Telusur

Shara termangu memandangi wajah sendu Gerald yang masih mematung di tempatnya, barusan dia mengetahui bahwa ternyata Gerald Van Houten berhubungan dengan ibu mertua kesayangannya.

Mei Anjar, adalah satu-satunya keluarga Zif yang mendukung Shara. Keduanya sangat dekat bahkan sesekali berjalan-jalan, ke salon bersama, berbelanja tanpa sepengetahuan Hardika Prabaswara.

Shara terperanjat mengetahui kenyataan ini, tapi mungkin Mei terlalu jenuh dengan hubungan yang sudah tidak lagi hangat. Hardika seseorang yang selalu saja bertindak sesuka hati, mungkin itu juga alasan Mei bermain-main dengan pria hangat seperti Gerald.

"Bang!" Shara menyentuh pundak Gerald lalu pemuda itu menoleh, entah sejak kapan wajah cantik Shara selalu menjadi obat kegelisahan baginya, hati seketika tenang.

"Kita pulang, kita jadi pulang kan?" Tanya Shara.

Gerald meletakkan telapak tangannya pada puncak kepala gadis itu "Iyah, kita pulang, tapi bukan ke tempat Daddy." Jawabnya.

"Lalu?"

"Ke apartemen, sekarang kamu tinggal di apartemen yang sama dengan Zif, suamimu!" Jelas Gerald.

Shara ternganga dan matanya membulat sempurna "Benarkah? Jadi aku bisa tinggal berdekatan dengan nya?" Tanyanya antusias.

"Iya." Gerald tarik pergelangan tangan Shara dan membawanya keluar dari bandara.

Shara menyeringai "Akhirnya, segera lancar juga aksiku merebut kembali suamiku. Sebelum perut Indar membesar, aku akan lebih dulu merebut Zif!" Batinnya.

Kesakitan yang Shara ingat semakin menguasai dirinya untuk membalas setiap perlakuan yang Indar lakukan padanya.

Tiba di luar satu pengawal berseragam hitam menyambut kedatangan mereka dengan sebuah mobil BMW "Silahkan, Nona, Tuan muda." Ujarnya.

Shara lebih dulu masuk dan Gerald menyusul setelah memastikan Shara duduk nyaman di atas jok nya. Mobil pun bergerak, membawa keduanya berlalu dari bangunan megah tersebut.

Dalam perjalanan Shara mengumpulkan keberanian untuk menanyakan hal yang barusan dia ketahui, padahal Gerald bukan lah pemuda yang dingin tapi tetap saja merasa takut mengawali obrolan sensitif.

"Kamu mau bertanya apa? Tanyakan saja!" Pada akhirnya Gerald yang membuka obrolan terlebih dahulu. Dia tahu Shara ingin sekali menanyakan sesuatu.

Mendengar itu Shara menyengir "Jadi boleh kah?" Tanyanya.

"Hmm!"

"Jadi kalian, emm maksud ku Abang dengan Mamah, kalian, ..."

"Kami pernah berhubungan!" Sela Gerald tanpa menoleh. Tak ada yang harus di tutupi lagi. Gerald sudah menganggap Shara bagian dari keluarganya. Lebih tepatnya seperti adik perempuan nya.

"Jadi Abang serius? Serius mencintai Mamah?" Tanya Shara penasaran.

Gerald mengangguk "Sangat serius, tapi sekarang dia sudah tidak lagi pantas di tunggu apa lagi di perjuangkan." Ucapnya.

Shara terkesiap, rupanya rasa yang Gerald miliki sangat tulus, terlihat sekali dari bagaimana dia mengungkapkan nya.

"Dari pada menunggu Mamah yang sudah punya suami. Mendingan Abang setuju saja sama perjodohan yang Om dokter siapkan!" Usul Shara.

Gerald menoleh "Kamu sekongkol sama Daddy buat mempengaruhi ku hmm?" Tudingnya.

"Bukan begitu, tapi, Shara cuma mau lihat Abang menikah, masa sudah dua puluh enam tahun belum mau menikah? Nanti karatan loh!" Sambung Shara.

Gerald mengangguk "Baiklah, kalo cuma karena kamu yang mau melihat aku menikah, aku turuti. Tapi." Gerald menghentikan kalimatnya.

"Tapi apa?" Akhirnya ada kesempatan juga membujuk pemuda ini, Shara memang sudah berjanji akan membantu dokter Garry membujuk putranya.

"Aku akan menikah bersamaan dengan pernikahan ke dua mu!" Putus Gerald.

Shara menggeleng cepat "Gimana bisa? Aku tidak akan mau menikah lagi! kenapa tidak sekarang saja?" Berang nya.

"Karena kamu masih istri Zif!" Kata gerald enteng.

Shara terdiam menelaah setiap ucapan Gerald barusan, jadi berarti perempuan yang dia maksud adalah dirinya? "Aaa, Abang, Cantik serius!" Kelakarnya.

