"Yu, sebentar." Tiba-tiba saja Sisil muncul dan menarik tangan Ayu ketika hendak masuk ke kelas.
"Kamu bikin aku kaget saja Sil, kalau jantungku copot bagaimana?"
"Siapa cowok tadi Yu? ganteng banget."
"Ssst..., nanti jam istirahat aku ceritain, sekarang kita masuk dulu, bahaya. Nah tuh Pak Robi sudah datang."
Para murid langsung berhamburan masuk ke dalam kelas saat melihat guru mereka sudah berjalan menuju kelas.
Memang Pak Robi terkenal galak, sebenarnya baik sih, asalkan murid-murid menuruti aturan sekolah dan tidak melalaikan tugas dari beliau, Pak Robi tidak akan segan memberikan nilai terbaik.
"Selamat pagi semua!" ucap Pak Robi dengan wajah dinginnya.
"Pagi Pak..."
"Kalian sudah siap, hari ini sesuai jadwal kita akan mengadakan ulangan bulanan. Tapi sebelum itu Saya akan presensi kehadiran kalian dulu."
Semua terdiam, memang setiap Pak Robi masuk tidak ada siswa yang berani bersuara selain perintah Pak Robi. Pak Robi memanggil satu persatu nama mereka, tiba saat giliran nama Dilla di panggil tidak ada yang menyahut.
"Dilla Nofita..., Dilla mana ini Dilla Nofita," panggil Pak Robi sambil mengarahkan pandangannya ke arah bangku Dilla yang kosong.
"Ada yang tahu, kenapa Dilla tidak masuk hari ini?"
"Semua menggeleng, mereka juga heran kenapa hari ini Dilla tidak hadir dan tanpa kabar apapun, padahal dia tahu, minggu terakhir dalam setiap bulan adalah waktunya mereka ulangan."
"Baiklah, kita lanjut presensinya." Pak Robi memanggil nama semua murid hingga selesai, hari ini yang Absen hanya satu orang yaitu Dilla.
"Ayo...silahkan tas kalian letakkan ke depan, cukup pegang pensil dan penghapus saja, sebentar lagi Saya akan bagikan lembaran soalnya," lanjut Pak Robi.
Hari ini Ayu merasa lega, aman dari gangguan Dilla dan dia bisa pokus belajar. Sebenarnya bukan ngedo'ain sahabat untuk tidak masuk sekolah sih, tapi memang sejak dokter Okan mengantarnya pagi tadi, Ayu berharap tidak akan bertemu Dilla.
"Kamu Ayu! tolong ke depan dan bantu Saya untuk membagikan lembaran soal ujian ini!"
Ayu yang masih memikirkan Dilla pun tersentak saat mendengar panggilan dari Pak Robi. Sejak hari pertama Ayu mendaftar di sekolah itu, Pak Robi sudah bisa menduga bahwa Ayu murid yang cerdas walau penampilannya sederhana, lain dari murid-muridnya yang lain.
Beliau memang memiliki insting yang kuat tentang membaca kepribadian orang lain, makanya Pak Robi lebih senang membuat Ayu aktif di dalam kelas.
Ayu pun bangkit dari duduknya, berjalan mendekat ke meja Pak Robi, Pak Robi menyerahkan lembaran soal sejumlah murid yang hadir. Ayu berjalan mulai dari barisan bangku paling ujung, hingga barisan terdepan, setelah itu dia kembali ke tempat duduknya.
"Terimakasih Ayu, dan sekarang silahkan kalian kerjakan. Bagi yang mendapatkan nilai terbaik Saya akan memberikan sebuah hadiah," ucap Pak Robi sambil menunjukkan sebuah buku.
"Buku apa itu Pak?" tanya Sisil memberanikan diri.
"Ini karya Saya, dari novel online dan sekarang sudah terbit novel cetaknya. Saya dengar Bu Lexi sedang mencari murid berbakat untuk diikutkan lomba di ajang pencarian bakat penulis."
"Benar Pak. Bapak kan guru kimia, kok pandai membuat novel?" tanya Bimo penasaran.
"Nah itu, bukan berarti guru kimia tidak bisa menghasilkan karya. Maksud Saya melakukan hal ini, ingin membuat contoh bagi kalian bahwa asal ada niat, ada kemauan belajar, tentunya semua pekerjaan bisa kita lakukan."
"Dulu Saya juga berpikir seperti kalian, mana mungkin bisa, tapi akhirnya saya mencoba, terus mencoba dan akhirnya Saya berhasil menciptakan sebuah karya yang di baca semua orang di penjuru Nusantara."
Sejenak Pak Robi terdiam lalu beliau melanjutkan ucapannya, "Prinsip Saya di awal menulis adalah katakan saja, tulis saja, jangan pikirkan hasil (uang) dan ukirlah sejarahmu yang akan di kenang orang sepanjang masa. Jangan takut untuk memulai, jangan takut gagal, karena kita belajar dari kegagalan. Ala bisa itu karena biasa."
