...Menunggumu mengatakan mencintaiku? Apa itu akan terjadi? Karena ada waktu dimana aku akan menyerah......
Krisan...
Dasi mulai dikenakannya menatap penampilannya di depan cermin. Wajah rupawan dengan menggunakan setelan kemeja. Menghubungi seseorang menggunakan mode load speaker, ditengah kegiatannya mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja.
Samar-samar suara seorang wanita terdengar dari seberang sana. Benar, Rain tengah menghubungi seorang wanita, entah siapa.
"Dia Istrimu? Penampilannya seperti pembantu, bajunya saja seperti kain lap pel..." ucap seseorang dari seberang sana, tertawa kecil.
Rain menghela napas kasar mengenakan jam tangannya,"Iya, seperti lap pel, tapi dia tetap istriku..."
"Wajah tampan sepertimu, mapan, tidak ada yang kurang. Aku saja mau jadi istri kedua..." suara wanita melalui sambungan telepon itu kembali terdengar.
"Gombal... nanti sore aku akan ketokomu..." kata-kata Rain tiba-tiba terhenti, wajahnya pucat pasi. Mematikan panggilannya terlihat gelagapan menatap Krisan yang berdiri di depan pintu.
"Kita sarapan, makanannya sudah siap," wajah Krisan nampak memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Kalau mau masuk lain kali ketuk pintu dulu!?" ucap Rain terlihat sinis, berjalan melewatinya memegang handphonenya seolah tidak membiarkan Krisan menyentuhnya sedikitpun.
Wanita itu mengepalkan tangannya berusaha untuk tidak menangis. Hanya Rain, hanya Rain satu-satunya yang dimilikinya.
***
Hingga tiba hari itu... 3 Juli 2022...
Hujan gerimis mengguyur, harum aroma krim kue tercium. Kue dihias wanita hamil itu perlahan, mengelus perutnya yang membuncit. Hari ini merupakan hari ulang tahun Rain. Tepat pada hari minggu.
Namun pemuda itu tiba-tiba mengenakan sepatunya berjalan cepat. "Aku harus pergi bekerja ..." ucapnya kala itu.
Tapi ini hari minggu, Krisan masih hanya diam menatap kepergian suaminya. Mengendarai mobil second yang tidak begitu mahal di tengah hujan gerimis yang menerpa, seakan tidak diindahkannya.
Beberapa jam berlalu, hujan sudah mulai reda, kue cantik yang indah telah selesai. Perlahan Krisan menghubungi suaminya, berharap Rain segera pulang.
Hingga beberapa lama panggilnya diangkat. Terdengar suara wanita di seberang sana.
"Halo, Rain hari ini..." kata-kata Krisan terhenti wajahnya tiba-tiba pucat pasi.
"Kamu Krisan, istrinya Rain? Aku Dara, calon istri Rain," ucap wanita itu dari seberang sana.
Jemari tangan Krisan mengepal, dari dulu hanya dirinya yang mengatakan mencintai Rain. Apa Rain tidak pernah mencintainya? Itu sempat terlintas. Namun, tangannya mengepal hanya Rain yang dimilikinya, tumbuh bersama di panti asuhan. Orang tua, saudara, sahabat, suami itulah Rain dimatanya. Tidak memiliki apapun selain dirinya...
"Aku percaya pada Rain!! Jangan bicara omong kosong..." ucapnya mengepalkan tangan dengan suara bergetar.
"Bicara omong kosong? Kamu hanya ibu rumah tangga lulusan SMU, wajah pas-pasan, seperti pembantu dari desa. Sedangkan aku lulusan luar negeri, anak pemilik perusahaan tempat suamimu bekerja. Perbandingan seperti bangsawan dengan rakyat jelata bukan..." suara wanita itu tertawa kecil terdengar,"Maaf, salah gelandangan lebih tepatnya..."
Air mata Krisan mengalir tidak terkendali,"Dimana Rain? Aku ingin bicara padanya?" tanyanya.
"Dia sedang mandi, membersihkan diri. Kamu tau kan setelah aktifitas kami saling memuaskan di ranjang... tapi jika kamu tidak percaya..." wanita itu terdiam sejenak, memanggil nama Rain,"Rain!! Ada yang menelfon..." ucapnya.
