Ayu dan ibu sudah selesai berbenah, malam ini mereka tinggal di tempat baru, berharap mendapatkan rezeki dan kebahagiaan yang baru.
Bu Nita mengajak Ayu untuk beristirahat, tapi sebelum itu Ayu bilang ke Ibu bahwa besok sore dia akan ke pasar sekaligus diajak ke makam bersama dokter Okan.
Kemudian Ibu pun bertanya, "Makam siapa Nak yang akan kalian kunjungi?"
"Ayu belum sempat bertanya Bu, mungkin saja makam keluarganya."
"Yang penting jangan pulang malam ya Nak, nggak baik di lihat keluarga ini, kan kita baru saja pindah? lagipula besok hari libur. Jika hari kerja nggak masalah, mungkin mereka paham."
"Iya Bu, Inshaallah besok Ayu akan pulang lebih awal."
"Ayo tidur Nak, besok pagi kita jangan sampai terlambat bangun."
"Iya Bu."
Karena lelah sebentar saja Ayu sudah terlelap, Ibu segera menyelimuti Ayu lalu ikut tidur di sampingnya.
Pagi sebelum subuh Ibu terbangun, lalu menyiapkan sarapan, beliau membiarkan Ayu yang masih terlelap sambil menunggu adzan subuh.
Sarapan sudah selesai, ibu segera membangunkan Ayu agar mandi karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan sholat berjama'ah.
Selesai menjalankan ibadah, mereka lalu sarapan, setelah itu ibu lalu menemui majikannya yang sedang bersiap untuk berangkat ke bandara.
Bu Rina, Mama Okan segera memberikan pengarahan kepada Bu Aisyah tentang menghadapi Oki jika dia sedang ngambek atau bahkan marah-marah.
Untuk jadwal minum obat serta jadwal terapi sudah Bu Rina tulis di secarik kertas. Sedangkan masalah berangkat terapi ke rumah sakit, nanti sopir pribadi keluarga Okan yang akan mengantar, Bu Aisyah cukup menemani Oki dalam menjalankan terapinya.
Masalah mengurus rumah, memasak, membersihkan pekarangan sudah ada pekerjanya masing-masing, jadi tugas Bu Aisyah hanya memperhatikan kebutuhan Oki saja.
Setelah Bu Aisyah paham akan semua tugasnya, Bu Rina dan Pak Ardhi pun pamit, mereka akan menjemput Metha dulu baru langsung ke bandara.
"Oh ya Bik ada lagi, jika ada yang perlu di tanyakan telephone Saya ya? terus saudara kembar Oki juga bakal sering datang selama Saya pergi, jadi dia bisa membantu Bibik memperhatikan Oki. Terakhir saya minta tolong agar Ayu temani Oki, supaya dia tidak jenuh sendirian terus di kamar dan ada teman ngobrolnya."
"Baik Nyonya."
"Kami berangkat ya Bik, hati-hati di rumah."
Bu Nita pun mengangguk sambil memperhatikan majikannya yang sudah masuk ke dalam mobil. Setelah mobil yang membawa majikannya hilang dari pandangan, Bu Nita kembali ke paviliun untuk memberitahu Ayu tentang pesan majikannya.
Ayu segera ikut ibunya ke rumah induk, Bu Nita ingin memperkenalkan Ayu kepada Oki. Bu Nita mengetuk pintu kamar Oki, tapi belum ada sahutan dari dalam. Lalu beliau mencoba mengetuknya lagi, barulah Oki menjawab, "Masuk!"
Bu Nita lalu mengajak Ayu untuk masuk, Oki memandang Ayu lalu bertanya kepada Bu Nita, "Kenapa Bik Aisyah membawa orang asing kesini?"
"Dia putriku Den, kami baru pindah ke paviliun. Nyonya meminta saya untuk mengenalkan ke Aden siapa tahu Den Oki butuh teman ngobrol."
Ayu terus memperhatikan Oki, sepertinya wajah Oki tidak asing baginya. Dia terus mengingat, lalu Ayu sadar ternyata wajah Oki seperti Okan cuma Oki sangat kurus dan kulitnya sawo matang serta rambutnya yang panjang menggambarkan dirinya seperti anak jalanan.
Sementara Okan tubuhnya atletis, kulitnya putih dan selalu berpenampilan rapi. Ayu yang masih bengong, lalu di senggol oleh Ibunya, "Kenalkan dirimu Nak kepada Den Oki."
