"Huh...awas kamu Yu, berani-beraninya kamu menutup panggilan tanpa persetujuan ku, lihat saja besok, aku pasti akan menguhukum mu."
Okan kesal, dia melempar ponselnya ke atas tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Matanya terpejam, tapi pikirannya masih saja tertuju kepada gadis cupu yang belakangan ini mengusik hatinya.
"Ada apa dengan perasaanku ini? Mana mungkin aku jatuh cinta pada anak ABG apalagi penampilannya cupu banget," monolog Okan.
"Ah...kenapa aku tidak rela dia menutup panggilanku, rasanya aku nyaman berbicara dengannya. Ayu...kenapa kamu membuat aku semakin penasaran ingin terus masuk ke dalam kehidupanmu."
Okan berbicara sendiri sembari menatap nomor ponsel Ayu. Akhirnya Okan memutuskan keluar dari kamarnya, menonton TV untuk mengalihkan pikirannya dari Ayu.
Akal sehat Okan bertentangan dengan hatinya. Akalnya mengatakan Ayu hanya gadis kecil, cupu dan biasa saja, yang pantas jadi adik. Sementara hatinya bergetar aneh di saat berdekatan dengan Ayu yang membuat Okan nyaman dan bahagia.
Okan yang lelah akhirnya tertidur di kursi, saat sedang menonton televisi hingga terdengar suara adzan barulah dia terbangun.
Pagi sekali dia sudah bersiap, Okan ingin mengunjungi orangtuanya dan melihat perkembangan kesehatan Oki.
Walaupun Oki selalu membuat Okan kesal tapi adik tetaplah adik, Okan tidak mungkin terus mengabaikannya, apalagi sekarang dengan kondisi Oki yang lumpuh.
Okan sudah berdandan rapi, ketampanannya semakin terlihat sempurna dengan paduan warna pakaian yang dia kenakan.
Setelah mengunci apartemennya, Okan langsung menuju mobil dan melajukan ke jalan raya menuju kediaman orangtuanya.
Di perjalanan Okan menyempatkan diri menelephone Ayu untuk mendapatkan alamat sekolahnya, tapi Ayu tidak mengangkat panggilan dari Okan.
Ayu sedang sibuk di dapur, mengemas bekal yang akan dia bawa, sedangkan handphonenya sudah disimpan di dalam tas sekolah yang berada di kamar.
Okan kesal, gadis ini memang tidak mengindahkan ucapannya. Dia melihat jam dan langsung memutar balik arah mobilnya, Okan tidak jadi ke rumah orangtuanya melainkan ingin menjemput Ayu dan mengantarnya ke sekolah.
Mobil Okan sampai di depan gang rumah Ayu tepat pukul setengah tujuh, dia yakin sebentar lagi Ayu pasti melintas.
Okan sengaja menunggu Ayu di dalam mobil yang dia parkir di sebelah gang. Dia terus memperhatikan setiap orang yang lewat dari kaca spion karena Okan tidak mau sampai lengah dan terlewati oleh Ayu.
Akhirnya Okan melihat Ayu sedang berjalan melenggang dengan tas sekolah ada di punggungnya. Okan segera keluar dari dalam mobil dan menarik lengan Ayu saat dia lengah dan sedang memperhatikan arah lain.
Ayu kaget dan langsung menoleh, tadinya dia hendak marah kepada orang yang menarik lengannya, tapi saat dia melihat orang itu adalah dokter Okan, Ayu akhirnya nyengir kuda.
Dia tahu, dokter Okan pasti marah atas perbuatannya tadi malam, yang mematikan panggilan sepihak.
Ayu menatap wajah dokter Okan yang sedang serius menatap dirinya, tanpa ada senyum sedikitpun. Kemudian Ayu mengatupkan kedua tangannya, dia mencoba tersenyum untuk mencairkan suasana.
Namun dokter Okan tetap dingin menatap Ayu, lalu dia membuka pintu mobil, tanpa bersuara sedikitpun dan tetap berdiri mematung. Ayu tahu pasti dokter Okan ingin dia masuk ke dalam mobil tapi karena dia masih marah maka malas bersuara.
Ayu pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam, dia juga belum berani bersuara, Ayu benar takut jika dokter Okan membuktikan omongannya.
Setelah Ayu masuk ke dalam mobil, Okan pun masuk dan menutup pintu mobil itu dengan kuat hingga membuat Ayu terkejut.
Okan pun melajukan mobilnya, karena tidak tahu Ayu bersekolah di mana, Okan akhirnya bersuara, "Dimana alamat sekolah mu?"
