Ayu segera bersiap, setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur dia akan kepasar seperti rencananya semula. Ketika akan berangkat tiba-tiba ibunya memanggil, "Yu! jangan berangkat dulu Nak? Den Oki memanggilmu."
"Iya Bu," jawab Ayu sembari berbalik dan langsung menuju ke rumah induk. Ayu segera menuju kamar Oki, sesampainya di depan kamar dia lalu mengetuknya.
Oki mempersilakan Ayu masuk, karena dia sudah menduga yang datang pasti Ayu. Lalu Ayu membuka pintu kamar tersebut sembari mengucap salam. Ayu masih takut jika Oki tidak bisa menerima dirinya dan masih tetap bersikap dingin.
"Den Oki memanggil Saya?" tanya Ayu.
"Iya! temani aku ngobrol, aku lagi bosan seperti ini terus di kamar," ucap Oki.
"Baik Den," jawab Ayu.
Ayu melihat Oki berjuang untuk duduk, tanpa Oki minta, Ayu langsung membantunya bersandar. "Maaf... aku memang bisanya cuma merepotkan orang," ucap Oki tanpa memandang ke Ayu.
"Den Oki jangan segan jika ingin meminta tolong."
"Ya!" ucap Oki.
Ayu bingung harus mulai pembicaraan tentang apa, dia menunggu Oki berbicara.
"Kamu silahkan duduk, kenapa mematung saja di situ! tarik saja kursi itu."
"Iya Den, apa Den Oki tidak ingin menghirup udara luar, misalnya di taman gitu?"
"Aku tidak mau merepotkan siapapun, membantuku duduk saja sudah sulit apalagi membawaku keluar."
"Kan bisa minta bantuan Mang Trimo Den, laki-laki tenaganya pasti kuat."
"Nantilah kalau mut ku lagi bagus, saat ini aku lebih senang berada di kamar, nggak ada yang melihat dan mengejekku selain kalian."
"Itu cuma perasaan Aden saja, mereka tidak mungkin mengejek dan kami semua di sini juga ingin Aden cepat sembuh."
"Kalau Aden setiap hari hanya di kamar saja, bagaimana mau memiliki semangat, setidaknya di luar Aden bisa terhibur dan terkena sinar matahari. Apalagi jika Aden keluar di pagi hari, di mana udara masih sejuk dan segar."
Oki terdiam mendengar ucapan Ayu. Dia sebenarnya juga bosan terus menerus di kamar tapi jika keluar mau kemana dia pergi dan siapa yang bakal menemaninya.
Mama Papanya jelas sibuk mengurus bisnis, Mang Trimo atau Bik Aisyah, tentu saja tidak nyaman untuk diajaknya berbicara. Okan, kakaknya tidak mungkin dia juga sibuk di rumah sakit dan juga kliniknya, apalagi mereka juga sering berdebat.
Pernah sih Mamanya menawarkan seorang perawat untuk membantu, tapi Oki menolak, karena dia tidak mau di sepelekan oleh seorang gadis yang pasti akan menganggapnya sebagai pemuda tidak berguna atau hanya merasa iba saja.
Melihat Oki terdiam, Ayu melanjutkan ucapannya, "Jika Den Oki mau, minggu pagi aku bersedia menemani Aden jalan-jalan, terserah Aden mau kemana. Jika hari biasa aku tidak bisa Den, karena harus sekolah dan sore hari juga tidak bisa karena harus bekerja dan pulang sampai rumah malam. Waktu yang kupunya hanya sabtu sore dan hari minggu, sebab sabtu dan minggu, aku libur bekerja."
"Kamu masih sekolah, kenapa bekerja, apa tidak capek dan pasti sulit bagi waktunya kan?"
"Alhamdulillah, bisa Den. Kerjaku mulai jam 4 sore sampai jam 10 malam."
"Memangnya kamu kerja apa? kok malam banget pulangnya?"
"Aku bantu-bantu Den di klinik spesialis, alhamdulillah, untungnya bos ku itu baik orangnya."
"Jadi kapanlah waktunya kamu belajar jika pulang bekerja saja sudah larut malam."
"Aku belajar sebentar setelah sholat subuh, hanya mengulang-ulang materi saja Den."
"Oke, aku mau minggu depan kamu temani aku jalan-jalan."
