Kantor

Shara melangkah gontai setelah turun dari mobil fasilitas dari Abang angkatnya, ia memasuki lobby kantor milik suaminya, tempat di mana dua tahun yang lalu, pertama kalinya Shara bertemu dengan Zif.

Sesuai rencana, Shara menyetujui tawaran Zif dan Hardika satu Minggu yang lalu, yaitu menjadi brand ambassador produk minuman kolagen yang baru akan di luncurkan bulan depan.

Mencari bukti kecurangan Hardika, Indar, dan bukti pernikahan yang di palsukan Zif bersama Indar, membalas dendam, itu tujuan utama Shara.

Beberapa hari ini, kedekatan Zif dan Shara menjadi lebih intens. Indar bahkan tak pernah mendapatkan peluang untuk mendekati Zif.

Busana Shara mengalihkan pandangan setiap insan yang berlalu lalang di dalam bangunan mewah tersebut, mereka menatap lawa kaki jenjang nan mulus Shara yang terekspos indah.

Belahan dada yang mengintip pun menjadi target mata nakal para kaum Adam di sana. Dahulu Shara bekerja di tempat itu, tapi Zif tak pernah mengizinkannya berpakaian terbuka seperti ini. Zif hanya menginginkan kemolekan Shara untuknya saja.

Shara melanjutkan langkah memasuki lift, di dalam transportasi vertikal itu masih ada beberapa pasang mata yang terus mengarah nakal padanya hingga pintu lift terbuka.

Dia ayunkan lagi langkah gontai nya menuju ruangan berdinding kaca milik Zif Prabaswara, tanpa bertanya lagi Shara sudah hapal betul bagaimana denah bangunan mewah ini.

Pintu Zif terbuka seiring dengan masuknya Shara, di lihatnya Zif duduk menatap laptop pada kursi kebesaran direktur utama perusahaan ini "Zif." Sapa nya seraya mendekat.

Zif mendongak, sontak tersenyum melihat gadis cantik yang beberapa hari ini mengisi kekosongan hatinya "Cantik. Kenapa tidak bilang mau ke sini? Aku bisa jemput kamu ke parkiran."

Baru saja Zif beranjak, Shara sudah lebih dulu mendorong Zif duduk kembali "Selamat siang, tetangga ku." Goda nya.

Zif tersenyum kecil dengan tatapan yang menyisir setiap inci liukan tubuh menggoda gadis itu "Bisa tidak pakai yang lebih panjang lagi rok nya." Titahnya, tangannya menarik tepian rok span milik Shara agar sedikit lebih turun.

Shara menatap rok miliknya yang memang hanya menutupi gundukan padat di bagian belakang nya saja "Kamu tidak menyukainya Zif? Aku terbiasa dengan pakaian seperti ini." Ucapnya cemberut.

"Suka, sangat suka. Tapi lebih suka lagi, jika hanya aku saja yang melihatnya." Sambung Zif tersenyum.

"Iyah deh, apapun untuk mu." Shara menundukkan tubuhnya, merapikan dasi milik Zif hingga belahan dada indahnya tersuguh di hadapan suaminya.

Zif menggeleng sembari tersenyum "Jangan begini. Ini kantor, lihatlah di luar sana banyak yang melihat kita." Ucapnya. Sesekali Zif menoleh ke arah luar yang memang ramai orang menatap dirinya.

Shara menggeleng pelan sambil memalingkan kembali wajah Zif ke arahnya "Memang kenapa? Kamu takut mereka mengadu sama calon istri mu Zif?" Tanyanya.

"Bukan begitu, aku hanya tidak enak dengan karyawan yang lain, duduklah di kursi mu." Zif beranjak dari duduknya kemudian menuntun Shara duduk di sofa tamu "Duduk, nanti pelajari kontrak kerjasama kita, lalu tandatangani, setelah itu kita keluar makan siang, sebentar lagi sudah masuk jam makan siang kan, kamu pasti belum makan." Tambahnya.

Tanpa sadar, Zif memperlakukan Cantik seperti dahulu dia memperlakukan Shara.

Shara mengangguk "Iya Zif."

"Kamu tunggu di sini, aku ambil berkasnya." Zif mengusap lembut pipi isterinya kemudian keluar dari ruangan, melenggangkan langkah menuju ruangan asisten personal nya.

"Zif." Dari arah kanan seseorang memanggil, Zif menoleh, di lihatnya sang ayah berjalan menuju nya.

"Papah di sini?" Tanya Zif.

Hardika mengangguk "Tentu saja, ini kantor Papah, tidak ada larangan bukan?" Jawabnya sombong.

"Memangnya ada perlu apa? Tumben Papah di sini."

"Papah mau lihat-lihat saja. Oya. Gimana sama Indar? Kamu sudah antar dia ke tempat senam ibu hamil belum?" Tanya Hardika kemudian.

