Para murid mulai masuk ke dalam kelasnya masing-masing, setelah bunyi bel terdengar tanda jam istirahat telah selesai.
Di dalam kelas Ayu, mereka pada kasak kusuk mengatakan bahwa dia kena kutuk makanya memiliki wajah seperti itu.
Dilla pun memanfaatkan hal itu dan malah meminta mereka untuk menjauhi Ayu, "Makanya kalian jangan dekati dia, bisa saja kan kutukan tersebut mengenai kita, hih...aku nggak mau memiliki wajah seperti itu."
"Iya, aku juga ogah ah, kecantikan ini modal untuk ku di masa depan," ucap Vina.
"Bila perlu kita lapor saja ke pihak sekolah agar mengeluarkan dia dari sini. Apa sekolah mau tanggung jawab jika imbas kutukannya itu mengenai kita semua," ucap Dilla lagi yang diikuti anggukan dari teman-temannya.
Sisil yang mendengar hal itu mengelus dada, sebenarnya dia ingin membantah ucapan Dilla tapi melihat Bu Lexi, guru bahasa Indonesia yang sudah di ambang pintu, Sisil pun mengurungkan niatnya.
"Selamat siang anak-anak," sapa Bu Lexi sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
"Selamat siang Bu," jawab mereka serempak.
"Hari ini, seperti janji kita minggu lalu, ibu ingin kalian membuat sebuah karangan tentang cerita perjalanan hidup. Selama kalian hidup pasti ada peristiwa yang paling mengesankan, minimal tiga halaman buku. Karangannya bebas, mau itu cerita sedih, senang ataupun kecewa yang pernah kalian alami."
"Oke Bu," jawab murid-murid dengan serempak.
"Kalian tahu apa maksud ibu menyuruh kalian membuat karangan ini?"
"Untuk mengetahui kisah hidup kami Bu?" jawab Bimo asal.
"Agar kami pandai membuat karangan Bu?" jawab Dilla.
"Supaya kami bisa mengapresiasikan uneg-uneg di dalam hati Bu?" jawab Sisil.
"Ya, itu salah satu alasannya, tapi yang paling tepat, ibu ingin melihat bakat terpendam dari kalian."
"Maksudnya apa Bu," tanya Lisa.
"Sebentar lagi ada ajang pencarian bakat, ibu ingin mencari karya terbaik dari kalian yang bisa kita ikutkan di sana. Bagi karya yang terpilih, panitia akan membimbing pemenang untuk membuat sebuah karya novel remaja yang akan di terbitkan di novel online dan juga buku cetak."
"Oh gitu ya Bu," ucap Sisil.
"Sebenarnya nggak musti kisah nyata sih, boleh juga cerita fantasi, fiksi dan lain-lain. Tapi ibu rasa akan lebih mudah jika dengan kisah nyata kalian sendiri."
"Siap Bu," jawab Bimo.
"Dan jika tidak terpilih tetap ada penilaian khusus dari Ibu, sebagai nilai tambahan. Ayo... silahkan dimulai, bagi yang sudah selesai, boleh langsung di kumpul dan diperbolehkan pulang."
"Lho, jam pelajaran terakhir masih ada Bu, pelajarannya Pak Hendra yang bisa bikin botak kepala Bu!" ucap Bimo.
Semua bersorak ke Bimo, Bimo hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia memang tidak pandai dalam pelajaran matematika, makanya seringkali Bimo mendapatkan hukuman dari Pak Hendra.
Bu Lexi yang melihat Bimo, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala dan berkata, "Hari ini, dewan guru akan mengadakan rapat makanya kalian diminta pulang lebih awal."
"Asyik," jawab Bimo dengan suaranya yang besar dan keras.
Kembali para murid bersorak ke arah Bimo. Bu Lexi pun segera menenangkan, "Ayo, silahkan di kerjakan karena waktu kalian terbatas."
"Baik Bu," jawab para murid.
Ayu sudah mulai menulis, dia menulis tentang kisah hidup dirinya yang sejak kecil selalu di bully oleh teman-teman, hingga kontrakan mereka pernah di lempari batu oleh warga karena Ayu dianggap sebagai anak pembawa sial di kampung tersebut. Bu Nita demi melindungi Ayu rela meninggalkan pekerjaannya demi membawa Ayu pindah ke kampung lain agar hidup lebih aman.
Masih banyak lagi yang Ayu ceritakan di dalam karangannya itu hingga dia dan Bu Nita memutuskan meninggalkan Provinsi Pekanbaru dan pindah ke Medan.
Lalu Ayu menuliskan bahwa sudah pasti tidak ada seorangpun yang menginginkan memiliki nasib seperti dirinya, tapi Ayu harus sabar dan kuat demi Bu Nita, wanita yang paling Ayu cintai, yang selalu membela dirinya dari hujatan dan ejekan serta telah berjuang agar Ayu mendapatkan pendidikan yang layak.