"Bodo!" Gerald memasang headphone di telinganya, dia lebih memilih mendengar musik sari pada orasi Shara.

...🖋️••••••••••••🖋️...

Di bandara,

"Mah!" Zif berjalan cepat mengejar ibu sambungnya, Mei menoleh dan tersenyum padanya "Mamah ke sini jemput Zif kan?" Tanyanya.

Mei mengangguk "Iya, Mamah tadi, ..."

"Kita langsung pulang saja, sebelum ke apartemen, Zif mau pulang ke rumah Papah dulu, sudah lama Zif gak makan masakan Mamah." Zif menyergah kata-kata kebingungan ibundanya.

Zif berusaha berpura-pura tak pernah melihat apa-apa, mengadukan pada ayahnya pun tak mungkin dilakukan, sebab Zif sudah sangat menyayangi ibu sambungnya, Mei ibu yang hangat tidak seperti ayahnya yang selalu mengekang dirinya, kelembutan dan kasih sayang yang tidak Zif dapat dari Hardika, Mei mampu memberikan nya

"Iya, baiklah!" Mei merangkul sebelah lengan putra tirinya lalu berjalan memasuki mobil yang telah siap dengan sopir di dalamnya.

Brugh!

Satu pengawal menutup pintu setelah memastikan sang tuan duduk nyaman. Mei dan Zif duduk berdampingan di atas jok penumpang.

"Zif, ..." Panggil Mei menoleh pada putranya.

"Hmm?" Zif menyahut tapi tangannya meraih ponsel miliknya dan membuka media sosial, dia sedikit memposisikan sandaran kebawah agar lebih nyaman "Can__tik!" Gumamnya.

Lelaki itu mengetik nama cantik pada kolom telusur, bibirnya tersenyum saat melihat foto profil yang mirip dengan gadis cantik di dalam bandara barusan.

"Kamu ngapain?" Mei berkerut kening menatap putranya, awalnya mau bertanya yang lebih penting tapi kemudian urung ketika Zif sibuk dengan gawai tipisnya.

"Zif buka sosial media punya kenalan Zif di bandara tadi. Ada cewek cantik, namanya juga Cantik, Mamah tahu, suaranya sangat mirip Shara, sepertinya Zif tertarik padanya, Mah!" Ujarnya.

"Zif, ..." Mei mengernyit "Kenapa tidak kamu cari saja Shara, kenapa kamu malah mengejar perempuan lain yang mirip dengan Shara? Shara istri mu kan?" Tuturnya.

Zif mendengus lalu menoleh "Shara sudah tidak ada Mah, dia yang pergi meninggalkan aku, dia tega melakukan itu padaku!" Suara Zif berangsur lirih dan bergetar.

Bukan tidak mencari, Zif sudah berkeliling kota Bali dan tak dapat menemukan isterinya, seharusnya Shara menunggunya saja di rumah sakit sampai Zif menjemputnya sendiri, tapi apa? Shara justru menyusul dan membuatnya malu di hadapan banyak koleganya. Begitu pikirnya.

"Lalu bagaimana dengan Indar? Kenapa kamu malah memperkeruh suasana dengan memperkenalkan Indar sebagai istri mu, Zif? Sekarang Indar juga hamil anak mu kan?" Sebenarnya inilah alasan Mei menemui putranya, Mei ingin membicarakan perihal Shara.

"Gimana kalo nantinya Shara kembali pulang padamu? Apa yang akan kamu lakukan?" Tambahnya bertanya.

Zif meluruskan pandangan dengan raut malas "Itu tidak mungkin, dia sudah pergi meninggalkan ku, dia yang salah, dia sendiri yang membuat aku semakin dekat dengan Indar, seandainya saja dia bisa menjaga ucapannya, pasti tidak akan pernah ada orang yang usil, dia pasti menyakiti hati orang lain, makanya ada orang yang berani berbuat jahat padanya!" Ungkapnya.

Mei mendengus "Terserah kamu saja, Mamah juga tidak berhak atas perasaan mu." Pada akhirnya Mei menyerah. Sedari kecil Zif memang selalu menggunakan pemikirannya sendiri.

...🖋️••••••••••••🖋️...

...Bersambung Dukung author dengan Like vote komen dan hadiah nya 😘....

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Menurut ku BODOH aja cowok Bejat seperti Zif di rebutin, Zif bukannya Amnesia,Tapi itu Kemahuan Zif sendiri,Dia sudah berselingkuh,Masih juga mau di rebutin,Bodoh.. kalo hanya UTK menghancurkan aku setuju,,

2023-12-07

2

*k🎧ki€*

*k🎧ki€*

agam 😤😡

2023-11-12

0

mamae zaedan

mamae zaedan

zif bermuka dua,,,pilih benarnya sendiri,😠😕

2023-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!