"Belum, lagian Zif lagi ada Cantik, Zif mau makan siang di luar setelah ini." Datar Zif.

"Kan bisa setelah makan siang kamu antar Indar, punya dua wanita, harus pandai mengatur waktu. Biar mereka tidak saling cemburu." Tutur Hardika yang terdengar aneh menurut Zif.

"Pa, Papah tahu kan, Zif nggak suka Indar, Zif menyukai wanita lain." Keluh Zif protes. Menjalin hubungan dengan dua wanita sekaligus bukan bagian dari cita-cita Zif.

"Siapa? Cantik?" Sela Hardika dan Zif mengangguk mengiyakan.

Hardika menaikan kedua bahu "Lanjut saja kalo begitu, kamu kaya, kamu tampan, kamu boleh beristri banyak, Papah tidak masalah dengan itu, asalkan, perempuan yang kamu nikahi berasal dari keluarga yang sederajat dengan kita!" Ujarnya enteng.

"Jadi Zif boleh dekat sama Cantik kan?" Zif menatap harap ayahnya dan untuk kali ini Zif yakin Hardika mendukungnya.

"Boleh, bila perlu lamar secepatnya, nikahi secepatnya!" Tegasnya sembari mengibas tangannya "Tapi ingat, Indar tetap harus kamu jadikan istri juga, dia sedang hamil calon penerus ku, kamu tetap harus baik-baik padanya!" Pesannya lagi.

Zif mengernyit "Tapi Pa."

"Ssuutt, gada kata tapi, Papah membolehkan mu berhubungan dengan Cantik, tapi bukan berarti kamu lepas dari tanggung jawab mu, kasihan Indar Zif. Dia satu-satunya putri teman Papah yang paling Papah sayang, dia juga sudah kamu hamili." Sela Hardika.

Zif mengedarkan pandangan dengan gerakan malas "Astaga, bagaimana bisa aku menikahi dua wanita sekaligus Pa? Istri pertama ku saja belum ketemu." Sanggah nya.

Rahang tegas Hardika terusung seketika itu juga, rupanya masih sempat-sempatnya Zif memikirkan Shara "Sudah ku katakan, jangan lagi ingat istri miskin mu Zif! Atau Papah terpaksa mengambil semua fasilitas mu!" Ketusnya.

Zif mendengus "Dia istri ku, Zif mau menikahi Cantik, tapi Zif juga masih ingin menemukan Shara. Jadi buat apa Zif juga menikahi Indar."

"Zif!" Hardika menekan sebutannya sembari melotot dan Zif mendengus kesal.

"Lebih baik kamu lanjut saja kejar Cantik, dia sangat seksi kan? Papah tahu selera mu bagus. Jadi kali ini Papah dukung, jangan sekali-kali mengingat istri buruk rupa mu." Hardika melebarkan senyum sembari menepuk pelan lengan putranya, kemudian menoleh pada asisten yang sedari tadi bersiaga di sisinya "Kita pulang!" Ajaknya.

"Baik Tuan." Angguk laki-laki itu lalu berjalan beriringan.

Zif hanya mendengus menatap berlalunya punggung sang ayah "Dari mana Papah tahu Shara, buruk rupa?" Gumamnya pelan.

Dari balik ornamen penyekat ruangan, Indar mendengar semua percakapan Zif dan ayahnya barusan, kepalan tangan Indar perkuat kala mendengar Hardika mengizinkan Zif menikahi Cantik.

Dahulu saingannya hanya gadis yatim-piatu yang miskin, tapi sekarang Cantik telah mengalahkan pamornya.

Dari segi pesona, usia, lekuk tubuh, kecantikan, kelembutan nada bicara, kepandaian merayu Zif, Indar kalah telak.

"Tidak tahu diri, kalian anak dan bapak sama saja, awas saja Zif, kalo Cantik pilihan mu, itu berarti kamu siap membuat perempuan sundal mu cacat lagi. Akan aku singkirkan binal mu seperti aku menyingkirkan Shara!" Seringai nya.

Siasat busuk telah tersusun rapi oleh perempuan ini, rencana licik untuk memusnahkan semua wanita lain yang berpotensi merebut Zif darinya.

...🖋️••••••••••••🖋️...

...Bersambung... Dukung author dengan Like vote komen dan hadiah nya 😘...

.

.

Terpopuler

Comments

Salim ah

Salim ah

oalaaah ternyata wanita busuk yg merusak wajah shara

2024-03-03

0

lorenzo_me

lorenzo_me

mukanya udah ga ada lagi makanya jadi bgtu

2023-12-09

1

lorenzo_me

lorenzo_me

curiga sekali dengan gelagat bpknya zif

2023-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!