Lalu Pak Robi berkata lagi, "Selain menghibur pembaca, Saya juga sisipkan pengajaran tentang ilmu hidup, ilmu agama, ingat pesan Rasulullah! Sampaikan dariku walau hanya satu ayat."
"Betul juga ya Pak, rezeki itu tidak akan kemana tapi setidaknya jutaan orang yang membaca karya Bapak, sebanyak itu pula mengalir pahala kebaikan atas apa yang Bapak syi'arkan di dalam karya tersebut," timpal Bimo.
"Ya! itu tujuan Saya, kita hidup di dunia ini tidak hanya melulu memikirkan uang tapi tujuan akhir hidup, itu juga harus kita pikirkan. Namun Alhamdulillah, dari hasil menulis saya bisa membiayai dua orang putra Saya yang sekarang sedang menggali ilmu di pondok pesantren."
"Jadi Pak menulis online itu kan harus menggunakan komputer atau laptop, lah kami tidak punya fasilitas itu Pak?" tanya Sisil.
"Siapa yang bilang harus pakai komputer atau laptop, itu! hasil teknologi yang setiap hari kalian genggam bisa di manfaatkan."
"Maksud Bapak handphone?" tanya Ayu, yang memberanikan diri untuk ikut berkomentar.
"Iya. Handphone bisa kalian manfaatkan, dimana saja kalian berada, selagi ada signal dan bisa membuka aplikasi, bisa kalian gunakan untuk menulis karya. Mengenai caranya, boleh kalian tanya ke Saya di luar jam belajar. Ayo semangat! sekarang lanjutkan tugas, selesaikan soal ujian yang sudah ada di hadapan kalian."
Semuanya pun kembali pokus mengerjakan soal ujian yang tadi dibagikan oleh Ayu. Semangat Ayu terpacu, dia ingin memenangkan hadiah novel cetak karya Pak Robi.
Ayu penasaran dengan isinya, jika harus membeli jelas dia belum mampu makanya Ayu tidak ingin membuang kesempatan dengan mendapatkannya secara gratis.
Memang dasar otak Ayu brilian, hanya membutuhkan waktu 30 menit saja semua soal ujian telah selesai dia kerjakan.
Pak Robi tersenyum melihat Ayu berjalan ke depan membawa lembar ujiannya. Beliau yakin, ucapannya tadi telah membangkitkan semangat murid barunya ini.
Selain untuk membangkitkan kreativitas murid, Pak Robi juga bertujuan ingin menolong kehidupan ekonomi Ayu dan ibunya. Karena pekerjaan menulis bisa di jadikan pekerjaan inti juga bisa sebagai pekerjaan sambilan.
Pak Robi tahu dari cerita para guru di kantor tentang kehidupan Ayu dan Ibunya, mungkin dengan membuka daya kreativitas Ayu bisa membantunya untuk menghasilkan uang sambil tetap sekolah.
Memang keberhasilan menulis tidaklah instan, semua butuh proses, tapi Pak Robi yakin dengan kemampuan Ayu. Beliau berharap dengan menulis suatu saat Ayu memiliki penghasilan yang bisa menopang biaya pendidikannya hingga ke perguruan tinggi.
Bahkan Pak Robi berniat, jika memang Ayu nanti berminat menjadi penulis, beliau akan menyisihkan sebagian hasil dari penjualan bukunya untuk membeli ponsel yang akan beliau fasilitaskan ke Ayu.
Karena berdasarkan pengamatan para guru, Ayu tidak pernah terlihat menggunakan ponsel. Dia seringkali hanya nimbrung ke Sisil jika sedang memainkan ponselnya.
Itulah kepribadian Pak Robi sesungguhnya, seram, galak, dingin, ditakuti para murid tapi hatinya lembut selembut sutra, perhatian dan kerapkali memikirkan masa depan para murid yang menurutnya berpotensi.
Pak Robi terlambat ya guys....beliau belum tahu jika Ayu sudah memiliki ponsel bahkan mungkin ponsel Ayu lebih baik dan lebih mahal harganya di bandingkan milik teman-temannya.
Tapi niat baik tentu saja bukan hal yang sia-sia, semua sudah tercatat di sana. Semoga dengan kebaikan Pak Robi Allah melancarkan jalan rezeki beliau.
🌻 Terimakasih atas semua dukungan kalian para sobat, jangan lupa aku tunggu lho dukungan selanjutnya 🙏☺️
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anna Susiana
Aamiin.. Alhamdulillah ada guru yg berhati dan niat baik pada Ayu
2022-12-27
1
Siti Mariam
disini mulai seru..lanjut kk
2022-04-07
0
Safni Mardesi
semangat thor.
2022-03-15
1