"Tadi Siapa Yang, wanita yang berbicara menggunakan ponselmu? dia bohong kan? dia bukan pacar kamu?" tanya Metha.
"Memang dia pacarku."
"Kamu bercanda-kan? orang tua kita sudah setuju lho Yang? kenapa kamu selalu menolakku? apa sebenarnya kekuranganku? biar aku bisa perbaiki dan layak menjadi calon istri kamu."
"Kamu cantik, kamu nyaris sempurna tapi maaf Metha, hatiku tidak bisa, aku tidak bisa mencintai kamu. Carilah pemuda lain yang bisa mencintaimu dengan tulus."
"Pokoknya aku tetap maunya kamu yang jadi suamiku, aku akan menunggu, aku yakin kamu akan menjadi suamiku."
"Maaf Metha, aku tetap dengan keputusanku, sampai kapanpun kamu tetap aku anggap sebagai adik, tidak lebih."
"Kamu jahat! Aku pastikan, kamu bakal jadi suamiku, camkan itu Yang!" ucap Metha sambil berlalu meninggalkan Okan dan masuk ke dalam mobilnya.
Kini Metha telah pergi, Okan pun segera masuk, dia ingin mencari keberadaan Ayu. "Mbak...apakah mbak melihat Ayu?" tanya Okan kepada Mbak cleaning servis.
"Oh, tadi sepertinya ke dapur Dok, mungkin sedang membuat teh."
"Terimakasih ya Mbak," ucap Okan sambil berlalu ke dapur.
Ayu sedang asyik membuat teh sambil bersenandung, dia mencoba menghibur dirinya yang sedang gundah, entah mengapa hatinya terusik melihat kedatangan Metha.
Diapun sadar, bahwa dirinya tidaklah sebanding dengan Metha yang berpenampilan sangat sempurna, cantik seperti artis, sedangkan dia adalah si buruk rupa, tidaklah pantas mencintai dokter Okan yang seperti pangeran dalam negeri dongeng.
"Ehem...ehem," dehem dokter Okan yang sedari tadi telah berdiri di belakang Ayu tanpa dia sadari.
Ayu terlonjak, hingga sendok di tangannya pun terjatuh, "Astaghfirullah Dokter! Untung saja aku tidak punya penyakit jantung, kalau punya bisa pingsan aku Dok, nanti dokter sendiri yang rugi, harus mengeluarkan biaya untuk membawaku berobat," ucap Ayu sambil memegangi dadanya.
Dokter Okan pun tertawa, dia geli melihat reaksi Ayu, "Ternyata suara kamu bagus ya, boleh nih kapan-kapan kita pergi menyanyi bareng ditempat karaokean."
"Ah dokter menghina saja, kalau bagus, aku sudah jadi penyanyi Dok dan tidak kerja di sini."
"Hahaha...kamu bisa saja Yu, mana nih teh untukku?"
Ayu pun segera menyodorkan satu gelas teh yang sudah dia letakkan di tatakan, sementara masih ada satu gelas lagi.
"Itu...buat siapa Yu?"
"Buat si cantik? tapi nggak sabaran sih! main pergi aja, ya udah buat si Mbak aja deh," jawab Ayu sembari berjalan meninggalkan tempat itu dan membawa segelas teh.
"Eits, tunggu dong! main nyelonong saja, " ngedumel Okan.
Ayu tidak mengindahkan omongan Okan, dia mencari si Embak yang ternyata sedang mengepel lantai, "Mbak, stop-stop!" seru Ayu.
"Ada apa Yu?"
"Nih...minum dulu Mbak?"
"Eh kenapa repot-repot Yu, mbak kan kalau ingin minum bisa buat sendiri."
"Nggak apa-apa kok Mbak, sekalian buat."
"Suster Ira belum datang ya mbak?" tanya Okan.
"Belum dok, paling sebentar lagi juga datang."
"Ayo Yu, ikut ke ruangan ku."
"Siap Dok," ucap Ayu sambil memberi hormat.
Mbak Dina tertawa melihat sikap Ayu, di sana hanya Ayu yang berani bersikap akrab dengan dokter Okan, yang lain pada segan, jika tidak di ajak bicara duluan oleh dokter Okan mereka malah memilih diam.
"Oh ya Dok, besok kita libur kan?"
Okan pun mengangguk, "Rencana mau kemana kamu besok?"
"Nggak ada, di rumah saja. Besok mau bantu Ibu berkemas."
"Memangnya Ibu mau kemana Yu?"
