Krisan mengerti, dirinya terlalu takut mengatakannya. Karena satu persatu orang yang dicintainya, pergi meninggalkannya setelah kata-kata itu terucap. Berharap hanya dengan sentuhan fisik, sebuah status dapat membuktikan segalanya untuk menyakinkannya.
Kata-kata yang paling tidak ingin diucapkannya,
'Aku menyayangimu,'
'Aku mencintaimu,'
Dua kalimat yang membekas sebagai sebuah perpisahan baginya. Kala kedua orang tua dan neneknya menghilang dari hidupnya.
Hingga kalimat yang tidak mampu diucapkannya itulah yang mengantarkan Krisan dan anak dalam kandungannya pada kematian.
Kalimat yang kali ini akan diucapkannya setiap saat, kala waktu telah terulang kembali, membawa Krisan yang dicintainya...
***
Apartemen yang disewa Krisan...
"Aku mencintaimu..." ucapnya tersenyum.
"Aku membencimu," Krisan kembali melanjutkan, memakan semangkuk mie instan di hadapannya.
Dara, hanya seseorang bernama Dara yang akan berakhir dengan Rain. Dirinya akan mundur, mencari ayah yang baik untuk anaknya nanti. Orang yang benar-benar mencintainya, orang yang benar-benar memperhatikannya.
"Tapi aku tetap mencintaimu..." kata-kata dari mulut Rain, masih memakan mie instan. Dengan tubuh hanya ditutupi handuk putih yang tebal, menutupi pinggang hingga lututnya.
Sungguh pemandangan yang menyegarkan, tapi tidak bagi Krisan, tubuh itu anti untuk disentuh.
Dhuar....
Suara petir terdengar, bersamaan dengan listrik di seluruh apartemen yang padam. "Aa...aaa..." teriak Krisan memekik melompat ke dalam pangkuan Rain.
Jantung pemuda itu berdegup cepat, sudah lama rasanya tidak bersentuhan langsung dengan wanita yang dicintainya. "Krisan turun," pintanya.
"Kamu tau aku takut gelap!!" ucapnya mendekap Rain yang tidak mengenakan atasan lebih erat. Aroma tubuh yang sedikit lebih menenangkan dirinya.
Rain menghela napas kasar, merangkul wanita itu, membimbingnya ke dalam kamar. Gorden yang menutupi jendela apartemen dibukanya, membiarkan cahaya dari luar masuk.
"Kamu tidurlah, aku akan tidur di ruang tamu..." ucapnya, meraba-raba lemari hendak mengambil selimut.
Dengan cepat, Krisan menarik pergelangan tangannya."Ti... tidurlah di sini, aku takut..."
Rain menghela napas kemudian mengangguk, memasuki selimut Krisan yang tebal. Membaringkan dirinya satu tempat tidur dengan wanita itu.
"Jangan berbuat macam-macam..." perintah dari Krisan, memegang tangannya erat dalam selimut yang sama.
"Iya, aku mencintaimu, bagaimana jika secepatnya kita menikah..." ucap Rain, menatap wajah Krisan yang terlihat samar.
"Tidak akan," jawaban tegas dari mulutnya.
Brak...
Suara benda jatuh dari beranda terdengar, bersamaan dengan Krisan yang memeluk tubuhnya. "Jangan salah paham ini karena aku ketakutan..." ucapnya bersembunyi di dada bidang pemuda di hadapannya, debaran yang terasa nyaman bagi wanita itu.
Namun semua ditepisnya dengan satu kalimat. Dara akan datang, wanita yang sejatinya dicintai Rain...
"Aku tau..." Rain membelai rambut panjangnya. Perlahan membalas pelukannya, ikut terlelap dalam tidurnya.
Aku mencintaimu ....
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Danu Wardoyo
kurang komunikasi menjadi awal dari kehilangan
2023-10-20
2
ρuʝi ¢ᖱ'D⃤ ̐ OFF 🤍
oh rain punya trauma toh, dia takut kalau ngomong cinta atau sayang maka orang itu akan meninggalkannya🤧🤧
2023-05-20
1
hìķàwäþî
wah salah.. wkwkwk dy rain y? hmmm.. aqua.. mn aqua?
2022-06-18
3