Teringat

"Shara?" Celetukan bibir Shara yang membuyarkan ruang halusinasi Zif "Siapa Shara? Apa dia kekasih mu Zif?" Tanyanya kembali.

Zif terjaga "B-bukan, bukan siapa-siapa, maaf, aku hanya mengingat seseorang, dia sangat mirip dengan mu, lupakan saja itu tidak penting." Sangkal nya.

Shara meredupkan tatapan "Jadi Shara bukan siapa-siapa mu, oke Zif, selanjutnya, akan aku buat kamu terus mengingatnya. Mengingat seseorang yang bukan siapa-siapa mu!" Batinnya.

📞 "Kamu tunggu di sana, lima belas menit dari sekarang, aku datang ke apartemen mu." Ujar Zif.

Shara mengangguk "Iyah, senang bertetangga dengan mu!" Katanya tersenyum. Senyum yang mengcover kekecewaan hatinya.

Zif mematikan panggilan lalu berjalan menjauh dari tempat semula, Shara pun pada akhirnya meninggalkan tempat tersebut.

Shara masuk ke dalam kamar, memeriksa beberapa pakaian miliknya yang sudah di siapkan oleh Gerald.

Tak lupa Shara mengirim pesan teks pada Gerald, melaporkan kejadian yang barusan terjadi di antara dirinya bersama Zif.

📩 "Bagus lah!"

Hanya itu balasan dari Gerald setelah panjang lebar dia membuat voice note, Shara mendengus membaca pesan Gerald "Pasif, kadang hangat, kadang dingin, kadang acuh kadang perhatian. Manusia aneh!" Gerutu nya.

Shara mengambil satu set pakaian santai ala rumahan, dia membawanya ke kamar mandi dan bergegas mencuci tangan kaki juga yang lainnya sebelum berganti pakaian.

Tak ada sepuluh menit Shara keluar dengan celana pendek berbahan jeans yang di padukan dengan t-shirt longgar tipis berwarna putih.

Sendal jepit ala rumahan pun Shara pakai, rambutnya sengaja Shara urai sebab Zif sangat menyukai rambut panjang bergelombang nya.

Ponsel di atas ranjang berkedip menunggu pengindahan, Shara pun beranjak mengangkat panggilan telepon dari nomor Zif yang belum sempat dia simpan.

"Iyah, Zif!" Sapa nya setelah itu.

📞 "Aku sudah di depan pintu apartemen mu!" Ucap Zif. Nada yang sama saat pertama kali Zif mengajaknya berbicara dua tahun yang lalu.

"Iya, aku buka." Shara berjalan keluar dari kamar dan menuju pintu utama, dia tekan handel lalu wajah tampan suaminya tertampil di balik sana.

Zif menenteng makanan ala delivery yang di pesan dari restoran fine dining terkenal "Aku bawa makan siang, tapi sekalian aku numpang makan di sini, boleh?" Tanyanya.

Shara tersenyum "Boleh dong, masuk ajah!" Ajaknya, Zif menurut masuk lalu Shara menutup pintu.

Zif menyisir seluruh sudut tempat, memastikan tidak ada penghuni selain makhluk yang berjalan beriringan bersamanya.

"Kamu tinggal sendiri?" Tanya Zif.

"Yah, begitulah." Shara berkata sembari berjalan menuju ujung tempat, dimana dia bisa melihat apartemen milik Zif dengan gamblang.

Zif meletakkan bingkisan makanan ke permukaan meja lalu kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah. Jika tempat tinggalnya saja semewah ini, sudah pasti Cantik termasuk dari jajaran orang-orang elit. Maka kali ini, kasta tak menjadi penghambat, sebab status sosial mereka berada di garis yang sama.

"Duduk Zif, aku bikin minum yah! Sekalian aku salin makanannya ke piring." Ujar Shara.

"Emmh!" Zif tersenyum lalu duduk di sofa.

