Semua makanan habis, nyaris tak bersisa, keempat anak tersebut makan dengan lahap hingga membuat Okan senang, "Mau tambah lagi adek-adek?"
"Terimakasih Om, sudah kenyang, nanti kekenyangan kami tidak bisa pulang, kasihan-kan adik-adik yang lain, mereka menunggu uang dari kami untuk membeli makanan."
Hati Ayu langsung nyesak mendengar ucapan salah satu dari ke empat anak itu. Anak sekecil mereka sudah harus mencari uang demi membeli makanan untuk adik-adiknya.
Ternyata, kesusahan yang dialami Ayu dan ibunya belum ada apa-apanya di bandingkan dengan nasib anak-anak itu.
"Om, Tante... terimakasih ya, semoga Om dan Tante diberi kesehatan, berlimpah rezeki dan berjodoh. Kami permisi ya Om, Tante," ucap mereka bersama-sama.
Ayu memandang Okan heran, kenapa Okan tidak membantah ucapan anak-anak itu yang mendoakan agar Ayu dan Okan berjodoh.
Okan hanya tersenyum, dia mengangkat tangannya memberi kode pelayan agar menyerahkan bungkusan makanan yang sudah Okan pesan seperti biasanya.
Anak-anak itupun dari jauh memandang ke arah Okan, mengatupkan kedua tangannya masing-masing, sembari tersenyum. Okan pun membalas senyum mereka dengan melambaikan tangan.
Ayu terharu, dia salut melihat sisi kepedulian dokter Okan terhadap sesama.
"Jangan bengong, ayo kita belajar," ucap Okan sambil mencolek hidung Ayu yang mancung.
Ayu menatap heran, "Belajar apa Dok? Bukankah kita harus ke klinik?"
"Sambil menunggu waktu Dzuhur, coba keluarkan ponsel kamu."
Ayu belum mengerti dengan maksud dokter Okan, tapi dia menurut saja dengan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Kemudian Okan dengan sabar mengajari Ayu cara menggunakan setiap aplikasi yang ada di dalam ponsel tersebut.
"Oh ya Dok, tadi-kan di sekolah, guru kimia kami menjelaskan tentang masalah kepenulisan, beliau menulis karya berupa novel online dan sekarang sudah terbit novel cetaknya. Sepertinya aku tertarik Dok? karena menurut Pak Robi kepenulisan itu bisa di lakukan dengan menggunakan handphone."
"Iya bisa sih pakai handphone, tapi apa kamu yakin bisa membagi waktu, jangan sampai belajar kamu terganggu. Waktumu sudah tersita di sekolah, lanjut bekerja sampai malam dan hanya tersisa beberapa jam saja untuk belajar dan beristirahat. Aku tidak mau kamu kelelahan Yu."
"Inshaallah aku bisa bagi waktu Dok, aku ingin belajar membuat karya, mengukir sejarah yang akan dibaca dan dikenang orang sepanjang masa."
Kemudian Ayu melanjutkan ucapannya, "Aku ingin bisa menghibur pembaca sekaligus menyampaikan ilmu hidup yang merupakan ajaran Rasulullah. Menghasilkan cuan bukan satu-satunya tujuanku ingin menulis Dok, tapi berbagi. Dokter berbagi harta, aku hanya bisa berbagi ilmu dengan syi'ar melalui karya."
"Baiklah, asal kamu bisa bagi waktu, aku akan mengajari cara menulis karya melalui handphone, tapi dengan syarat, jika aku lihat kamu kelelahan, handphone aku sita dan setiap hari aku akan jadi sopir kamu."
Ayu membulatkan mata, "Apa maksud Dokter?"
"Iya! Aku akan antar jemput kamu ke sekolah setiap hari."
"Jangan Dok! Aku tidak mau merepotkan dan menjatuhkan harga diri Dokter. Masak terbalik, Bos melayani pembantu."
"Apa salahnya, tidak ada undang-undang yang mengatur hal itu kan?"
"Memang tidak ada Dok? tapi pandangan orang bagaimana? Pandangan keluarga, pacar dan teman-teman dokter."
"Biarin! Aku tidak peduli."
"Dasar dokter aneh."
"Apa kamu bilang?"
"Lah iya, dokter aneh-kan, mana ada dokter seperti Anda yang mau bersusah payah jadi sopir. Sekolah mahal-mahal, ujung-ujungnya cuma jadi sopir."
Okan tidak mempedulikan omongan Ayu, lalu dia menarik lengan Ayu dan mengajaknya pergi setelah meninggalkan beberapa lembar uang ratusan kepada pelayan.