Ayu berjanji akan membuat Bu Nita bangga dengan belajar bersungguh-sungguh hingga meraih prestasi di sekolah dan jika tamat nanti dia berencana ingin bekerja demi meringankan beban Ibunya.
Harapan terakhir Ayu di dalam isi karangannya adalah ingin hidup layak seperti temannya yang lain, di hargai dengan segala kekurangannya.
Sisil yang melihat Ayu meneteskan air mata, menyodorkan sebuah saputangan, dia paham pasti Ayu banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya, hingga dia menulis sembari menangis.
Ayu mengambil saputangan milik Sisil dan mengelap air matanya, "Terimakasih Sil!" ucap Ayu lirih.
Sisil hanya mengangguk sembari menggenggam tangan sahabatnya dan mengajak Ayu untuk mengumpulkan tugas mereka.
Keduanya pun beranjak ke depan untuk mengumpulkan tugas diikuti oleh murid lainnya. Kemudian Ayu dan Sisil mengambil tas, lalu pamit pulang kepada Bu Lexi.
"Sil, aku duluan ya! karena aku harus singgah ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur, ibuku masih bekerja, sore baru pulang, jadi aku harus memasak untuk makan malam nanti," ucap Ayu.
"Memangnya ibu kamu bekerja di mana Yu?" tanya Sisil.
"Di jalan Perintis Kemerdekaan Sil, tidak jauh dari PT. Indosat. Ibuku merawat seorang pemuda lumpuh di sana."
"Lumayan jauh juga ya dari tempat tinggal kalian, kasihan juga, Ibu kamu pasti capek musti pulang pergi naik angkot."
"Itulah Sil, mau cari kontrakan dekat dengan tempat kerja Ibuku, biayanya mahal banget, lagipula musti bayar pertahun, mana sanggup Ibuku, belum lagi untuk biaya sekolahku. Kamu kan tahu biaya sekolah kita mahal karena sekolah pavorit. Sementara sewa rumah kami yang sekarang, alhamdulillaah lumayan murah dan boleh bayar perbulan," jawab Ayu sambil menghela napas.
"Mudah-mudahan, Allah memberi kalian rezeki lebih ya Sil, agar bisa mengontrak rumah yang tidak jauh dari tempat kerja Ibu kamu dan kamu juga lebih mudah berangkat ke sekolah dari sana."
"Aamiin, terimakasih ya Sil. Kamu sendiri nggak di jemput Sil?"
"Hari ini ibuku ada keperluan mendesak jadi aku diminta Ibu untuk pulang naik angkot."
"Oh...ya sudah, ayo kita berangkat, itu angkot tujuan ke pasar sudah datang. Kamu nanti di persimpangan turun dan naik angkot tujuan rumah kamu."
"Iya Yu."
Kedua sahabat itupun naik angkot yang sama, baru di persimpangan dekat pasar mereka berpisah, Sisil turun dan naik angkot lain tujuan rumahnya.
Sementara Ayu turun di terminal dekat pasar, di sana dia langsung mencari pedagang yang menjual sayur dan juga ikan. Walaupun dia baru di kota ini, Ayu berusaha hidup mandiri, dia tidak takut untuk bertanya jika memang dirinya tidak tahu.
Kehidupan yang keras telah menempah Ayu menjadi gadis yang kuat, pemberani dan juga mandiri. Salah satu sumber kekuatan baginya adalah kasih sayang Bu Nita.
Selesai berbelanja, Ayu kembali mencari angkot tujuan rumah kontrakannya, dengan langkah seribu diapun bergegas, karena sampai rumah dia masih harus memasak untuk makan siangnya sendiri.
Saat dia berlari mengejar angkot yang hampir berangkat sambil menenteng dua kantong plastik besar belanjaan, tiba-tiba saja datang dari arah depannya sebuah mobil mewah yang melaju cukup kencang, Ayu kaget, tidak bisa mengelak lagi dan dia sudah pasrah dengan apa yang bakal terjadi.
Saat mata Ayu terpejam tiba-tiba terdengar suara decitan ban dan suara kenderaan menabrak trotoar. Ayu menjerit tanpa membuka mata, dalam benaknya terlintas bahwa dirinya sudah pergi dari kehidupan dunia ini.
Eh...Ayu, kenapa tidak sabar menunggu angkot lain saja, jadi deh kecelakaan gara-gara kecerobohannya.
Jangan lupa dukungannya ya guys....
See you ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Siti Mariam
bingung awal Nya ngk ngontrak tinggal di pafiliun manjikan ..kok di Bab 2 jdi ngonttrak ceritanya 🤔🤔🤔🤔🤔
2022-04-07
1
gulla li
pasti ngerjainnya pada cepat cepat sebab ingin segera pulang 😂
2022-03-19
3
gulla li
Pelajaran pak Hendra yang bikin botak kepala 🤣🤣🤣
2022-03-19
0