Ayu membulatkan mata, tapi dia tidak jadi marah karena wajah tampan dengan senyum termanis, pagi ini telah membuatnya terpana.
"Dokter membuatku kaget saja, untung nggak aku timpuk pakai tas," ucap Ayu.
"Sengaja, ingin lihat bagaimana raut wajah gadisku jika sedang marah."
"Ngapain Dokter pagi-pagi sudah kesini? katanya mau ke rumah orangtua Dokter."
"Memang mau kesana! tapi jemput kamu dulu?"
"Ih...Pak Dokter kurang kerjaan! sampai-sampai mau jadi sopir tanpa di gaji."
"Jangan salah! Nanti aku akan potong gaji kamu untuk upah aku yang telah antar jemput kamu."
"Dokter payah! jadi balik lagi deh uang gajiku ke kantong Dokter."
Okan tertawa, sembari meninggalkan Ayu menuju mobil dan membukakan pintu untuknya.
"Silahkan naik Nona Ayu!" ucap Okan sambil tersenyum manis hingga membuat hati Ayu berbunga-bunga.
Tapi Ayu tidak berani terlalu berharap dengan maksud perhatian Dokter Okan selama ini, dia tidak ingin melambung tinggi lantas jatuh terhempas yang akan membuatnya sakit.
Dalam hati, Ayu hanya bisa berterimakasih karena Allah telah mengirimkan pemuda baik seperti dokter Okan, dialah pemuda pertama yang tidak menjauhinya.
Ayu juga berharap, semoga kedepannya dokter Okan tidak akan berubah saat nanti dia mengetahui tentang rahasia Ayu.
"Hei...kenapa bengong! pamali pagi-pagi bengong apalagi anak gadis, bisa kabur jodohnya."
"Dokter bisa saja! Nggak bengong pun jodohku tetap menjauh," ucap Ayu asal.
"Sudah dekat dikatakan jauh, apa perlu diikat supaya lebih dekat?" timpal Okan dengan tanpa menoleh dan pandanganya pokus kearah jalanan yang sedang macet.
Ayu nggak paham apa maksud perkataan Okan, dia ikut pokus melihat kenderaan yang sama-sama membunyikan klakson karena ingin saling mendahului kenderaan yang lain.
"Yu, besok sore kamu bisa temani aku?"
"Kemana Dok?"
"Ziarah ke makam."
"Boleh Dok, tapi kita ketemuan di terminal dekat pasar saja ya Dok?"
"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh tahu tempat tinggal kalian yang baru?"
"Bukan begitu Dok? besok sore rencananya aku mau belanja kebutuhan harian, kasihan kan jika harus Ibu yang pergi. Sebenarnya aku juga masih segan jika Dokter menjemputku di tempat tinggal yang baru, itukan paviliun rumah majikan Ibu otomatis kita akan melintasi rumah induk, sementara aku belum mengenal mereka."
"Oh gitu toh, ya udah nggak apa-apa. Bicara pasar jadi teringat pertama kali kita bertemu dan belanjaan kamu berserakan. Kamu begitu bodoh saat itu, pasrah untuk di tabrak, untung saja aku bisa membuang arah mobil ke trotoar, jika tidak aku bakalan tidak pernah kenal kamu dan pastinya masuk penjara."
Ayu nyengir sambil mengatupkan kedua tangannya, "Maaf Dok, waktu itu kakiku terasa berat hingga tidak bisa melangkah dan aku pikir nyawaku sudah hilang dari raga."
"Makanya kamu harus hati-hati, semua pekerjaan yang dilakukan dengan terburu-buru pasti tidak baik hasilnya."
"Dokter salah! Aku dapat hikmah terbaik, aku jadi bisa punya sahabat seperti Dokter," jawab Ayu.
Lalu dia melanjutkan ucapannya, "Jujur, Dokter lah satu-satunya lelaki yang mau bersahabat denganku, bahkan teman wanitaku saja banyak yang menghindar."
"Memang apa alasanya hingga mereka menghindari gadis baik sepertimu?"
"Ada alasannya Dok, jika aku tunjukkan pasti Dokter juga akan menjauhiku. Aku pembawa sial kata mereka Dok."
"Siapa yang bilang kamu pembawa sial, buktinya selama aku mengenalmu, sekalipun aku tidak pernah sial, malahan beruntung."
"Kok beruntung Dok? bukannya Dokter mengalami kerugian, mobil dokter jadi rusak karena menghindariku."
"Itukan na'as, bedalah dengan sial."
"Coba kamu cerita ke aku, apa yang membuat mereka sampai berkata seperti itu dan juga menjauhimu?"