"Siap Den! Aden bisa mengandalkan aku."
"Kamu mau pergi ya, kulihat dandanan kamu kok rapi nggak seperti tadi pagi."
"Iya Den, tapi nggak apa-apa kok jika Aden masih butuh teman, aku akan temani Aden."
"Memangnya kamu mau kemana?"
"Aku mau ke pasar Den, membeli kebutuhan hari-hari lalu memenuhi janji bertemu teman."
"Oh, ya sudah, kamu pergilah! kita masih bisa ngobrol lagi nanti."
"Benar nih? Aden nggak apa-apa aku tinggal?"
"Pergilah! Aku juga mau tidur."
"Baiklah Den, jika Aden membutuhkan teman jangan segan-segan ya? panggil aku. Jika aku sedang di rumah pasti akan dengan senang menemani Aden."
Oki mengangguk dan Ayu pun pamit pergi, Ayu bergegas keluar dari kamar Oki, lalu menemui Ibu. "Bu...jika Ayu tidak sempat ke pasar, besok pulang sekolah saja Ayu belanjakan kebutuhan kita ya? sepertinya Ayu bakal telat penuhi janji dengan dokter Okan jika harus ke pasar dulu."
"Iya Yu, nggak enak juga jika dokter Okan yang harus menunggumu. Hati-hati di jalan ya?" ucap ibu.
"Ayu berangkat ya Bu, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Ayu pun bergegas pergi, dia menyetop angkot tujuan pasar, baru saja dia naik, Okan pun menelephone, "Kamu sudah selesai belanja Yu? Aku sudah sampai di tempat pertama kita bertemu."
"Maaf Dok, aku baru saja berangkat, tadi anak majikan Ibu memintaku menemaninya ngobrol, tidak enak jika menolaknya Dok, sementara dia baru mulai berteman denganku."
"Kamu sekarang sudah sampai mana?"
"Sebentar Dok," Ayu pun bertanya kepada Pak sopir nama jalan yang mereka lalui, Pak Sopir pun memberitahu dan Ayu segera menyampaikannya kepada Okan.
"Sekarang minta Pak sopir untuk menurunkanmu di depan Indomaret yang ada di jalan tersebut dan tunggu aku di sana, aku akan jemput kamu," pinta Okan.
Kemudian Ayu meminta Pak sopir agar menurunkannya di depan Indomaret yang ternyata tidak jauh lagi dari tempatnya sekarang.
Ayu turun dari angkot, membayar ongkos lalu berjalan ke halaman Indomaret. Dia menunggu kedatangan dokter Okan di sana.
Sekitar 15 menit Ayu menunggu, barulah dokter Okan tiba, Ayu lalu menghampirinya. Dokter Okan pun membukakan pintu mobilnya dan segera melajukannya kembali.
"Kamu tidak jadi belanja Yu?"
"Tidak usah Dok, besok saja, kita bakalan kesorean pergi ke makam jika harus ke pasar lagi."
"Oh... begini saja, nanti sepulang dari makam, aku akan ajak kamu berbelanja di swalayan saja."
"Tapi Dok, harga di swalayan-kan lebih mahal daripada harga di pasar tradisional," ucap Ayu.
"Yu, paling cuma selisih sedikit, daripada besok kamu akan capek."
Ayu sejenak terdiam, lalu dia berkata, " Terserah Dokter deh!"
Okan terus melajukan mobilnya ke arah TPU, lalu dia memarkirkan mobil di tempat biasanya dan segera mengajak Ayu masuk ke area pemakaman.
Ayu mengikuti kemana Okan membawanya lalu merekapun berhenti di sebuah makam. Di batu nisan tersebut tertulis nama Naura dan terlihat usianya jika masih almarhumah masih hidup sekitar tiga tahun diatas usia Ayu.
Okan memegang tangan Ayu, dia mengajak Ayu duduk di pinggiran makam dan mulai membacakan doa buat arwah almarhumah.
🌻Terimakasih atas dukungannya para sobat, jangan lupa aku tunggu lho dukungan selanjutnya, selamat sore menjelang maghrib, selamat beristirahat, semoga tetap sehat dan bahagia.
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Safni Mardesi
sdmoga okan dan oki baikan.
2022-03-18
2