Suara suaminya terdengar, benar-benar terdengar jelas,"Tolong angkat, aku sedang mandi..."
Jemari tangan Krisan mengepal semakin erat, sakit, dadanya terasa sakit. Satu-satunya pria yang dicintainya dalam hidupnya, bersama wanita lain.
"Kamu dengar sendiri kan? Aku juga sedang mengandung anaknya. Sebentar lagi dia akan menceraikanmu, lebih baik lepaskan dia biarkan dia bahagia..." kata-kata dari wanita itu.
Krisan melempar handphonenya, tidak sanggup mendengar lagi, menjerit menagis lirih. Kue ulang tahun yang ada di atas meja diliriknya, perlahan berjalan memasukkannya kembali ke dalam lemari es.
Sakit, ini benar-benar menyakitkan, Rain hanya Rain yang ada dalam hidupnya, satu-satunya harta berharga baginya. Pakaian lusuhnya yang tidak banyak dimasukkannya ke dalam tas jinjing. Air matanya mengalir tidak terkendali, terlalu menyakitkan jika akan mendengar semuanya dari mulut suaminya sendiri.
Hingga Krisan duduk, menuliskan sepucuk surat, menyelipkan pada buku tabungan dengan jumlah besar didalamnya. Semua adalah gaji Rain yang dikumpulkannya selama ini.
Berharap ini cukup untuk membangun keluarga baru pemuda itu. Berharap calon istrinya yang lebih kaya, tidak akan merendahkannya. Sekeping hati yang masih ada untuk mengasihinya, mencintai, perasaan tidak berbalas.
Wanita hamil yang berjalan meninggalkan rumah kecilnya yang penuh kenangan. Kala Rain memaku tembok memasang foto pernikahan mereka, kala mereka menghabiskan malam di rumah yang penuh kenangan.
"Aku mencintaimu..." katanya lagi dan lagi yang kini, telah menyerah untuk kebahagiaan pria sempurna yang dicintainya.
Pintu perlahan ditutupnya, melewati jalan berlumpur menuju tempat ojek pangkalan.
Helm dikenakannya, motor melaju dalam kecepatan sedang di hujan gerimis yang semakin deras saja. Melaju tanpa mantel hujan, angin menerpa rambutnya yang basah, tubuhnya menggigil, mengelus perutnya yang buncit.
"Sabar ya? Ibu akan mencarikan kita rumah yang baru. Kita pergi untuk kebahagiaan papamu ..." ucapnya lirih, mengingat suaminya yang juga akan memiliki anak dari wanita lain.
Hingga tiba waktunya, ketika Tuhan memanggil, semua makhluk hanya dapat tertunduk dalam kuasa-Nya.
Brak...
Motor ojek, menyalip kendaraan di depannya, dari arah berlawanan sebuah mobil minibus muncul.
Tubuhnya terpelanting, darah mengalir dari pangkal pahanya, helmnya terlepas, tubuhnya sempat terhempas. Darah bercampur air hujan mengalir dari hidung dan telinganya. Kepala yang mengeluarkan banyak darah segar, ditengah hujan deras yang terus menerus membasahi tubuhnya.
Sisa kesadaran terakhirnya masih ada, menyadari satu hal, anak dalam kandungannya tidak akan selamat. Diambil oleh Tuhan, karena dirinya tidak mampu menjaganya.
"Maaf... maaf... maaf..." ucapnya lirih mengelus perutnya. Bersamaan dengan darah mengalir dari mulutnya.
Hingga akhirnya wanita itu terdiam dengan mata yang masih terbuka...
Jika kehidupan kedua itu ada, aku tidak ingin bertemu denganmu. Tidak akan mencintaimu...
Napas terakhirnya menghilang, matanya masih terbuka dengan tubuh yang mendingin di atas aspal. Suara ambulance terdengar, beberapa saat, bersamaan dengan langkah sepasang sepatu kulit seorang pemuda, menjatuhkan bunga Krisan putih, didekatnya dengan air mata yang mengalir, tiada henti...