"Eh...eh, tunggu Dok. Itu pacar Dokter datang," ledek Ayu.
"Kamu pikir aku bisa di bodohin, dia sedang mengurus bisnisnya mana mungkin datang kesini?" ucap Okan asal.
"Ayo naik, kita sudah di panggil."
"Siapa yang memanggil Dok?"
"Itu suara toa, bersyukur-kan masih ada yang mengingatkan, jadi kita tidak terlena."
"Benar juga, seandainya masjid tidak mengumandangkan Adzan, eh pastinya banyak yang lalai ya Dok?"
"Hooh... ayo Yu, kita datang penuhi dulu panggilannya, sebelum kematian memanggil kita."
"Siap Pak Dokter," ucap Ayu.
Seperti sabda Rasulullah Yu, sebaik-baiknya sholat itu di awal waktu.
Sebagaimana dinukilkan dari kitab at-Targhib wat at-Tarhib karya Al-Mundziri, terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ad Daruquthni sebagai berikut. Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ الْوَقْتِ رِضْوَانُ اللَّهِ وَوَسَطُ الْوَقْتِ
رَحْمَةُ اللَّهِ وَاَخِرُالْوَقْتِ عَفْوُاللَّهِ عَزَّوَجَلَّ
Rasulullah ﷺ bersabda, “(Sholat) awal waktu itu diridhoi Allah, dan (sholat) tengah-tengah waktu itu dirahmati Allah SWT, dan (sholat) di akhir waktu itu diampuni Allah SWT."
"Wah...Nggak nyangka aku, ternyata pengetahuan Dokter dalam ilmu agama juga oke. Dua jempol buat Dokter."
"Kamu bisa saja, belajar...kita harus terus belajar, masih banyak ilmu hidup yang belum kita ketahui Yu."
"Iya Dok, aku juga sadar akan hal itu."
Dokter Okan pun mengemudikan mobilnya ke arah masjid terdekat dari lesehan tersebut. Mereka lalu berwudhu dan ikut ke dalam barisan sholat berjamaah.
Selesai melaksanakan sholat keduanya berencana langsung ke klinik, walaupun jam 4 masih lama, tapi Dokter Okan berencana ingin mengajari Ayu bagaimana cara menggunakan aplikasi untuk menulis online.
Okan sudah melajukan mobilnya ke jalan menuju klinik tempat dirinya membuka praktek. Di perjalanan, Ayu menanyakan hal tadi yang masih membuatnya merasa penasaran.
"Oh ya Dok, maaf nih! boleh kepo kan? soalnya aku masih penasaran."
"Soal apa Yu?"
"Tadi Dokter bilang kepada anak-anak yang bermain angklung, bahwa minggu depan Dokter akan mengunjungi mereka, memangnya mereka siapa Dok?"
"Oh, ada seorang ibu yang menampung anak-anak jalanan yang tidak punya orang tua, mendidik, mengajarkan mereka keahlian, keterampilan yang bisa menjadi modal untuk mereka berjuang hidup, menghasilkan uang untuk biaya sekolah maupun membantu sesama mereka."
"Mulia sekali si Ibu, tadi aku sangat terkesan Dok, dengan permainan angklung anak-anak itu. Seandainya mereka dilatih lebih serius pasti bisa menjadi pemain musik terkenal."
"Nah ini yang masih aku pikirkan, aku ingin menolong mereka tapi tidak mungkin bergerak sendiri, aku butuh beberapa orang untuk membantu. Paling tidak kita harus menyediakan rumah yang layak, balai pendidikan dan pelatihan serta tempat menyalurkan keahlian mereka hingga bisa memperoleh penghasilan tanpa harus mengamen lagi."
"Aku boleh ikut, jika Dokter menjenguk mereka?"
"Boleh, Inshaallah minggu depan aku kesana, tapi kamu harus siap ya, jika adik-adik kecil di sana mengerumuni kamu."
"Iya Dok, aku senang kok bermain dengan anak-anak, Terimakasih Dok."
Okan hanya mengangguk, lalu dia mengajak Ayu untuk turun karena mereka sudah sampai di klinik.
🌻 Selamat malam sobat semua, ini aku penuhi janji tambah up nya ya....semoga terhibur dan bermanfaat. Jangan lupa dukungannya terus, ngarep nih lho...biar author tetap semangat 😊🙏
Thank you....🙏🙏🙏
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ninda Auliarizki
Othor kereeeennn..
2022-12-29
1
Siti Mariam
lanjut
2022-04-07
0
Suryani
next
2022-03-16
3