"Apa Dokter yakin, ingin tahu? takutnya setelah tahu Dokter akan mengusirku turun dari mobil ini."
"Jangan berprasangka buruk dulu, semua persoalan pasti ada jalan keluarnya. Mana tahu setelah aku mengetahui masalahmu, aku bisa menolong kamu Yu."
"Tapi Dokter jangan terkejut ya!"
Okan pun berjanji akan mendengarkan cerita Ayu, dia siap menerima kekurangan Ayu dan berjanji akan menolongnya.
Ayu menceritakan kisah hidupnya sejak kecil hingga dia dan Ibu terpaksa pindah ke Medan, Okan semakin penasaran, hingga dia tidak sabar ingin segera melihat tanda lahir tersebut, tanda yang telah membuat gadis yang dia kagumi menjalani hidup yang begitu menyedihkan.
"Coba tunjukkan ke aku Yu, aku seorang Dokter kulit, mudah-mudahan bisa menyelesaikan masalahmu. Sungguh tragis dan pilu perjalanan hidupmu, andai saja kita bertemu sejak dulu, aku akan menjadi teman yang akan menguatkanmu hingga kamu tidak sempat diperlakukan seperti itu," ucap Okan.
Okan sedih mendengar cerita Ayu di perlakukan tidak adil oleh teman dan para tetangganya. "Sini aku lihat, kamu jangan malu dan jangan takut, aku janji tidak akan pernah menjauhimu atau mengejekmu," ucap Okan tulus.
Okan menepikan mobilnya di pinggir jalan yang terlihat sepi dari lalu lalang kenderaan, lalu dia menatap Ayu, sorot matanya tajam seakan dia tidak rela atas apa yang sudah di alami Ayu.
"Maaf, aku ingin melihatnya Yu."
Ayu pun mengangguk, dia membuka kacamata dan membiarkan dokter Okan menyibakkan poni yang selama ini selalu menutupi dahinya.
Okan tertegun melihat kening Ayu yang penuh guratan seperti sisik, dia menyentuhnya dari ujung kanan hingga ujung kiri. Hal ini membuat Ayu memejamkan mata, dia takut Okan akan jijik dan langsung mengusirnya.
Ternyata Ayu salah, Okan setelah menganalisa guratan-guratan yang terlihat seperti sisik tersebut, dia malah mendekatkan wajahnya, perlahan Okan mendaratkan sebuah ciuman di sana.
Okan ingin mengobati kepahitan hidup Ayu berawal dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak jijik sama sekali.
Bahkan Okan tertantang ingin mengoperasi Ayu hingga membuatnya menjadi seorang gadis cantik yang suatu hari nanti bisa menunjukkan rasa percaya diri berhadapan dengan orang-orang yang pernah mengejek dan mengusirnya.
Dan di dalam hati Okan berjanji, suatu saat dia ingin menunjukkan ke orang-orang itu bahwa Ayu bukanlah gadis pembawa sial, tapi gadis pembawa keberuntungan bagi hidupnya.
Ayu mematung di perlakukan seperti itu oleh Okan, dia tidak berani membuka mata dan tidak yakin dengan apa yang baru saja dia rasakan.
Menurut Ayu saat ini dirinya hanya sedang bermimpi, mendapatkan perlakuan romantis dari pangeran dari negeri dongengnya.
Okan kembali menghidupkan mobilnya dan melanjutkan perjalanan mengantar Ayu ke sekolah. Mendengar suara deru mesin mobil, Ayu pun membuka mata, ternyata dia sedang tidak bermimpi.
Ayu tertunduk, dia tidak berani memandang Okan sedikitpu. Ayu malu, kenapa Okan tidak jijik dan malah memberikan ciuman yang merupakan pengalaman pertama baginya, di cium oleh seorang laki-laki.
Okan tahu, Ayu pasti malu, dengan tangan kanan masih memegang stiur, sementara tangan kirinya menggenggam tangan Ayu. Okan ingin memberikan kekuatan kepada gadisnya.
Ayu beruntung ya sobat, ternyata kejujurannya berbuah manis, membuat Okan berani menunjukkan cintanya.
Ayo di kepoin terus ceritanya ya Sob, jangan lupa dukungannya, Terimakasih 🙏😉
SEE YOU ♥️♥️♥️
INSHAALLAH AUTHOR AKAN NAMBAH UP HARI INI.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anna Susiana
kesabaran, ketabahan, keikhlasan diri sendiri akan memperkuat keyakinan hati Ayu untuk menghadapi rintangan yg ada
2022-12-27
1
Erwin
sabar yu akan indah pada waktunya
2022-11-26
0
Eva
sayangnya seperti ikan hanya ada di Dunia haluuu🙂
2022-09-16
0