***
Deru napas seorang gadis memburu, terbangun di sebuah kamar kost sempit yang ditempatinya ketika SMU. Tempat yang disewanya hasil bekerja paruh waktu. Rambut dan kulit tidak terawat tapi itu memang ciri-cirinya, yang harus bekerja sambilan sepulang sekolah.
"Kenapa aku disini? Bukannya aku sudah mati?" Krisan meraba perutnya yang rata, sejenak perhatiannya teralih menatap ke arah kalender, 3 Juli 2012, hari kelulusannya, saat dirinya menyatakan cinta pada Rain di lapangan basket, sepuluh tahun yang lalu.
Dirinya kembali ke masa SMU, "A...apa aku bermimpi?" gumamnya, mencubit pipinya sendiri dan sialnya terasa sakit."Jadi ini bukan mimpi?"
Krisan segera bangkit, membersihkan diri, menggati pakaiannya dengan pakaian sekolah. Penuh semangat, akan menjalani kehidupan untuk dirinya sendiri, tidak akan mencintai Rain lagi, memberi kesempatan pada anak yang belum sempat terlahir melihat dunia. Memiliki ayah yang akan mencintainya.
Hingga pandangannya beralih pada kue ulang tahun yang diberikannya kala menyatakan cinta pada Rain 10 tahun yang lalu.
Kue yang segera dimasukkannya ke dalam tempat sampah,"Aku akan hidup untuk diriku sendiri kali ini, memiliki suami yang benar-benar mencintaiku. Dan anakku nanti..." air mata Krisan mengalir, menyesali segalanya, segera diseka olehnya.
Tidak ingin bertemu Rain lagi, menjalani takdir yang buruk sebagai wanita yang tidak dicintai. Hingga dirinya mulai melangkah, mengenakan seragam lusuh mengambil ijazah di sekolah SMU-nya lebih awal.
Gadis itu mengendap-endap tidak ingin Rain melihatnya. Sedikit melirik ke arah lapangan basket, namun hasilnya nihil, Rain tidak ada disana.
Aneh, karena seingatnya sebelum waktu terulang, saat dirinya menyatakan perasaannya pemuda itu berada disana.
Tidak peduli lagi, Krisan segera melangkah ke ruangan guru matematika rangkap wali kelasnya. Perlahan langkahnya terhenti, mendengar hal yang lebih aneh lagi.
"Bagus, kamu menerima beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Kamu anak yang pintar dan berbakat, sayang tidak memiliki orang tua. Bapak akan membantumu, kamu bisa tinggal di rumah anak bapak di Frankfurt (Jerman) nanti..." sang guru matematika tersenyum, bangga pada satu-satunya siswa yang berhasil lolos, saat dirinya hanya iseng mengikut sertakan beberapa siswanya ujian online beasiswa masuk ke salah satu universitas ternama di Jerman.
Rain mengangguk, sembari terdiam. Krisan yang mendengar semuanya tidak mengerti, mengenyitkan keningnya, seingatnya Rain menolak beasiswa ke luar negeri, karena cita-citanya menjadi pemain basket.
Tapi ini apa? Krisan menghela napas kasar, mengetuk pintu. Mata pemuda itu beralih, menatap Krisan tanpa berkedip. Masih terdiam dengan wajah dinginnya.
"Maaf pak saya ada keperluan, ingin mengambil ijazah saya lebih awal," ucap Krisan, melangkah masuk berusaha tersenyum.
"Sebentar bapak ambilkan dulu..." sang pria paruh baya bangkit dari kursinya, membuka lemari kayu besar.
Pria menyebalkan, aku tidak akan jatuh cinta padamu lagi.... gumam Krisan dalam hatinya.
"Apa lihat-lihat!?" bentak Krisan sengit.
"Ini adalah mataku, bukan matamu... terserah aku mau melihat kemana..." senyuman tiba-tiba menyungging di bibir Rain. Wajah dingin yang masih terlihat sinis.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
RahaYulia
sll trsentuh dg cerita ini dn hasilnya ..... aku mewek😭😭😭😭😭
2024-11-25
0
ρuʝi ¢ᖱ'D⃤ ̐ OFF 🤍
ini kembali ke masa lalu ya ?🤔
2023-05-20
2
Putri Nunggal
ya ampuuuun malah kecelakaan pula 😭😭😭😭😭
2022-08-11
3