"Baik Bu."
"Maaf Den, kenalkan namaku Ayu," ucap Ayu sambil mengulurkan tangannya kepada Oki.
Oki hanya diam, dia tidak terlalu senang jika ada orang asing masuk ke kamarnya. Sejak Oki kecelakaan dan lumpuh, dia tidak ingin mengenal banyak orang luar.
Ayu yang tidak mendapatkan tanggapan, langsung menarik kembali tangannya. Dia sadar, mungkin Oki memang nggak ingin bersahabat dengan dirinya.
Ibu yang tahu tuannya tidak suka dengan kehadiran Ayu di sana segera pamit, "Permisi ya Den, Bibi mau siapin makanan untuk Aden, jika butuh apa-apa telephone saja ya Den, "ucap Bi Nita sambil mengajak Ayu meninggalkan kamar Oki.
Selama Bu Rina pergi, Bu Nita di beri pasilitas handphone agar mudah berkomunikasi. Ayu bertanya kepada ibu tentang sikap Oki, "Bu...apa Oki memang selalu bersikap seperti itu? sepertinya dia tidak suka ya Bu dengan kehadiran Ayu?"
"Memang seperti itu Nak jika baru bertemu, Ibu juga di cuekin waktu awal bekerja di sini. Tapi sebenarnya Den Oki itu orangnya baik, hanya butuh perhatian saja."
"Oh... mudah-mudahan besok Den Oki sikapnya ke Ayu lebih welcome ya Bu."
"Bu... sebenarnya Ayu penasaran, coba ibu perhatikan, wajah Den Oki mirip sekali dengan dokter Okan. Hanya saja dokter Okan lebih putih dan badannya lebih berisi serta lebih rapi. Ayu pikir kalau Den Oki rambutnya di pangkas rapi pasti mirip banget Bu?"
"Iya ya Nak! Ibu kok nggak nyadar ya, memang sih kata Nyonya Rina Den Oki memiliki saudara kembar, tapi Ibu memang belum pernah bertemu. Tadi pagi, Nyonya bilang selama beliau pergi kembaran Den Oki bakal sering kesini, nah kita nanti bakal tahu apa benar dokter Okan atau bukan."
"Iya Bu, nanti sore-kan Ayu bertemu dokter Okan, Ayu akan coba bertanya, apa dokter Okan punya saudara kembar atau tidak. Kalau kita nanya langsung kepada Den Oki nggak enak-kan Bu? lagipula di sini tidak ada foto mereka."
"Iya, ibu juga penasaran jadinya, tapi jika mereka saudara kembar, kenapa yang satu berhasil jadi dokter, nah satunya lagi ibu dengar Den Oki cuma seorang pembalap liar."
"Nasib orang Bu, nggak ada yang tahu."
"Iya ya Nak. Kamu balik sana ke paviliun, ibu mau nyiapin makanan buat Den Oki dulu, nanti ibu menyusul."
"Baik Bu, Ayu mau baca novel cetak pemberian Pak Robi saja sambil menunggu Dzuhur."
Ayu segera kembali ke kamarnya, di sana dia mulai mempelajari penulisan novel online, tapi pikirannya jadi tidak pokus, dia kepikiran dokter Okan dan Den Oki.
Dari pada penasaran, Ayu memutuskan untuk menelephone dokter Okan dan menanyakan tentang hal itu, tapi ponsel dokter Okan ternyata tidak aktif.
Akhirnya Ayu mencoba pokus kembali belajar, kini dia mulai membuka aplikasi Noveltoon, mengikuti petunjuk yang ada. Dia mulai menulis bab pertama sesuai imajinasinya.
Sebagai pemula tentu saja Ayu masih kuwalahan untuk merangkai kata demi kata hingga membentuk suatu kalimat dengan alur cerita yang bagus.
Namun Ayu tidak mau menyerah, hingga akhirnya dia berhasil menulis seribu kata lebih untuk bab pertama dalam ceritanya.
Mengenai cover, Ayu masih bingung. Rencananya sore nanti, saat dia bertemu dengan dokter Okan, Ayu akan meminta bimbingan darinya.
🌻Jangan lupa dukungannya ya sobat, berkah untuk kalian dan juga untukku sebagai penulis.
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments