"Assalamualaikum Bu," ucap Ayu tapi tidak ada sahutan. Ayu mengulang kembali salamnya juga sama, tetap tidak ada jawaban.
"Kemana Ibu kamu Yu, coba kamu ketuk pintunya."
Ayu mengetuk pintu sampai berulang tapi Ibu tidak kunjung membukakan pintu.
"Kemana Ibu ya Dok? nggak biasanya Ibu seperti ini."
Ayu mencoba membuka handle pintu dan ternyata pintu tidak terkunci, Ayu terkejut lalu dia masuk ke dalam di ikuti oleh dokter Okan karena takut terjadi apa-apa dengan Ibu.
Ayu tersenyum saat melihat Sang ibu tertidur di kursi, dengan televisi yang masih hidup.
"Ternyata Ibu ketiduran Dok, mungkin Ibu kelelahan bekerja tadi siang, nggak biasanya beliau seperti ini."
Ayu melihat ke sekeliling, ternyata banyak barang yang sudah di kemas oleh ibu dalam masing-masing kardus.
"Oh...ternyata ibu tadi membereskan barang, bersiap untuk kepindahan kami."
"Ya sudah, nggak usah dibangunkan, kasihan beliau, kalau begitu aku permisi ya Yu, hari sudah malam nggak enak dilihat tetangga."
"Iya Dok, terimakasih atas semua kebaikan Dokter hari ini."
Okan cuma mengangguk lalu dia beranjak keluar diikuti oleh Ayu, "Tutup dan kunci pintunya Yu, aku pulang dulu Ya?"
Ayu pun mengangguk sambil berucap, "Hati-hati ya Dok!"
Okan pun tersenyum, hatinya senang mendapatkan perhatian kecil dari Ayu, dia melambaikan tangan saat Ayu masih berdiri di pintu sambil memperhatikannya. Dia melambaikan tangan sembari berkata, "Masuklah Yu! biar aku tenang pergi."
Ayu pun membalas lambaian tangan Okan, lalu menutup dan mengunci pintu rumahnya. Setelah melihat pintu rumah Ayu tertutup barulah Okan melajukan mobilnya.
Selama dalam perjalanan, Okan terus tersenyum, dia terbayang senyum manis Ayu saat melepas kepergiannya tadi, "Aduh, ada apa ini dengan hati dan jantungku, kenapa aku senang banget mendapatkan perhatian kecil dari Ayu. Padahal Metha sering memberikan perhatian yang lebih tapi hatiku tidak sesenang ini," monolog Okan.
"Ayu...oh Ayu. Keayuan pribadimu ternyata mengusik hatiku. Aku sudah mulai gila kali ya, gila ingin selalu berada di dekat gadis itu." lanjut Okan sambil terus tersenyum sambil melajukan mobilnya.
Setelah kepergian Okan, Ayu masuk ke kamar ibunya lalu mengambil selimut, dia tidak ingin membangunkan ibu jadi dia memilih menemaninya tidur di ruang tamu.
Pagi pun tiba, Ayu melihat ibu belum bangun lalu dia bergegas ke dapur membuat sarapan sambil menunggu adzan subuh.
Nasi goreng teri kesukaan ibunya pun telah matang, lalu ayu sajikan di meja makan, saat suara adzan terdengar, diapun membangunkan Ibu untuk menjalankan sholat subuh. Ibu terkesiap saat Ayu menciumnya, "Lho...jam berapa ini Nak, kamu kapan pulang?"
"Ibu...ini sudah subuh lho, ayo kita sholat Bu."
"Astaghfirullah, berarti Ibu ketiduran di sini?"
"Ibu sih, sudah capek bekerja kok malah berkemas sendiri di rumah, nanti sore Ayu kan libur kerja jadi kita bisa sama-sama berkemas."
"Nggak bisa Nak, nanti sore kita harus sudah pindah. Majikan ibu akan pergi keluar kota besok pagi, jadi kita harus sudah di sana sebelum mereka berangkat. Ibu harus menjaga Den Oki bersama pembantu lain."
"Oh gitu ya Buk, kita sholat dulu ya Buk nanti Ayu bantu berkemas lagi."
"Ayo Nak kita sholat dulu."
Ibu dan Ayu bergegas membersihkan diri, berwudhu lalu bersama melaksanakan sholat subuh, setelah selesai Ayu mengajak Ibu untuk menyantap sarapan yang sudah dia masak tadi.
"Hemm... lezat. Kamu tahu saja, ibu memang lagi kepingin nasi goreng teri buatanmu."
"Iya dong Bu, Ibu juga selalu memikirkan keinginan Ayu. Ayu juga ingin membuat Ibu bahagia walau hanya lewat masakan sederhana. Inshaallah suatu saat Ayu ingin membahagiakan ibu, biar ibu tidak usah capek lagi bekerja."
"Aamiin...kamu memang anak baik, ibu bangga bisa jadi Ibumu."
Ayu pun memeluk Ibunya, sementara Bu Nita teringat kata-kata majikannya dulu, saat nanti Ayu berumur 17 tahun dia harus segera memberikan liontin yang di amanahkan oleh orang tua kandung Ayu.
Bu Nita belakangan ini juga sering bermimpi, seseorang berjubah dan besorban putih datang mengatakan bahwa Ayu akan menjadi gadis yang cantik saat ada seorang pemuda yang mencintainya dengan tulus tanpa jijik melihat sisik yang menjadi tanda lahirnya.
Mimpi itu terus membayangi Bu Nita, beliau senang jika mimpi itu nanti menjadi kenyataan tapi sekaligus dia takut. Takut Ayu akan meninggalkannya, saat dia tahu asal usul hidupnya.
Setiap kali mimpi itu datang, Bu Nita langsung bertahajud berharap Allah akan mengabulkan mimpinya itu. Bu Nita ingin Ayu hidup bahagia, hidup layak seperti para gadis umumnya.
Beliau sedih setiap kali ingat dulu putrinya selalu pulang dengan menangis karena ejekan pedas dari teman-temannya dan di cap sebagai anak pembawa sial oleh warga setempat.
"Bu...Ibu kenapa menangis?" tanya Ayu yang mendengar Ibunya terisak saat masih di dalam pelukannya.
Bu Nita masih diam, beliau belum bisa menjawab, pikirannya masih menerawang jauh memikirkan saatnya yang hampir tiba, dimana Ayu harus tahu semuanya.
"Bu...Ayu buat Ibu sedih ya? Ayu minta maaf ya Bu, jika belum bisa bahagiain Ibu. Tapi Ayu janji setelah hutang Ayu selesai, Ayu akan tetap bekerja dan menabung. Ayu ingin bisa membiayai Ibu untuk berangkat haji."
Bu Nita semakin menangis mendengar perkataan Ayu. Ayu pun ikut menangis, dia berjanji di dalam hatinya akan bekerja keras demi membahagiakan sang Ibu.
Ayu mengelap air mata Ibunya lalu dia berkata, "Do'a-kan Ayu terus ya Bu, agar kehidupan kita bisa berubah lebih baik suatu saat."
"Inshaallah Nak, Ibu selalu mendoakan kebahagiaanmu. Ayo bersiap sana! pergi sekolah, nanti kamu terlambat, biar berkemas ibu yang lanjutkan, pagi ini Ibu di bolehkan tidak masuk kerja agar ibu bisa berkemas dan secepatnya pindah."
"Tapi jika ibu lelah, istrihat ya bu! biar nanti pulang sekolah Ayu yang melanjutkan."
Bu Nita lalu mengangguk, Ayu pun masuk ke kamarnya untuk memakai seragam sekolah. Pagi ini Ayu lebih bersemangat pergi ke sekolah karena Pak Robi akan mengumumkan siapa yang berhak mendapatkan hadiah Novel cetak karyanya.
Dan Bu Lexi juga berjanji akan menempelkan pengumuman karangan siapa yang terpilih untuk di ikutkan pada lomba ajang pencarian bakat penulis.
Ayu pamit kepada Ibu, kemudian dia bergegas menyandang tas, berjalan keluar gang rumahnya untuk menunggu angkot.
Di ujung gang dia melihat seorang pria memakai topi berdiri membelakangi arah jalannya, Ayu merasa tidak asing dengan perawakan tubuh pria tersebut. Namun dia menepis pikirannya itu dan terus berjalan hingga melewati pria tersebut.
Ayu terkejut dan hendak marah saat tasnya di tarik dari belakang oleh pemuda bertopi, tapi ketika dia berbalik siap untuk marah, sebuah wajah tak asing tersenyum menyeringai, membuka topi lalu mengatupkan kedua tangannya.
Jangan lupa dukungannya ya para sobat dan terimakasih telah setia menemani aku hingga terus semangat berkarya.🙏😉
Inshaallah hari ini aku usahakan bisa Up 3 episode ya sobat, berharap bisa lebih sih, tapi kesibukan di dunia nyata seringkali tak mengizinkan.
Salam pagi dan selamat beraktivitas, hadapi hidup dengan selalu tersenyum.
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anna Susiana
aduh.. kira kira siapa ya orang itu?
2022-12-27
1
Ummi Alfa
Ceritanya menarik , tapi kenapa yg like sedikit ya...
2022-04-01
0
Safni Mardesi
dokter okan kah..?
2022-03-17
1