Shara mengambil bingkisan bawaan Zif lalu menyalinnya dengan piring-piring cantik, rupanya semua isi pesanannya adalah makanan kesukaan Shara.

Paket ayam rica-rica, cumi rica-rica dan cumi asam manis. Menu ini sama persis seperti saat Zif makan siang bersama Shara dahulu.

Entah apa maksud Zif, dia bahkan tak menanyakan apa kesukaan Cantik sebelumnya, apa hanya ini menu yang ada di restoran itu? Shara pun tak paham.

Dalam pergerakannya Shara juga memikirkan bagaimana cara jitu menjerat kembali sang suami. Tentu saja Shara paling tahu apa yang membuat Zif terpesona padanya selama dua tahun ini.

"Baiklah Cantik, kita mulai drama ini sampai selesai!" Dia menurunkan kerah t-shirt longgarnya agar belahan dadanya terlihat sebagian.

Shara membawa dua piring nasi putih dan meletakkannya pada meja yang terletak di hadapan sofa yang Zif duduki.

Zif menoleh, sungguh senyum manis Shara begitu sedap di pandang mata "Apa perlu aku bantu?" Saat bertanya fokus mata Zif terarah pada hal lainnya. Belahan dada indah Cantik lah yang dia tatap saat ini.

"Tidak perlu Zif, aku bisa sendiri. Kamu cukup duduk manis saja." Cegah Shara lalu sekali lagi mengambil sisa piring dan gelas minuman dari meja dapur.

Setelah itu, Shara duduk tepat di sisi Zif, bahkan Shara tak sempat ragu lagi untuk merapatkan duduknya.

Zif menelan saliva ketika mengerling ke arah kiri. Paha mulus gadis itu terekspos menggoda imannya. Zif sedikit bergeser tempat duduk sebab canggung masih menguasai dirinya.

Shara tahu, jika sudah seperti ini, tandanya Zif sedang merasakan hal lain padanya, antara grogi dan salah tingkah. Shara sangat hapal dengan sikap dan perilaku suaminya.

...🖋️••••••••••••🖋️...

Sementara itu di tempat lain, Indar baru saja keluar dari lift apartemen milik calon ayah dari bayi yang dia kandung.

Mumpung Zif cuti kantor. Hari ini, Indar ingin mengajak Zif berbelanja sekalian memeriksakan kandungan.

Indar membuka pintu dengan card lock yang dia dapat dari Hardika. Yah, laki-laki paruh baya itulah yang selalu mendukungnya, mendekati Zif Prabaswara.

Indar masuk dan berjalan celingukan menyidak setiap sudut ruangan kosong milik Zif dari dapur bersih hingga kamar pribadi Zif "Kemana Zif? Bukannya seharusnya dia istirahat? Dia baru sampai dari luar kota kan?" Gumamnya.

Indar keluar kamar berjalan gontai menuju ujung tempat yang serba di kelilingi kaca transparan, tak ada siapapun di sana sehingga Indar lebih memilih pergi lagi.

Namun, saat ia memutar arah. Tak sengaja mata Indar menangkap sosok tampan pujaan hatinya duduk berdampingan di atas sofa milik tetangga apartemennya.

"Zif, ..." Indar mengerutkan keningnya dengan mata yang membulat "Bisa-bisanya dia duduk bersama wanita lain, bisa-bisanya dia tertawa-tawa dengan wanita sundal tidak tahu diri tanpa sepengetahuan ku!" Catuk nya.

Dari dalam tas clutch, Indar meraih ponsel miliknya lalu melayangkan panggilan dengan raut geram "Angkat Zif!" Beberapa nada sambung dia dengar tapi Zif masih asyik bercanda tawa bahkan saling suap-suapan bersama perempuan yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Haaaaahh!" Di hempaskan nya seluruh isi meja kerja Zif yang terdapat di sisi dinding kaca.

Indar memang memiliki temperamen yang berlebih-lebihan, dia tak dapat mengendalikan dirinya sendiri jika sudah di kuasai oleh amarah.

...🖋️••••••••••••🖋️...

Di atas sofa apartemen Shara, Zif masih belum menyadari keberadaan Indar, tapi tidak dengan Shara yang telah lama menangkap sosok wanita mengamuk di seberang sana.

"Kamu dengar tidak, Zif tidak mengenal mu, minggir kamu perempuan cacat, merusak pemandangan saja!" Bahkan kata-kata menyakitkan Indar masih terus terngiang di telinga Shara.

Tak ada belas kasih dari Shara terhadap wanita perebut suaminya, Shara akan terus melanjutkan drama ini sampai tamat.

Shara sudah sangat tahu bagaimana cara mendekati Zif dan membuat Zif betah bersama dirinya. Maka, untuk kali ini dia tidak memerlukan waktu yang lama menjerat hati seorang Zif Prabaswara.

Zif sempat menoleh kearah apartemen miliknya tapi Shara dengan cepat memalingkan wajah lelaki itu agar tetap fokus menatap dirinya "Emmh Zif, ..." Panggilnya menggoda.

Ini kesempatan bagus bagi Shara untuk membuat Indar merasa cemburu, Shara ingin Indar merasakan balasan yang perlahan tapi mematikan.

Dahulu dengan mudahnya Indar merebut Zif bahkan mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang, sekarang giliran Shara yang ingin melihat kesakitan wanita tak berperasaan itu.

"Hmm?" Jantung Zif berdebar kencang kala tak sengaja menatap belahan dada indah yang mencuat menantang dirinya "A-ada apa Cantik?" Tanyanya, terlihat sekali jakun Zif bergerak seperti sedang menelan saliva bahkan ada yang mengeras di bawah sana.

"Aku tidak tahu, kenapa aku bisa senyaman ini bersama dengan mu, padahal kita baru saja berkenalan, tapi aku merasa sudah sangat lama mengenal mu, aku bahkan tidak canggung duduk sedekat ini dengan mu." Ujar Shara.

Zif memejamkan mata menikmati deru napas Shara yang berembus tepat di hidungnya, embusan napas Shara benar-benar mengingatkan dirinya akan kenangan intens bersama Shara dahulu.

"Shara, sayang." Dalam batin yang hening Zif memanggil nama Shara. Zif seperti terhipnotis untuk segera memangkas jarak di antara mereka.

Shara terdiam pasrah, lagi pun, ini bukan perbuatan dosa sebab dia merasa sudah di nikahi Zif secara syah.

"Aku merindukan mu, Shara." Baru saja Zif ingin menempelkan bibirnya, Cantik lantas mundur dengan wajah terkesiap "Shara siapa Zif?" Tanyanya berkelit.

"Hah?" Sontak Zif membuka mata, rupanya tanpa sadar dia menyeletuk kan nama istrinya, Zif menelan saliva saking gugupnya. Napas berderu sebegitu hebat, Zif sendiri terperanjat, kenapa dia masih belum mampu melupakan istri yang enam bulan lalu pergi meninggalkan dirinya.

"Ada apa ini? Shara, sial! Bahkan setelah bersentuhan dengan wanita lain pun, aku masih saja mengingat Shara!" Umpat dalam batinnya.

"Emm, bukan, bukan siapa-siapa, maaf aku lancang menyentuh mu." Ungkapnya seraya menjauh.

...🖋️••••••••••••🖋️...

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

aku jg setuju shara balas dendam tapi jgn pake hati bermain yg cantik dan hrs ngasih tau siapa indar sebenarnya

2025-01-15

0

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Mudah sekali menggoda laki-laki buaya.....😏😏😏😏😏

2025-02-17

0

yeni NurFitriah

yeni NurFitriah

Sebegitu gampang nya Zif tergoda 😏l

2025-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!