"Ke arah sana Dok, di jalan Sutomo ujung dekat gedung bertingkat yang berwarna tosca."
Ayu diam setelah mengatakan alamat sekolahnya, dia masih bingung harus mulai dari mana untuk meminta maaf.
"Mana handphonemu?"
Ayu pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu menyerahkan kepada Okan, dia pasrah jika Okan akan mengambil kembali ponsel tersebut.
Okan memeriksa panggilan masuk di ponsel Ayu dan ternyata memang ada panggilan tak terjawab darinya.
Setelah memeriksa kembali dengan teliti, nada panggil dan dering di ponsel Ayu rupanya belum di atur dan di sana baru ada satu nomor kontak milik Okan saja.
Okan sebenarnya ingin tersenyum melihat kebodohan Ayu, tapi dia masih gengsi. Dia ingin Ayu meminta maaf dan menyadari apa kesalahannya.
Kemudian Okan menyerahkan kembali ponsel Ayu, Ayu pun menerimanya dan memasukkannya ke dalam tas sembari berkata, "Maafkan Aku Dok, maksudku nanti saat jam istirahat baru akan memberitahukan alamat sekolahku. Tapi Dokter sudah datang menjemput, ya... syukur deh, jadi bisa berhemat ongkos."
Kini malah Ayu yang berbicara ngawur, padahal bukan itu yang mau dia ucapkan tapi ntah kenapa malah mulutnya berkata lain.
Okan yang mendengar jawaban dari Ayu segera menyentil dahinya dan Ayu pun berteriak mengaduh kesakitan sambil memegangi poni agar tidak tersingkap hingga membuat Okan mengetahui rahasia yang Ayu sembunyikan.
"Makanya, aku kan sudah bilang, jika aku menghubungimu tolong diangkat, kemana saja kamu pagi tadi, kenapa panggilan dariku tidak kamu angkat!"
"Memangnya Dokter menelephone aku?" tanya Ayu bingung sambil mengambil ponselnya kembali dari dalam tas dan memeriksa panggilan tidak terjawab.
*Maaf Dok, aku tidak tahu jika Dokter tadi menelephone, soalnya aku lama di dapur mempersiapkan bekal dan membantu ibu membereskan rumah," ucap Ayu lagi.
"Ya jelas saja, kamu tidak dengar, pengaturan nada dering di situ, belum kamu atur."
Ayu menepuk keningnya sendiri, Okan yang melihat hal itupun tertawa.
"Kamu bodoh atau lugu? ucap Okan. Tapi tidak ada kemarahan lagi di wajahnya.
"Terserah Dokter saja yang menilai."
Ayu tidak marah atas perkataan Okan, dia memang bodoh dan gagap teknologi.
Mereka akhirnya tiba di depan gerbang sekolah, lalu Ayu izin turun, karena harus masuk kelas. Okan pun memberi Izin seraya berkata, "Tapi ingat! Nanti siang aku akan menjemputmu."
"Baik Pak Bos!" ucap Ayu sambil terburu-buru masuk ke dalam gerbang. Ayu mengelus dada sambil bersyukur bahwa tidak ada satu temannya pun yang melihat dirinya turun dari mobil mewah Okan selain abang security sekolah.
Okan pun segera melajukan mobilnya setelah Ayu hilang dari pandangan mata. Kini Okan ingin menemui temannya yang baru saja datang dari luar kota sambil menunggu jam sekolah Ayu usai.
Ayu yang mengelus dada sambil membuang napas lega pun terkejut saat security menegurnya. "Eh, Neng Ayu diantar pacarnya ya? gagah amat, seperti aktor."
"Abang kagetin aku saja, bukan pacar Ayu kok Bang? itu Dokter di klinik tempat aku bekerja. Aku minta tolong sama Abang, jangan sampai Dilla CS tahu ya, bisa berabe."
"Oke...beres Neng!"
Setelah mengacungkan jempolnya kepada abang scurity, Ayu pun langsung menuju kelasnya.
🌻 Terimakasih atas semua dukungan para reader, semoga kalian selalu di beri kesehatan dan kebahagiaan ya...hingga bisa terus mendukung karya-karya ku.🙏😉
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anna Susiana
mudah mudahan ibunya Ayu mendapat rejeki dan berkah yg melimpah dg bekerja ditempat majikan yg baik dan perhatian terhadap para pekerjanya
2022-12-27
1
Siti Mariam
👍👍👍👍👍
2022-04-07
0
Ummi Alfa
Sepertinya ibunya Ayu kerja di tempat orang tua Dr Okan ngurus adiknya yg kumpuh.
2022-03-31
1