"Kami mau pindahan Dok, majikan Ibu meminta kami untuk tinggal di paviliun miliknya, jadi kami tidak usah pusing lagi mikir biaya kontrakkan dan Ibu juga tidak perlu repot lagi naik turun angkot."
"Ya betul juga, jadi kalian masih bisa menabung. Salahnya aku sudah janji dengan Mama untuk pulang, jika tidak aku pasti akan bantu kalian yu."
"Nggak apa-apa, barang kami sedikit kok jadi nggak terlalu repot dok untuk membereskannya."
"Share aja alamat kalian yang baru ya, jadi kapan sempat aku akan main kesana."
"Iya Dok."
Suster Ira dan suster Ana sudah datang, lalu mereka bersiap karena pasien sudah mulai berdatangan.
Seperti biasa Okan melayani pasiennya di bantu oleh kedua suster dan juga Ayu. Satu persatu pasien telah selesai mereka layani hingga pasien terakhir.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB saat Okan dan yang lain bersiap untuk pulang. Kedua suster pun sudah pulang di jemput suaminya masing masing-masing, sedangkan Ayu masih menunggu Okan mengunci kliniknya.
Setelah memastikan klinik terkunci, Okan segera menghampiri Ayu, "Ayo kita pulang! ibumu pasti sudah menunggu."
Ayu pun mengangguk, lalu keduanya masuk ke dalam mobil. Disepanjang perjalanan mereka hanya diam, sibuk dengan alam pikirannya masing-masing. Ayu masih memikirkan masalah Metha, sedangkan Okan pokus dengan stirnya.
"Hari minggu kamu jadi ikut Yu?" tanya Okan tiba-tiba hingga memecah kesunyian.
"Inshaallah Dok, kalau besok selesai pindahannya, aku ikut, jika tidak titip salam saja buat mereka ya Dok."
Okan pun melajukan mobilnya dengan santai, dia tidak ingin waktu kebersamaannya bersama Ayu cepat berakhir, padahal dirinya sudah seharian bersama Ayu.
"Dokter kenapa? lelah ya Dok? dari tadi aku perhatikan dokter lebih banyak diam dan mengemudikan mobil dengan lambat, nggak seperti biasanya."
Okan hanya tersenyum menanggapi ucapan Ayu, lalu dia berkata, "Bisa kita singgah sebentar Yu, temani aku makan sate. Sudah lama sekali aku tidak makan sate di sana."
"Boleh Dok," ucap Ayu.
Okan segera membelokkan mobilnya, saat melihat gerobak sate yang sedang mangkal di perempatan jalan. Pembeli terlihat sangat ramai hingga mereka hampir tidak kebagian tempat.
Okan pun menghampiri mas pedagang sate lalu dia berkata, "Selamat malam Mang? dua porsi yang Mang dan nggak pake lama," ucap Okan sembari tersenyum.
"Inshaallah Den. Ini calonnya ya Den?" tanya Mamang tukang sate.
Okan tersenyum sambil berkata, "Jika Allah meridhoi Mang."
Ayu heran dengan jawaban Okan, tapi dia tidak berani bertanya. Kemudian Okan mengajak Ayu duduk di bangku kosong yang telah di sediakan oleh anak Mamang pedagang sate.
Sate pesanan mereka pun sudah datang, "Makanlah Yu, sate disini enak lho rasanya, kamu pasti bakal ketagihan."
Ayu dan Okan segera menyantap kedua piring sate tersebut hingga habis tak bersisa. Kemudian Ayu berkata, "Benar Dok, enak sekali rasanya. Aku nggak nyangka lho, jika Dokter mau makan di tempat seperti ini, biasanya orang kaya enggan makan di emperan tempat pedagang kaki lima mangkal."
"Kenapa tidak Yu, selagi dagangan dan tempat mereka bersih apa salahnya kita berbagi rezeki, toh rasa masakan kaki lima tidak kalah dengan masakan hotel bintang lima."
"Aku tambah salut dengan kepribadian Dokter, kembali dua jempol untuk Dokter," ucap Ayu sambil mengacungkan kedua Ibu jarinya.
Terimakasih atas dukungan sahabat semua, selamat malam, selamat beristirahat dan jangan lupa ya dukung terus karyaku. Semoga kita selalu di berikan kesehatan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin....
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Mitha
buset ya ini mamang sate kepo bener.. biasnya nanya minumnya ap.. ini mlah nanya clon istri
2022-04-06
1